Dalam pemerintahan, baik kegelapan maupun cahaya hidup berdampingan. Tempat-tempat mewah berkilau dengan berlebihan dan bagian kegelapan lebih gelap dibandingkan kota mana pun.
Pusat kota yang menjadi tujuan Kalia adalah salah satu dari bagian kegelapan itu, dan juga awal dari gang gelap di mana imigran tempat dirinya dibesarkan tinggal. Kalia melihat pemandangan sekilas gang itu dari kereta kuda sederhana yang menjelajahi kota.
Ini bukanlah tempat yang sering dikunjunginya karena Kalia sibuk dengan pekerjaan dan latihannya. Sejujurnya, ia baru pertama kali datang ke sini dalam kurun waktu 7-8 tahun ini. Meskipun di kota yang sama, negara ini sangat luas, dan ia baru saja kembali kurang lebih satu tahun yang lalu setelah bertempur di medang perang selama tujuh tahun.
Setahun setelah perang berakhir, Kalia disibukkan oleh hal lain. Terutama menjadi komandan umum, tidak ada waktu untuk memikirkan gang gelap lagi. Pekerjaannya adalah memastikan keamanan negara, dan masalah sepele pemerintahan di bawah yurisdiksi institusi.
Itu hanyalah alasan.
Memikirkan tentang alasan pastinya, Kalia tertawa sinis. Dirinya hanya enggan kembali ke sini. Bahkan mengesampingkan alasan bahwa itu terjadi selama perang, Kalia tidak menginjakkan kakinya sejak masuk ke rumah aristokrat.
Sama juga saat dirinya menghadiri akademi. Kalia tidak takut pada apa pun, tetapi anehnya ia merasa sebuah penolakan dengan gang ini. Bukannya perasaan takut, tetapi itu adalah perasaan tidak nyaman yang tidak bisa dijelaskan. Meskipun itu hanya sebuah gang sempit yang lebarnya kurang dari 100 langkah.
"Sebentar."
Sesaat sebelum mereka sampai ke tujuan di perempatan jalan, ia menghentikan kereta. Dan melihat bagian depan gang yang ada di sebelah area sibuk. Saat dirinya menyipitkan mata dan menatap gang itu, ia bisa melihat Kalia muda yang berjalan ke mana-mana.
Seorang anak berambut kuning yang lebih gelap dan kotor daripada sekarang, membungkus dirinya dengan selimut kasar seraya meringkuk di sudut gang. Tiba-tiba ia merasa aneh.
Hari di mana dirinya menyelamatkan Simon masih sejelas seolah baru kemarin. Mengapa ingatan sebelum kejadian itu samar-samar seperti kabut? Bahkan jika dirinya masih sangat muda untuk mengingat, bagaimana bisa Kalia yang yatim piatu bisa bertahan hidup di gang gelap?
Kalia tidak pernah meragukan hal ini sebelumnya, tetapi kini tiba-tiba ia bertanya-tanya. Bahkan saat dirinya memerintahkan untuk pencarian informasi terkait orang tuanya dan mencoba menelusuri jejak masa lalunya, tidak ada yang muncul. Tidak ada apa-apa tentang Kalia sebelum itu juga. Padahal masa lalunya sendiri, tetapi Kalia tidak tahu apa-apa.
Saat Kalia terus menatap gang gelap dengan mata menyipit, Hemmie yang dari tadi mengamatinya berdehem dan memanggil. "Em, jika kita tidak segera, kita mungkin tidak akan tepat waktu untuk janjinya."
"Ah, kita tidak boleh terlambat. Ayo."
Kalia sedikit terlambat mengangguk, lalu meminta kereta jalan lagi. Meninggalkan gang gelap yang masih di sana seperti biasa.
***
Kereta berhenti di depan pub santai bernama Slow Time. Kalia mengangkat salah satu sisi roknya dengan canggung dan bangkit dari duduknya. Kelim gaun yang berliku di antara kedua kakinya cukup mengganggu.
Hemmie mengulurkan tangannya seolah ingin mengawalnya, tetapi Kalia menganggap tangan kecilnya menggemaskan.
Jangan lari.
Kalia melompat turun dari kereta. Tidak ada setitik debu pun yang muncul dari langkah ringannya, seperti kupu-kupu. Itu merupakan gerakan yang cukup santai untuk seorang nona berpakaian bagus, tetapi tak ada seorang pun di pusat kota yang peduli dengan hal seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby isn't Yours
Fantasia"Bayi ini bukan milikmu." Mata Simon berkilat dingin mendengar ucapanku. Kelihatannya ia tersenyum, tetapi dengan intonasi aneh dan membekukan, Simon bertanya, "Oh, benarkah?" Suara rendah dan teduh itu, berpura-pura lembut. Kemarahan dalam suarany...