Bab 6

29 9 16
                                    

LACE sedang duduk termangu di kelasnya. Ia menatap emblem yang terpasang di ruang kelas, emblem dengan ukiran landak yang berwarna ungu. Itu adalah emblem yang sama dengan emblem yang tersemat di seragamnya, menunjukkan bahwa mereka para pemilik Potrait Ethanien.

"Lace Schneider."

Panggilan itu membuat Lace tersentak kebingungan. Monsieter De Graaf menatap lurus ke arahnya. Para siswa berbisik-bisik di sebelahnya, tertawa kecil.

"Sepertinya kau memiliki kecerdasan yang sangat tinggi sehingga berani mengalihkan fokus dari pelajaran," ucap Monsieter De Graaf.

Lace menunduk. "Maafkan saya, Monsieter. Saya siap mendengarkan."

Monsieter De Graaf menghela nafas. "Sebelum itu, sebaiknya kau simpan dulu energi Potraitmu itu."

Lace sama sekali tidak sadar bahwa Potraitnya keluar tanpa kendalinya. Potrait berwana ungu mengelilinginya dengan samar. Ia cepat-cepat menghilangkan Potrait di sekelilingnya dan menunduk.

"Maafkan saya, Monsieter."

"Potrait yang bagus, Schneider. Namun, tanpa pengendalian diri itu semua akan berakhir sia-sia. Sebagai seorang Ethanien, sebagai seorang yang membangun kokoh pertahanannya, fokus dan pengendalian diri sangatlah penting untuk menguasai Potrait kalian."

Lace menunduk.

"Kulihat kau terus memperhatikan emblem yang terpajang di kelas kita. Jika kau bisa memberikan keterangan atas pikiranmu tadi, mungkin aku bisa mempertimbangkan hukuman untukmu karena mengalihkan fokus. Kau tahu? Saat kau berada di medan tempur, kehilangan fokus bahkan dapat membuatmu dijatuhi hukuman mati."

Lace menelan ludah menatap emblem itu. Ia tadi memang menatap ke arah sana, tapi sepertinya pikirannya melayang entah ke mana.

Lace menggeleng. "Tidak ada, Monsieter. Hanya ... hanya kenapa ukiran emblem Ethanien berupa landak."

Monsieter De Graaf mengangguk-anggukkan kepalanya. "Itulah yang akan kita bahas kali ini, Schneider, jika kau tidak membuat semuanya terhenti tadi."

Seluruh siswa di sampingnya tertawa kecil membuat Lace semakin menunduk malu. Tertangkap melamun di kelas pertamanya, sungguh memalukan.

Monsieter De Graaf mengetuk meja.

"Tentunya kalian semua mengenal Monsieter Imadien pertama," ucap Monsieter De Graaf.

Semua siswa mengangguk, tidak terkecuali Lace yang hanya mengingat bahwa orang tersebut adalah Perdana Menteri Datura, tidak kurang tidak lebih.

Ibunya pernah memarahinya karena ia tidak serius saat mempelajari sejarah Reverie. Bahkan di sekolahnya pun ia dikeroyok oleh teman-temannya karena mengaku lupa tentang tokoh-tokoh pahlawan Reverie. Bukankah teman-temannya banyak sekali yang mengaku lupa tentang segudang mata pelajaran? Kenapa hanya ia yang dikeroyok? Itu tidak adil, sepertinya.

"Meskipun beliau adalah seorang Actarien, tetapi beliau telah menjelaskan bahwa aliran Francien dapat diterapkan untuk Potrait mana pun, termasuk Ethanien. Seperti yang kalian tahu, Ethanien adalah jenis Potrait untuk bertahan. Tugas seorang Ethanien adalah bertahan dan melindungi. Namun, dengan mempelajari aliran Francien, membuat kita para Ethanien juga dapat menyerang."

Monsieter De Graaf mengeluarkan sebuah Potrait. Ia menjadikan udara di sekeliling tangannya menjadi tameng. Lace mengetahui teknik itu. Itu teknik yang biasa ia gunakan. Sesaat kemudian Monsieter De Graaf menggerakkan tangannya merubah tameng itu menjadi hempasan udara. Para siswa bisa merasakan dorongan udara yang samar. Lace bisa membayangkan bagaimana hal itu bisa menjadi sangat berbahaya jika saja Monsieter De Graaf menggunakan seluruh kemampuannya.

"Seperti landak yang menjadi ukiran emblem kalian. Ia memiliki duri sebagai perlindungan diri. Namun, duri itu juga dapat digunakannya untuk menghancurkan lawannya. Sebagai seorang Ethanien, kita tidak boleh bergantung kepada orang lain. Seorang Ethanien harus memiliki jiwa yang kuat. Jangan menunggu seseorang untuk menyelamatkan kalian. Karena hanya diri kalian sendirilah yang dapat membawa kalian bangkit. Ingatlah, seorang Ethanien tidak boleh patah semangat apalagi berputus asa dalam keadaan apapun."

Lace menunduk. Semua perkataan Monsieter De Graaf benar. Ia telah salah selama ini.

"Jangan menunjukkan kelemahan kalian kepada orang lain. Kalian akan kalah saat kalian menampakkan kelemahan kalian."

Lace menatap Monsieter De Graaf, seperti ada sesuatu yang mengganjal hatinya. Namun, Lace mengabaikan hal itu. Monsieter De Graaf adalah seorang guru Ethanien. Jika Lace ingin menjadi kuat, ia harus mendengarkan semua perkataannya.

"Sekarang mari kita lihat seberapa hebat kalian bisa melakukannya."

Untuk mengubah pertahanan menjadi penyerangan membutuhkan fokus yang lebih dan juga pengendalian. Jika ia tidak bisa mengendalikan seberapa kekuatan yang akan dialirkan melalui sebuah Potrait, salah-salah ia justru menyakiti orang-orang di sekitarnya tanpa dapat ia kendalikan, atau mungkin menghancurkan diri sendiri.

Fokus Lace pecah untuk sesaat karena mendengar kucing hitam itu mengeong melewati pintu kelasnya, kucing hitam yang mengambil ikan bakar Hilde kemarin. Potrait di tangan Lace meledak membuat Lace meringis menahan sensasi perih di tangannya.

"Kenapa fokusmu tiba-tiba pecah tanpa alasan? Mau jadi apa kau di medan perang nanti, Schneider?" ucap Monsieter De Graaf dingin.

Lace mendengus kesal merutuki kucing itu, padahal hatinya tahu bahwa itu salahnya sendiri.

"Monsieter De Graaf, bolehkah saya bertanya?" ucap Lace.

"Tentu."

"Seorang Ethanien harus fokus pada Potraitnya agar ia bisa menyerang. Lalu bagaimana ia bisa menyerang jika ia harus fokus pada banyak hal?"

Monsieter De Graaf menatap Lace dan tersenyum.

"Itulah yang dilakukan oleh seorang Ethanien jenius, Schneider. Fokus yang kau berikan kepada hal-hal di sekelilingmu tidak lain adalah untuk menambah konsentrasi pada tujuan utamamu. Kau harus awas dengan keadaan sekitar."

"Kalau begitu ... jika Ethanien bisa berjalan seorang diri, untuk apa kita bekerja orang lain? Bukankah bersama dengan orang yang hanya menjadi beban itu menyusahkan? Bahkan saya juga tidak ingin menjadi beban bagi orang lain."

"Pernahkah kalian mendengar permisalan tentang penjual minyak wangi dan pandai besi? Mana profesi yang akan kalian pilih? Dan jika kalian seorang penjual minyak wangi, keputusan kalian yang menentukan apakah kalian akan mempertahankan seseorang seperti pandai besi di sisi kalian sendiri."

Lace berhenti bertanya dan kembali latihan.

Latihan telah selesai. Sebentar lagi bel yang menandakan akhir pelajaran akan berbunyi. Sebagai penutup Monsieter De Graaf menyampaikan beberapa kata.

"Anggapan bahwa Feinen lebih hebat dan lebih kuat dari Ethanien adalah anggapan yang salah. Kita para Ethanien bahkan bisa melindungi diri kita lebih baik dari mereka. Di akademi ini, buktikanlah pada mereka, buktikalah pada dunia, sebagai bentuk terima kasih atas jasa Perdana Menteri Datura, bahwa Ethanien yang mengikuti aliran Francien dapat menjadi yang terbaik."

Lace mengangguk kecil. Ia kembali teringat pada hal kecil yang telah ia lupakan sejak menyelesaikan Graduate A, pada sosok dirinya yang sangat menginginkan posisi pertama.


LACE berjalan di sepanjang koridor saat ia mendengar suara seseorang yang telah ia kenal kemarin. Hilde keluar dari koridor sebelah dengan bernyanyi riang. Mereka saling memberi salam dan berjalan lewat begitu saja.

Lace diam sepanjang jalan. Hilde adalah satu-satunya orang yang mengajaknya untuk berteman. Namun, setelah ini ia tidak lain dari seorang saingan.


Crivelli The Prevention Project [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang