Part 6

3K 138 6
                                    

Sakura Pov

Aku menjalani aktivitas seperti biasa di rumah sakit menghabiskan waktuku berkutat dengan pasien dan obat"tan, akan tetapi bukan berarti aku tidak menyisakan waktu untuk pulang kerumah. Karena sekarang aku tidak sendiri menempati rumah itu karena ada seseorang yang menemaniku di rumah sederhana itu.. ya dia suamiku Naruto Uzumaki.

Sudah dua bulan berlalu semenjak kematian Gaara, aku memutuskan menerima pernikahan Naruto walaupun tidak ada rasa sama sekali. Naruto berkata semua memang butuh proses untuk saling jatuh cinta dan semua akan berakhir indah pada waktunya. Apa Naruto benar akan hal itu? Aku sendiri tidak begitu yakin karena bayang-bayang kehancuran itu kadang menghantui ku ketika aku ingin melangkah.

Tapi dua bulan ini aku bersama dengan Naruto membuatku sedikit melupakan kesedihan itu meskipun dia konyol dan gegabah tapi bisa dibilang dia suami yang bertanggung jawab. Dia tidak ingin apa yang disayanginya bersedih ataupun menangis, mungkin aku dikategorikan wanita beruntung memiliki Naruto.

Melihat kelakuan konyolnya Naruto waktu itu membuatku tertawa sebegitu lamanya aku tidak pernah tertawa lepas seperti itu sebelumnya. Dengan membayangkan Naruto yang terlalu banyak berkorban untukku dari dulu hingga saat inipun tidak pernah berubah. Saat ini yang kulakukan untuk membalasnya ialah dengan menerima kehadirannya dan membalas perasaan yang selama ini dia pendam.

Aku lalu menutup mataku merasakan udara pagi hari diatas balkon rumah sakit yang membuatku sedikit rileks sambil sesekali mengelus perutku yang sudah mulai membesar ini.
Kini jalan yang aku lalui adalah yang terbaik sejauh ini.

Sayang kau beruntung mempunyai dua ayah yang sangat menyanyangimu...

*******

"Pelantikan hokage tinggal seminggu lagi Naruto, seharusnya kau mulai banyak belajar mulai dari sekarang" tuturku pada Naruto yang kini menyantap ramen favoritnya.

" Iya akuwshjtwf safhddrkyccra... uhukk uhuk" Pemuda pirang itu melotot terbatuk tersedak makanan karena terlalu banyak bicara.

Dengan sigap Sakura menghampiri Naruto menyodorkan pemuda itu meminum sambil menepuk-nepuk punggung Naruto.
"Pelan-pelan Naruto, dikunyah dulu baru bicara"

Naruto yang melihat ekpresi Sakura membulatkan mata terkejut dengan tingkah Sakura yang khawatir dan dengan sigap memberikan pertolongan. Sebuah cengiran terukir diwajah pemuda pirang ini, menatap istrinya jahil.
Sakura yang menyadari hal itu berbalik menatap Naruto dengan heran.

"Apa?" Tanyaku
"Ahh, tidak apa-apa Sakura. Kau perhatian sekali padaku yaaa" Naruto terkekeh pelan.
"Kau mau aku biarkan tersedak seperti itu hingga mati?" Ketusku.
"Jawabanmu menyakitkan hati sakura" ucap Naruto dengan lemas.

Hah! Pemuda ini semakin lucu saja tiap hari, bisa 10 tahun lebih muda kalau begini caranya hahaha

Lalu aku menghampiri Naruto yang cemberut menatap ramennya, kemudian tanganku menangkup wajahnya dan mencubit pipinya itu dengan gemas sambil tertawa.
Kulihat Naruto membelalak terkejut pipinya memerah karena wajahku dan wajahnya sangat dekat.

"Lihatlah wajahmu Naruto, sudah seperti tomat saja hahaha" aku tertawa keras menunjuk muka Naruto yang menunduk.

Tawaku membuat perutku tiba-tiba mencekal sakit, tanpa kusadari tanganku mengeratkan dilengan baju Naruto.
Naruto yang melihat lengannya dicengkeram oleh Sakura mendongak menatap sakura yang kesakitan memegang perutnya.

"Kau kenapa sakura? Sini kau sebaiknya duduk saja" Nada cemas Naruto melihat istrinya meringis kesakitan.

"Tidak tahu tiba-tiba sakit, padahal tanggal kelahirannya masih dua bulan lagi"

"Ini kebanyakan kau tertawa terlalu keras tadi sakura lalu mengenai perutmu, sudah duduklah disini kuambilkan air putih sebentar"

Senyuman manis terukir diwajah gadis musim semi ini..

"Narutoo.."

"Iya sakura?" Naruto menoleh memandang sakura.

"Boleh aku minta sesuatu?"

Naruto menghampiri ku menyodorkan segelas air putih, meneguknya sedikit. "Apaun itu sakura katakan.." ucap Naruto

"Maukah kau, memegang perutku yang buncit ini lalu membelainya?" Aku menatap Naruto yang terpaku terdiam mendengarkan ucapanku tadi.
Aku hanya menyengir lebar memandangnya.
Kemudian, kulihat dia mengubah ekpresinya yang terdiam menjadi tersenyum lembut padaku, membuatku teduh menatap sapphire-nya.

"Sakura.. kau tidak perlu harus meminta seperti itu, pasti akan lakukan tidak usah meminta padaku langsung katakan saja apapun itu untukmu"

Tangan Naruto menyentuh lembut perutku yang buncit ini membelainya kemudian mengecup lembut perutku. Kurasakan dari dalam bayiku menendang-nendang, merasakan kesenangan perlakuan ayahnya saat ini membuatku mendengus geli.

"Aku akan jadi ayah yang hebat untuk anak kita sakura.." sahut Naruto kemudian dengan wajahnya yang berseri-seri.

Aku pun mengangguk tersenyum menatap balik Naruto.

Jaga kita baik-baik ya ayah..

●●●●●●

Second Happyness, after youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang