07

42 3 0
                                    

Hari begitu cepat berlalu. Rasanya baru beberapa jam Eve menghabiskan waktu bersama kekasihnya. Namun, kini mereka harus berpisah setelah Zander mengantar gadis itu kembali ke rumah. Beruntung Zoe tidak terlihat, berhasil memberikan napas kelegaan untuk Eve sejak perjalanan dari sekolah. Walau tak bisa menampik Zander akan tetap bertemu, kenal, dan mungkin akan mengobrol dengan saudari kembarnya berdasarkan pada realitas hari esok adalah hari pertama Zoe di Royal Golden.

"Babe, aku akan menjemputmu pukul tujuh. Jangan lupa, Jasmine mengundang kita untuk pesta ulang tahunnya." Zander kembali mengingatkan sang kekasih untuk sepucuk undangan gold di tangan Eve.

Gadis itu mengangkat tangannya dan melihat pada undangan yang dimaksud Zander. Dia menghembuskan napas. Tertera namanya yang ditulis begitu indah di atas kertas tebal tersebut. "Aku tidak akan lupa. Datanglah lima belas menit sebelum pukul tujuh, sayang."

Zander memberi hormat tidak serius sebelum akhirnya membawa kendaraannya pergi dan Eve menghilang di balik pintu rumahnya.

× × ×

"Babe ..." Alisa memanggil Jay setelah perempuan itu memastikan Zoe tidak berada bersama mereka di kamar.

Sang kekasih menoleh dengan pandangan bertanya.

"Virginity game telah kembali dimainkan. Seharusnya kau memperingati Zoe, bukan sebaliknya."

Terdengar embusan napas dari Jay. Dia bangkit dari pembaringannya. "Tak perlu khawatir. Zoe akan baik-baik saja."

"Jay, Eve dan Zoe adalah adikmu," ucap Alisa begitu serius. "Well, kau benar, Eve dan Zoe ... pribadi mereka benar-benar jauh berbeda. Eve mungkin tidak bisa kau tegur, tapi Zoe, dia begitu polos, sayang. Tidakkah kau lihat tatapan matanya? Tidakkah kau lihat tingkah lugunya?"

"Honey ..."

"Aku hanya khawatir. Kau tidak tau apa yang dirasakan, jika menjadi target bukan?"

"Dengar ..." Jay bergerak mendekat pada Alisa. "Zoe akan baik-baik saja. Dan Eve akan menjaganya."

"Eve tidak senang dengan kehadiran Zoe."

"No. Dia hanya kesal. Tapi, dia tidak mungkin meninggalkan saudarinya."

Ucapan menandaskan Jay membuat Alisa menyerah dan bungkam. Dia bergeming, beradu tatap dengan Jay hingga akhirnya setuju dengan ucapan sang kekasih. Ya, semoga saja.

× × ×

Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh saat derap langkah Zoe memasuki pekarangan rumah setelah Jay menurunkannya di luar gerbang. Sebenarnya tidak begitu, Zoe lah yang meminta. Kakinya dengan ringan melewati satu per satu anak tangga untuk mencapai pintu utama. Namun, saat tangan Zoe hendak bergerak membuka pintu rumah, sebuah sapaan terdengar membuat gadis itu menghentikan pergerakannya dengan terpaksa lalu menoleh.

Pupil Zoe melebar tatkala melihat sosok yang kini berdiri tak jauh dari hadapannya. Zander– dia tersenyum pada gadis bersurai cokelat itu dengan manis.

"Hei ..." Dia menyapa lagi. "Kau Zoe?" Dan bertanya.

Kembali mendengar suara Zander, seakan memberi aliran listrik yang cukup tinggi dalam tubuh Zoe. Dia memberikan reaksi yang tak disangka sebelumnya oleh Zander. Gadis itu malah terlihat ketakutan dan berjalan mundur. Zoe kemudian dengan cepat membuka pintu.

Melihat hal itu Zander melangkah mendekati si gadis, mencoba untuk mencegahnya masuk. Namun, kalah cepat ketika pintu rumah tertutup tepat beberapa sentimeter dari wajahnya.

"Shit," umpatnya kesal. "What's wrong with her?" Zander bermonolog.

Si pemuda berusaha meredam kekesalannya sebelum tangannya bergerak dan membunyikan bell rumah, memberi kode pada sang kekasih jika dirinya telah tiba untuk menjemput.

VIRGINITY GAME Book 3 [17+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang