09

70 3 0
                                    


"Well, I'm Jasmine Jacob." Jasmine tersenyum sembari mengulurkan tangannya di hadapan Zoe setelah Eve dan the top four meninggalkan koridor.

Zoe membalas senyuman Jasmine yang manis. "Aku Zoe." Berpikir bisa menjadi teman adalah yang terlintas di dalam kepala Zoe saat ini. Sosok Jasmine yang manis dan friendly memang tak menutup kemungkinan keduanya bisa berkawan.

"Senang berkenalan denganmu," ucap Jasmine dengan nada yang sama; ramah. "Ayo ambil kombinasi loker dan jadwalmu."

"Kau tau tempatnya?" Keduanya berjalan beriringan melewati koridor. Masih tak lepas dari tatapan para siswa di sana, bak selebriti yang tengah melintas.

"Really? Apa itu sebuah pertanyaan untukku?" Zoe tertawa kecil, menyadari kekonyolannya bertanya pada Jasmine yang telah lebih dulu bahkan telah lama bersekolah di Royal Golden. "Tentu aku tau," imbuhnya dan menuntun Zoe ke tempat yang dibutuhkan.

• • •

Tatapan Eve sama sekali tak berpindah dari sosok Zoe yang berjalan melewati lapangan sepak bola bersama Jasmine. Waktu makan siang tengah berlangsung, dan kedua gadis yang diawasi dari iris tajam itu tampak membawa lunch box mereka dan bersantai di bawah pohon bersama beberapa teman yang lain.

Embusan napas terasa dari balik punggungnya. Eve menoleh, mendapati Zander berdiri dan merangkulnya lembut. "Melihatnya?"

Smirk tercetak di wajah Eve. "Dia mendapatkan banyak teman dalam sehari. Jasmine pasti akan sangat dekat dengannya."

"Kau dan Jasmine sulit memiliki satu pemikiran yang sama, mungkin Zoe yang bisa menyeimbanginya."

"Jasmine tidak pernah bisa sepertiku."

Zander tertawa samar. "Aku tau." Dan mendaratkan kecupaan di bibir Eve. "Apa yang kau pikirkan? Dia saudarimu."

"I know. Adikku," ucap Eve merengkuh lengan Zander dan beranjak dari sana. "Aku tak keberatan dia kembali. Harusnya aku bersikap lebih dewasa dari ini. Tapi, bayang itu." Eve mengalihkan pandangannya seakan ingin menepis memori yang terputar kembali.

"Hei, kau tidak sendiri, babe." Tangan Zander memutar tubuh Eve agar berhadapan dengannya. "Aku di sini. Ceritakan semua, apa yang terjadi. Terkadang kau harus berbagi beban dengan seseorang, agar terasa lebih ringan. Hidup tak selalu tentang bahagia, sayang. Hidup tak selalu terjadi seperti yang kau inginkan."

"Kau tidak tau rasanya dipatahkan setelah perceraian orangtua," gumam Eve.

"Ya, dan kau tidak tau rasanya lahir dari hubungan terlarang, bahkan tak diinginkan." Sontak saja mata Eve berlabuh di manik Zander. Senyuman tipis terukir di wajah pemuda itu.

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk–"

"No, baby. Tak perlu minta maaf. Aku hanya mengatakannya. Ingin mengingatkan dirimu, bahwa masih banyak orang memiliki permasalahan berbeda bahkan lebih berat."

Eve mengangguk lembut.

"Dan kau harus ingat ini, babe." Tangan Zander bergerak menyelipkan helai surai hitam tebal milik Eve ke belakang telinganya. "Masih banyak orang yang ingin menjadi seperti dirimu. Terlepas dari masa lalumu yang buruk, kau adalah Eve Arianna Bryan, gadis yang dijuluki sempurna di sekolah ini. Apa kau akan membuang semua yang kau miliki saat ini hanya karena masa lalu itu kembali datang?"

Eve menggelengkan kepalanya, menandakan dia tak ingin kehilangan segala hal yang telah dia raih saat ini. Terlebih kehilangan pemuda di hadapannya ini. Alam semesta pun tau sebesar apa dia mencintai Zander.

VIRGINITY GAME Book 3 [17+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang