LIMA - I'll Let You Go

3.1K 241 113
                                    

Ada yang perlu saya sampaikan, jangan lupa votmen hehe ❣️

~ ada sentuhan lembut di kala pilu ~
Seo Haechan

Keesokan harinya, Mark terbangun tanpa Haechan di sampingnya. Kemana anak itu?? Bukankah semalam, Haechan dengan kurang ajarnya melucuti pakaian Mark dan menggantinya dengan yang bersih?? Mark memijit batang hidungnya, rasanya begitu nyeri. Terlebih lagi, rahang Mark seolah retak oleh kejadian semalam. Yakni setelah ia pulang ke mansionnya.

"Aarkhhhh,, ayah sialan!" bukan rasa kesal yang tampak dari aura beringas seorang Mark, namun rasa kecewa kepada sang ayah yang telah menonjok wajah anaknya sampai biru lebam.

Jaehyun, tidak main-main dalam memberi pelajaran kepada keluarganya. Melihat Mark pulang dengan keadaan mabuk, perut sang anak menjadi sasaran tangan gatalnya sendiri. Bahkan, rahang Mark sampai membentur teras depan mansion itu.

Hmm,, kini Mark mengusak wajahnya kasar. Menatap Haechan yang masuk ke dalam ruang kamar dengan pandangan nanar. Apalagi dengan kedua tangan yang membawa nampan berisi sarapan pagi, dan mungkin—Haechan sengaja membuatkannya untuk Mark.

"M-Mark, kau sudah bangun?" Haechan berhenti di depan pintu, takut dengan tatapan dalam seorang Mark. Menggambarkan kebuasan pria bermarga Jung itu.

"Kau pikir aku sudi memakannya??"

"Hah??" Haechan menatap sereal yang ia buat, masih hangat di dalam mangkuk berukuran lumayan besar. "Ini?? Ini milikku, kalau Mark mau makan—di bawah saja"

"Sialan!"

"Aku tidak akan mengganggu, lupakan yang telah terjadi"

Mark menukik tajam ke arah Haechan yang malah membuka pintu penghubung balkon depan kamarnya. Haechan duduk di sana dan menikmati sarapan paginya.

Melihat birunya langit, serta matahari yang kian merambat tinggi seolah-olah menandakan bahwa hari tidak lagi pagi. Haechan akan menemukan kebahagiaannya di sana, ketika ia melihat awan. Mengobati rasa rindunya pada kedua orang tua yang sudah berada di pangkuan Tuhan.

Haechan begitu menikmati makanannya, membiarkan Mark terus-terusan memperhatikan di kala mulut kecilnya sedang mengunyah. Mark tidak tahan, ia pun keluar dari kamar. Menuju balkon itu, menjitak kepala Haechan. Tempat rambut tipisnya mulai tumbuh dan bersemai hehe.

"Mark, sakit—salahku apa??"

"Salah Lo ?? Karena Lo masih di sini"

"Ya sudah! Aku akan pergi, jangan cari aku!" Haechan membuang mukanya, memiringkan duduknya hingga ia menyampingkan Mark.

Mark pun mencubit kuat pipi anak itu, menariknya hingga Haechan berdiri. "Lo lupa perjanjian kita??"

"LEPAS!!!" Haechan menepis kuat tangan Mark, sudah saatnya jiwa yang tidak pernah ia tampakkan—kini harus keluar di saat nyawanya sedang terancam.

Mark tersenyum tipis kemudian melipat tangannya di dada.

Namun, Haechan kembali duduk dan menyantap sarapan paginya. Terlalu lemah untuk mengeluarkan tenaga besar, apalagi tatapan Mark begitu remeh padanya.

"Maaf"

"Lo nggak perlu minta maaf, sekarang siapkan semua perlengkapan kerja gue. Gue harus kerja, kalo gue nggak kerja—siapa yang ngasih Lo makan??"

YOUR BODY TALK || MARKHYUCK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang