DUAPULUH SATU - RAPUH 💔🍉🌹

2.1K 220 206
                                    

Votmennya mana 🤨🤨
Ada yang udah sedia tisu ???

Dua hari dua malam, Mark menghabiskan waktunya di rumah sakit. Sama seperti di saat Bubu sakit dan Mark sebagai anak satu-satunya yang terlahir dari rahim Taeyong pun harus menunggu sang mommy sampai operasi donor mata di lakukan. Kini, hal itu ia lakukan di saat Jaehyun terbaring lemah. Tanda-tanda kehidupan seakan jauh dari raganya, Mark tidak ada hentinya menangis sembari menangkup kedua punggung tangan ayahnya. Mark tidak mau pulang sebelum ia mendengar kabar baik, atau mendengar suara ayahnya.

Walau itu mustahil, wajah Jaehyun sudah berbeda. Pucat, membiru dengan bibir nya yang robek.

Bagaimana dengan Renjun, ia sudah memaafkan kesalahan Jaehyun padanya. Kepada Mina yang kini telah tiada. Bahkan, Renjun sempat memeluk tubuh berdarah Jaehyun di atas brankar. Bagaimanapun juga, Jaehyun pernah bekerja keras dan memberi pekerjaan untuk Renjun. Walau semua kekayaan yang Jaehyun miliki, adalah murni milik sang istri.

Renjun memberikan sebuah kertas pada Mark. Isinya adalah surat yang Jaehyun tulis sebelumnya, kemudian Jaehyun titipkan pada salah satu teman yang menghuni di dalam sel tersebut.

"Mark Hyung, sampai kapan kau akan disini??"

"Mark Hyung,," Renjun mengguncang pundak Mark pelan,

Namun tidak ada reaksi dari Mark selain tangis yang kian menderu. Renjun tidak habis pikir, ia menarik kasar pundak Mark dan menonjok pipinya.

"Lo pikir dengan menangis seperti ini, ayah bakalan bangun?? Sadar Mark!! Sadar !!!" Renjun mengguncang tubuh Mark yang begitu lemas.

"Lo lebih memilih pulang buat ngasih tau mommy, atau Lo biarin mommy tidak tau bahwa ayah sedang kritis?? Lo biarin ayah Lo mati tanpa sepengetahuan mommy!!"

"Gue nggak bisa" jawab Mark, suara lowbass yang selalu menggetarkan kini tidak lagi terdengar.

Tenggorokan Mark terasa mati akibat tangis yang tiada henti.

"Kalo begitu biar gue ngasih surat ini ke mommy"

"Tidak perlu Renjun,,!!" Jeno memasuki ruangan, membawa sebotol air putih untuh Mark. "Aku membawa mommy,, dia datang bersama menantunya"

Sesak, dada Mark kian sesak. Dengan gemetaran, ia menerima minuman tersebut dari tangan Jeno. Mark belum siap, rasanya ini terlalu cepat. Bagaimana kalau sang ayah benar-benar pergi, setelah mendengar suara merdu sang pujaan hati. Surat di genggaman Renjun kini kembali tersimpan di dalam saku jaket kulit hitamnya, Renjun memberi jalan kepada siapa yang akan datang.

Siluet Haechan sudah bisa ia lihat. Berjalan lebih cepat dari mommy yang di gandeng oleh momo dan seorang pria matang. Dia adalah Lee Donghae, karena mau tidak mau Jeno harus mengabari hal ini kepadanya.

Donghae membawa frame foto yang sudah pernah Taeyong pajang di kamar, wajah mommy begitu basah oleh air mata.

Taeyong berlari setelah pintu ruang VVIP tempat Jaehyun tertangkap oleh kedua matanya. Taeyong sampai menjatuhkan slingbagnya, membiarkan Momo memungutnya dan membawakannya ke dalam ruangan itu.

"Ayah,, ayah—ini mommy ayah" Taeyong tidak perduli ada Renjun dan Jeno yang sempat ia tabrak. Taeyong menghambur pada tubuh jangkung yang kini berbaring lurus mengukur panjangnya brankar rumah sakit itu.

Tidak ada kain yang membalut tubuh bagian atas Jaehyun, selain kain kasa dan plaster yang mentupi lukanya. Bekas jahitan pun menyebar di area perut dan lehernya.

Kata-kata 'maskulin' tidak lagi pantas Jaehyun dapatkan, yang ada kini hanya lautan luka yang memenuhi setiap ruas tubuhnya. Bahkan tulang selangka Jaehyun sampai retak, akibat cambukan yang mendarat di sana.

YOUR BODY TALK || MARKHYUCK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang