32

122 15 10
                                    


"Semesta yang Astalian mau hanya kamu."

***

Serena menggebrak meja, menatap tajam pada Ansel yang berada di hadapannya sedang tertunduk takut. "Harusnya lo bisa ambil paket sendiri tanpa harus minta security apartemen buat anterin."

"Ya nggak papa. Gue bilang ngasih kejutan buat lo,"jawab Ansel.

Serena berdecak kesal. Ia mencondongkan badannya, meraih dagu Ansel kemudian ia arahkan untuk menatapnya. Senyuman tercipta di sudut bibirnya. "Nggak usah sok ganteng lo."

"Emang ganteng kok. Bentar lagi lo suka,"ucap Ansel memamerkan senyum.

Serena mendengus sebal. "Dengar baik-baik ya, Ansel. Tadi tuh adegan seru antara gue dan Lavelyn. Tetapi, karena ulah lo yang sok ide mau kasih gue kejutan. Semuanya jadi berantakan. Lo malah minta Lavelyn pulang."

"Kasihan Lavelyn harus bertekuk lutut gitu. Lagian dia nggak salah, Serena. Lo jangan bangga berhasil nundukin orang,"ujar Ansel memasang wajah datarnya.

Hal itu membuat Serena melepaskan tangannya dari dagu Ansel. "Males gue ngomong sama lo."

"Daripada ngomel. Mending lo buka kejutan dari gue,"pinta Ansel menyodorkan kotak yang di hiasi oleh pita.

Serena mendorong kotak tersebut, tanda penolakan. Ansel tersenyum kecut. "Lo se-nggak mau itu nerima hadiah dari gue? Padahal gue udah nyiapin ini dari lama. Ini kan hari ulang tahun lo."

"Hah? Ulang tahun gue?"tanya Serena mengerutkan dahi bingung.

Ansel mengangguk. "Iya sekarang tanggal 3 Juni, hari ulang tahun lo."

"Astaga gue lupa."Serena menepuk jidatnya.

Ansel tersenyum simpul. "Wajar lupa. Lo terlalu asik jalanin rencana untuk hancurin hubungan orang."

"Lo nggak berhak nyinyir atas apa yang sedang gue usahakan. Lagian ini satu-satunya kebahagiaan yang gue mau,"ucap Serena ketus.

Ansel tertawa sinis. Ia bangkit dari duduknya dan mengambil kotak yang tadinya ingin ia berikan pada Serena. "Kebahagiaan kok dengan kasih kesakitan ke orang lain. Kocak hidup lo. Udah ah, mending gue balik."

"Eh, tunggu dulu. Kenapa kotaknya lo bawa? Itu kan hadiah buat gue,"ucap Serena menahan pergelangan tangan kanan Ansel.

Ansel menggeleng. "Lo nggak mau. Jadi untuk apa masih mengharapkan hadiah dari gue. Minta aja ke orang yang bikin lo bahagia."

"Oh, ceritanya lo cemburu?"Serena tersenyum menggoda.

Ansel masih menunjukkan wajah datarnya. Rasanya ia sangat kesal hari ini dengan sikap Serena. Kali ini, ia tidak boleh goyah. Dirinya harus memberi pelajaran dengan menjadi sosok cuek.

"Ngapain amat gue cemburu. Udah jangan halangin gue."Ansel mendorong tubuh Serena menjauh darinya.

Serena menatap heran pada Ansel yang berjalan keluar dari apartemennya. Ia hela nafas sejenak. "Tuh cowok kenapa sih? Nggak biasanya bersikap kayak gitu. Ah, palingan juga nanti malam kasih kejutan buat gue. Secara dia bucin banget."

***

Paula mengusap puncak rambut Lavelyn yang menikmati udara malam di teras rumah sembari melamun. "Masih kepikiran, Kak?"

"Iya, Ma. Rasanya sakit dan aku belum cukup baik untuk bisa menerima segalanya. Aku merasa gagal jadi manusia yang nggak sepenuhnya bisa mengendalikan diri. Aku masih lemah. Aku terlalu takut untuk salah. Aku nggak enak udah kasih kesakitan buat Serena. Apalagi sama Astalian. Aku memutuskan semuanya secara sepihak tanpa diskusi terlebih jauh,"ungkap Lavelyn.

Paula tersenyum simpul. "Kamu memangnya sudah mantap untuk berpisah sama Astalian?"

"Nggak sepenuhnya bisa, Ma. Aku hanya nggak mau menahan Astalian. Ya, bisa dibilang aku insecure karena nggak bisa jadi orang kepercayaan dia atas segala rahasianya."

"Kak, ada beberapa hal yang mungkin nggak bisa kamu paksakan untuk tahu segalanya. Mama nggak maksud membela Astalian. Tetapi, semua cukup jelas bahwa Astalian butuh waktu untuk ungkapin semuanya. Dia butuh tenang, Kak. Dia terlalu takut untuk jujur karena rasa traumanya akan kehilangan orang yang di cintai. Dari kejujurannya saja, kamu sudah bisa meninggalkan dia. Itu sama saja kamu mewujudkan apa yang menjadi ketakutannya."

"Mama nggak bermaksud menyepelekan rasa sakit kamu. Tetapi, coba pikirin baik-baik ya, Kak? Beri waktu tenang sebanyak yang kamu mau sambil mencari keputusan yang tepat akan hubungan kalian. Jangan gegabah seperti tadi. Rasa kecewamu itu valid kok, Kak. Mama hargai usaha kamu untuk mengalah dan mencoba menerima semuanya. Tadi Astalian sudah cerita semuanya sama Mama. Menurut Mama, tidak ada salahnya kalian sama-sama menenangkan diri sembari berpikir jernih lagi."

Lavelyn menatap Mamanya. "Mama nggak marah sama Astalian?"

"Mama nggak berhak marah disaat dia punya keberanian untuk jujur. Meskipun kesalahan dia tidak sepenuhnya bisa di maafkan. Tetapi, itu semua kembali ke diri kalian. Mama, papa, dan om Jeremy hanya bisa memberi kata-kata penenang agar kalian bisa sama-sama memperbaiki diri,"jawab Paula.

Lavelyn memeluk Mamanya. "Maafin aku ya, Ma? Aku masih gegabah dalam mengambil keputusan yang sebenarnya aku sendiri nggak sepenuhnya mau. Tetapi, aku akan berusaha untuk memperbaiki diri aku dan belajar untuk nggak insecure."

"Iya, Kak. Memang dalam sebuah hubungan pasti akan mengalami fase menyakitkan seperti ini. Tuhan hanya mau lihat seberapa kuat dua pasangan saling menggenggam erat satu sama lain. Walau pada akhirnya genggaman itu melonggar. Tetapi, Mama yakin kalian akan bersatu kembali. Jangan pernah menyerah perjuangin cinta kamu ya? Mama paham kamu ngerasain sakit yang amat dalam atas rasa ketidakpercayaan diri Astalian untuk terbuka sama kamu. Pastinya kamu merasa bahwa Serena adalah segala-galanya untuk Astalian. Tetapi, kamu lupa satu hal, Kak. Semesta yang Astalian mau hanya kamu. Kamu adalah hal berharga dalam hidupnya dan akan tetap seperti itu."

L

avelyn tersenyum simpul. "Jujur aku mulai ragu akan hal itu, Ma."

"Nggak papa, Kak. Kamu masih kecewa dengan sikap Astalian. Maafin diri kamu ya, Kak? Maaf atas segala kesakitan yang kamu torehkan sehingga membuat tubuh kamu sakit. Maaf atas kesalahan Serena. Kesalahan Astalian. Mereka hanya mencoba melindungi diri. Tetapi, lupa pada sekitar. Semoga saja ini jadi pelajaran untuk Astalian dan Serena agar tidak bertindak seperti ini lagi. Biarkan Astalian merenungi kesalahannya. Kamu nggak perlu merespon meskipun atas dasar kasihan. Beri dia pelajaran sembari kamu melihat usahanya untuk memperbaiki hubungan ini. Kalau aja dia nggak nunjukin rasa penyesalan dan usahanya untuk kembali sama kamu. Mama mohon, menjauh dari hidup Astalian. Mama nggak mau kamu lebih sakit. Mama sayang kamu, Kak."

Lavelyn mengangguk. "Iya, Ma."

...

Wah Ansel mulai ada kode menjauh dari hidup Serena. Begitupun Lavelyn terhadap Astalian. Keknya seru nih Astalian dan Serena dikasih pelajaran supaya bisa sadar sama tindakan mereka.

Kalian maunya mereka di apain?

Jangan lupa like dan komennya

* Published on June 3rd, 2024.

Cinta Cowok Idaman!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang