03. Obat Lelah di Pengujung Hari

37 10 0
                                    

Pukul 12.30.

Sehabis pelajaran agama Katolik, aku memutuskan untuk tidak keluar dari kelas. Aku sedikit trauma dengan kejadian saat di kantin tadi. Yang salah siapa, yang dihukum siapa.

"Kau tidak ingin makan lagi di kantin?" tanya Won-Jin di sampingku.

Aku yang sedang membaca buku pelajaran sampai menutupi wajah, langsung menurunkan buku dan membalas, "Tidak."

Won-Jin menyilangkan kedua tangannya di dada, "Masa kau sudah menyerah begitu saja? Ji-Won itu kan perempuan. Masa, kau sudah menyerah begitu saja?"

Aku langsung menengok ke arahnya, "Bukan itu maksudku, aku sedang malas saja berada di luar. Siapa juga yang menyalahkan Ji-Won itu perempuan? Lupakan saja, katanya mau lihat komik lagi?"

Dia mendadak menggelengkan kepala, "Tidak, aku merasa lapar. Bukannya, makan itu adalah hal penting?" Dia tersenyum padaku dengan wajah sedikit lebih dekat, "Ya sudah, aku pergi dulu. Baik-baik di kelas."

"Aku tidak akan menangis jika ditinggal olehmu," balasku dengan kesal.

Won-Jin hanya tersenyum sebelum benar-benar meninggalkanku sendirian di kelas. Ji-Ah juga pergi ke kantin bersama teman-teman perempuannya, sementara aku hanya akrab dengan Won-Jin, Ji-Ah, dan In-Ho. Selain mereka bertiga, aku tidak dekat dengan siapa pun.

"Lebih baik baca komik saja." Sesudah bergumam sendirian, aku langsung membalikan badan dan memgambil komik yang di belikan oleh ayahku. Sehabis komik ini ada di tanganku, aku membuka lipatan bab untuk menandai sampai mana aku baca. Aku mulai membaca dengan fokus tanpa memperdulikan lingkungan sekitar.

"Kenapa sulit sekali? Padahal aku ingin mencoba yang terbaik, namun ini sungguh sulit sekali," batinku sambil menirukan tulisan yang ada di dalam komik. "Ini semacam apa? Semacam pembicaraan?" gumamku dengan lantang. Aku tidak terlalu mengerti tentang ilmu komik, dan apa itu yang bundar-bundar macam balon? Tag pembicaraan atau apa? Ini sungguh membingungkan sekali.

"Biarkan sajalah, yang penting aku bisa baca komik yang seru," gumamku dengan senyuman terukir sebelum kembali fokus membaca. Bukunya sangat tebal, jadi bacanya komik ini butuh waktu yang lama. Buku komik yang pertama kali aku baca, dan ini adalah komik yang paling aku cintai. Aku bersyukur ayah membelikan komik seperti ini untukku. Aku sungguh menyayanginya.

Saat asyik membaca buku, mendadak ada guru yang memanggilku dari luar kelas dengan suara keras menggema di telingaku, "Youngjae!" Aku yang terkejut pun langsung menurunkan buku dan melihat ke arah pintu kelas, "Kau tidak istirahat?"

Seorang kakak kelasku yang aku kenal sebagai Ki-joon memanggil namaku. Dari semua kakak kelasku, aku hanya mengenal sedikit, dan dia salah satunya.

"Tidak, aku sedang baca komik," jawabku dengan santai. "Hm, ada apa memanggil diriku, Kak?"

"Kalau tidak istirahat, bantu kakak membersihkan perpustakaan sekarang. Adik mau, kan?" balasnya.

Mendengar itu, aku langsung menutup buku komikku dan segera bangkit dari kursi. "Tentu saja mau," kataku. Aku berjalan mendekatinya dengan semangat.

"Tapi, tunggu. Kenapa pakai kaos?" tanyanya soal penampilanku. "Wah, aku terkejut."

Ya ampun, aku benci ini. "Tidak apa-apa, nanti aku ceritakan kenapa pakai kaos. Ayo, katanya mau beres-beres perpustakaan."

Setelah berdiskusi singkat yang tak jelas, kami berdua langsung menuju perpustakaan yang terletak di lantai 2. Meskipun agak jauh dari kelasku yang berada di lantai 1. Sekarang, kami berdua sedang berjalan bersama-sama menuju tangga yang mengarah ke lantai 2.

Who Are You? (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang