Sembilan

260 44 4
                                    

Tangisan Juna mereda dengan dirinya yang masih memeluk seseorang di sampingnya. Ia membuka matanya perlahan, gelak tawa pun terdengar dari masing-masing mereka yang menertawakan teman di sebelahnya. Berbeda dengan Juna yang masih terdiam, ia benar-benar tak berani menggeser tubuhnya untuk melihat sosok yang ia peluk sekarang.

Ia tau, ia bahkan hapal bagaimana wanginya. Aroma tubuh sosok yang beberapa hari ini sering ia peluk.

"Jun?" panggil Jamal yang merasa tak ada pergerakan dari Juna. Adik kelasnya itu tak sadar akan sosok Jamal yang berpindah tempat saat disuruh merapihkan barisan.

Juna menarik cepat tubuhnya dan berlari meninggalkan tempat. Ia merasa malu, lagi-lagi ia menunjukan sisi lemahnya namun langkah yang ia ambil justru bersembunyi di tenda tempat mereka tidur bersama.

tidur bersama?

Tangan mungil itu lantas memukul-mukul kepalanya. apa yang ada di pikirannya saat ini?

"Jun, kenapa? hey kok kamu pukul-pukul kepala gitu?" Juna tersentak membulatkan mata saat Jamal masuk dan meraih tangannya. 

"Gak, gak pa pa." jawab Juna cepat namun Jamal semakin mendekatkan dirinya dan menangkup pipi gembil yang sedikit memerah itu.

"Beneran gak apa-apa?" Jamal mempertegas namun Juna menepis tangan itu. Tubuhnya terasa memanas mendapat sentuhan yang baginya terlalu intens itu.

"Udah gue bilang ga apa-apa!" Juna justru melonjak emosi. Ia tak sanggup menahan perasaan anehnya itu "Mending lo pergi dari radius gue. Gue gak nyaman deket lo." usir Juna. Perasaan ini tak nyaman, Juna ingin cepat menetralkan degub jangtungnya.

Mendapat penuturan sadis seperti itu tak membuat Jamal marah sedikit pun. Ia menjulurkan tangan dan mengusap pelan pucuk kepala Juna.

"Yaudah kalo emang bener gak apa-apa. Saya tinggal ya. Kalau ada apa-apa bilang saya." ucap Jamal sebelum keluar dari tenda.

Juna tak menoleh mau pun menjawab perkataan Jamal, ia memeluk erat lututnya yang ia tekuk sambil duduk. Kenapa mulut laknat ini justru memaki Jamal? Kenapa ia menjadi lebih sensitif seperti ini?

Entah kegiatan apa lagi yang berjalan di luar sana, Juna memilih diam di tempatnya. Apa tujuan Jamal selama ini padanya? kenapa ia membuat Juna menjadi sangat kacau saat ini. Ia merasa menjadi sosok lemah yang cengeng, bahkan selalu ingin menangis sambil mengunkapkan semua pada lelaki itu.

Juna benci menjadi sosok yang seperti itu.

dan waktu pun berjalan menunjukan pukul 10 malam, yang artinya semua murid harus kembali ke tenda masing-masing untuk beristirahat. Juna mendadak gugup dan bergerak tanpa sadar mengambil posisi berbaring di paling pinggir  dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut yang entah milik siapa. Ia merasakan pergerakan dari tenda pertanda rekan-rekan tendanya itu masuk.

"Udah tidur aja nyil." Celetuk suara yang sudah ia kenal itu. "asem banget mulut gue anjir lah." lanjutnya.

"Mampus yud gak bisa ngudut." ledek temannya. Arjuna memanjangkan kupingnya, ia tak mendengar sedikit pun suara yang sedang ia hindari. Rasa pengap sudah hampir membuatnya berkeringat. Meski udara diluar dingin namun di dalam tenda dengan isi yang hampir penuh benar-benar terasa pengap.

Tak tahan bersembunyi, ia pun membuka kainnya dan langsung mengambil posisi duduk

"Haaahh."

"Anying sia, yeeeu unyil bikin kaget aja." umpat Yudha yang cukup terkejut dengan aksi tiba-tiba dari adik kelasnya itu.

Mata mungil Juna menggerling gugup melihat kearah sosok-sosok yang ada di dalam tenda, hanya sekedar memastikan apa benar-benar tak ada seseorang yang membuatnya seperti ini. Namun hal itu menjadi perhatian Doni yang langsung mengkonfirmasi.

Arjuna [JaeRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang