17. kita kayak keluarga.

282 49 5
                                    

zhiguang pikir hubungan mereka akan renggang setelah malam itu, tetapi junjie masih membalas pesan-pesannya di obster, masih mengangkat teleponnya, masih berbincang dan tertawa mendengar candaannya. persis sebagaimana sebelumnya. bahkan ketika satu atau dua kali mereka berpapasan di kampus―dengan zhiguang yang selalu menemukan waktu untuk mengunjungi gedung TI mengesampingkan sesibuk apa pun kelas dan tugas-tugas hariannya―dan junjie tetap mengulas senyum terbaik untuk menyapanya, kendati tak sempat berbincang panjang, sebab kesibukan dan jadwal kuliah yang berbeda membuat pertemuan mereka berakhir sangat singkat.

"sepuluh menit lagi kelas aku udah mau mulai, guang. duluan, ya, nanti lanjut ngobrolnya di chat. see you!" adalah kalimat perpisahan yang mengakhiri papasan singkat mereka.

junjie bukan menghindarinya, zhiguang yakin itu. seniornya itu memang sedang sibuk dengan berbagai tugas dan diskusi materi, mengingat semester yang sedang ditempuh sekarang, berbeda dengan dirinya yang masih menginjak tahun kedua perkuliahan. sebenarnya, alasan ia bisa seyakin itu adalah karena junjie tidak mungkin sengaja menghindarinya. faktanya, pemuda itu memang tidak terlalu terbuka dalam berbagai aspek tetapi nilai-nilai kejujuran yang dimiliki sangat patut diapresiasi. sangat kecil kemungkinan untuk pemuda huang itu berbohong menjadikan sibuk sebagai alasan untuk menghindar. selain itu, yibo sempat beberapa kali meneleponnya untuk menanyakan keberadaan xiao zhan yang sepertinya juga terlalu sibuk dengan perkuliahan sampai melupakan si kekasih.

"nggak heran, sih, zhan-zhan kalo udah ngerjain coding bisa lupa diri, nggak inget makan-minum, bahkan mamanya bisa sampe ngomel panjang kali lebar sebulanan," cibirnya terang-terangan tatkala bertemu dengan yibo di ruangan klub motor, yang langsung dihadiahi decakan tajam dari si ketua klub.

namun, di lain sisi, zhiguang diam-diam menyadari bahwa kejadian "pengungkapan" yang terjadi di mobil waktu itu seakan-akan telah terlupakan. huang junjie tidak membahas maupun menanyakan kejelasan dari ungkapan itu dan zhiguang tak tahu entah harus menyesali tindakan confession-nya atau tindakan pengecutnya. sedikit banyak kemungkinan menyergap benaknya setiap kali mendengar suara junjie dari telepon. suara yang selalu rendah dan menenangkan itu malah membuatnya gugup, gelisah, tak karuan. bahkan setelah mengumpulkan niat dan berinisiatif memperjelas arti hubungan mereka baginya, seperti malam ini, zhiguang tiba-tiba merasa lidahnya kelu.

"hei, guang? kenapa diam lagi? kamu udah ngantuk, ya? mau aku matiin aja sambungannya? udah jam sepuluh juga."

zhiguang memejamkan mata, menumpukan kepala ke sandaran sofa. xingxing berbaring diam di atas pangkuannya dengan keempat kaki lembutnya terangkat ke atas, mengedip-ngedipkan mata dengan penuh perhatian sekaligus penantian sebab elusan zhiguang pada perut berbulu putih itu tiba-tiba berhenti sejak tadi. setelah menghabiskan beberapa detik merenung, akhirnya zhiguang menyahut, "ah, bukan..., itu, besok, kakak besok ada kelas?"

"um...," ada jeda dalam ucapannya, "besok jadwal aku kosong, jadi nggak bakal ke kampus. paling main game, nyiram bonsai, terus tidur seharian."

zhiguang meneguk ludah satu kali sebelum balas menyahut, "mau main ke rumah aku? main sama xingxing."

"ke rumah kamu?" ada keraguan sayup-sayup dalam suara itu.

"iya, main sama xingxing."

"...."

zhiguang tanpa sadar menggigit sudut bibirnya, menanti-nanti jawaban dari lawan bicaranya di seberang.

"mau, boleh, yang penting nggak ngerepotin, 'kan? jadwal kamu gimana?" ada jeda sejenak sebelum junjie melanjutkan, "terus, ke rumah kamu naik apa?"

"aku jemput," jawab zhiguang dengan sedikit tergesa, jemarinya tanpa sadar mulai meremas sandaran tangan pada sofa yang didudukinya. "besok aku ada kelas, pulangnya jam tiga. aku jemput kakak di asrama, ya."

little did he know │【xia zhiguang x huang junjie 光捷】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang