18. pacaran sama aku, ya?

242 42 4
                                    

"kak, you're unbeatable, really. i mean, how did you pull―ah, kakak nggak mau kasih tim aku kesempatan menang? kita cuma beda satu poin, lho. ah, please, kali ini aja? please, let me win this time."

"kamu coba aja."

"yes, ini aku coba, tapi orang-orang kakak, duh, mereka suka hadang-hadang teruuus. ini gimana oper bolanya ke orang tim aku kalo kakak nggak mau kasih aku ruang?"

"guang, just keep trying...."

"kak, i am trying. wait, no, aiya, jangan dulu, kasih aku chance―uh, again? tim aku kalah lagi? serius ini?"

zhiguang meletakkan joystick-nya di pangkuan, bibirnya berkerut menatap monitor TV yang menampilkan kemenangan dan kekalahan, lantas memutar tubuhnya ke arah junjie yang duduk di sebelah. entah sudah masuk babak ke berapa, tetapi ia belum sekalipun berhasil memenangkan pertandingan bola basket itu, timnya selalu kalah beberapa poin dari tim junjie. "kak, kamu jago main game-nya aja atau jago basketnya juga?" zhiguang mengabaikan kekalahan timnya, memilih fokus pada lawan bicaranya yang sejak tadi hanya menyuruhnya untuk terus mencoba.

keduanya kini duduk bersila di atas permadani, masing-masing memegang joystick, sudah hampir satu jam berlalu sejak permainan bola basket di monitor dimulai dan tim yang dimainkan oleh junjie selalu memenangkan setiap ronde. zhiguang sudah meminta junjie untuk mengalah beberapa kali, tetapi jiwa kompetitif kakak tingkatnya itu sangat sulit untuk dimenangkan. xingxing yang mulanya menempeli zhiguang, membuat ia kesulitan fokus dalam permainan itu, pun berakhir tertidur di atas sofa. awalnya zhiguang tanpa malu menyalahkan xingxing yang mengganggui sehingga menyebabkan ia kalah berkali-kali, tetapi begitu makhluk berbulu putih itu sudah tertidur, kekalahannya tetap mutlak.

junjie hanya tersenyum sekilas, meletakkan joystick-nya di sisi, lalu meraih cangkir tehnya di atas meja dan menyesap sisa teh oolong di sana, kemudian berujar sekenanya, "well, nggak jago-jago banget."

"eiy, nggak mungkin," zhiguang tidak terima mendengarnya dan langsung mencondongkan tubuh, "kamu sering main basket juga, 'kan? mau main bareng sekarang? main langsung, one-on-one."

mata sipit junjie membulat dan seketika memalingkan wajah, sedikit menjauh. "sekarang? di mana?" tanyanya sembari meletakkan kembali cangkir tehnya pelan-pelan ke meja.

zhiguang menunjuk ke belakang, "ada lapangan basket di bawah, nggak luas-luas banget tapi masih pas buat main berdua."

junjie membulatkan bibirnya, "wow," lantas pandangannya jatuh pada xingxing yang masih tidur nyenyak di sofa, "terus, xingxing gimana?"

zhiguang bangkit berdiri. "biar aku yang gendong."

junjie mengangguk-angguk setuju, lantas menyipitkan mata dengan senyum geli, "nggak takut kalah lagi?"

zhiguang cemberut, bibirnya mencebik. "aku yakin bakal menang kali ini. lihat aja nanti, aku bakal kalahin kakak."

lapangan basket yang berdasarkan kata zhiguang tidak terlalu luas itu justru sangat luas untuk permainan satu lawan satu, malah masih cukup menampung tiga lawan tiga sampai empat lawan empat. lokasi lapangan itu terletak di halaman belakang rumah zhiguang yang awalnya junjie pikir hanyalah taman rumput luas, dibentuk persegi, dan satu tiang ring berdiri kokoh di sana, sedangkan lantainya terbuat dari material interlock, tampak meyakinkan bahwa zhiguang sangat berdedikasi pada setiap hobi yang digelutinya.

zhiguang meletakkan xingxing di pinggir lapangan. makhluk mungil itu yang mulanya tidur nyenyak, begitu mendapati dirinya akan dibawa ke luar rumah langsung bergerak lincah dalam gendongan zhiguang, tidak sabar diturunkan. sayangnya begitu tiba di lapangan, zhiguang sudah langsung memberinya boneka bebek dan memerintah, "xingxing, stay di sini, ya. jangan kelayapan, anak gadis nggak boleh pergi-pergi sendirian. main sama bebeknya aja di sini. nurut sama orangtua, yaaa?"

little did he know │【xia zhiguang x huang junjie 光捷】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang