-Part 29-

434 91 17
                                    

Setibanya di apartment, Joy langsung saja menceritakan semuanya kepada sahabatnya itu.

"Si Jeykey sudah meracuni fikiran Om Ha-Won" keluh Jennie.

"Om Ha-Won bahkan sanggup mengusir keluarga adiknya sendiri gara gara omongan Jeykey" lanjut Irene.

"Tapi Chaeng baik baik saja bukan?" tanya Limario khawatir.

"Chaeyoung kelihatan baik baik saja tapi dia terus saja menangis. Dia dikurung dikamar bahkan ada 2 orang pria yang berjaya didepan pintu kamar Chaeyoung" jelas Joy.

"Bagaimana dengan balkon kamar Chaeyoung?" tanya Irene.

"Balkon kamar itu sudah dikunci. Chaeyoung hanya ditemani kegelapan didalam kamar itu" jawab Joy.

"Sial!" gumam Limario mendesah kecewa karena dirinya gagal melindungi gadis yang dia cintai.

"Apa lagi yang harus kita lakukan?" tanya Wendy.

"Gue akan langsung menerobos masuk kedalam mansion itu. Gue tidak peduli lagi sama si Jeykey itu!" balas Limario.

"Jangan gila Lim!" sentak Jisoo "Bisa bisanya lo mati gara gara dipukul sama orang orang Jeykey!"

"Mendingan gue saja yang mati daripada Chaeng tersiksa gara gara si brengsek itu!" balas Limario dengan nafas yang memburu.

"Kita tidak bisa menggunakan kekerasan" ujar Irene.

"Irene benar. Mendingan nanti malam kita ke mansion orang tua Chaeyoung dan kita berusaha ngomong secara baik baik sama orang tua Chaeyoung. Gue tahu, walaupun Om Ha-Won itu galak, dia masih punya sisi lembutnya. Lagian Chaeyoung itu satu satunya anak gadisnya. Dia pasti menyayangi Chaeyoung walaupun dia tidak pernah menunjukkan kasih sayangnya itu" jelas Jennie.

"Kamu pintar" puji Jisoo mencubit pipi gembul Jennie dengan gemes.

"Dan lo harus persiapkan diri lo. Pastikan lo kelihatan seperti cowok yang baik agar Om Ha-Won yakin sama lo" ujar Seulgi menepuk pundak Limario.

"Arrasso" sahut Limario dengan patuh.


*

Sementara itu dimansion keluarga Park, terlihatlah sosok Ha-Won dan Jiyeon yang lagi berdebat.

"Kamu sudah benar benar keterlaluan Oppa! Kamu tega mengusir adik kamu sendiri hah!?" marah Jiyeon.

"Aku lakukan semua ini demi Chaeyoung! Aku tidak ingin Chaeyoung terpengaruh sama omongan mereka!" balas Ha-Won.

"Tapi ini bukan caranya Oppa!" kesal Jiyeon.

Ha-Won berdecak "Sekarang kamu siap siap terus kita ke perusahan!"

"Tidak! Aku ingin dimansion saja. Tidak mungkin aku meninggal Chaeyoung sendirian!" tolak Jiyeon.

"Sudah ada Jeykey yang akan menjaga Chaeyoung! Kita harus membiarkan mereka melakukan pendekatan karena nanti mereka juga akan menikah"

"Sebagai seorang ibu, aku tidak mengizinkan anak aku untuk menikah dengan Jeykey!"

"Kamu semakin keterlaluan ya!"

Dengan marahnya Ha-Won menyeret istrinya itu untuk memasuki mobil.

Sudah pasti Jiyeon terus meronta ronta namun tetap saja dia tidak mampu melawan suaminya itu.








Sejak kepergian Joy, Chaeyoung terus saja melamun diatas kasurnya itu. Gadis ini masih memikirkan semua omongan sepupunya itu.

"Limario dan Lisa, mereka seperti orang yang sama. Dan bodohnya gue yang malah mencintai kedua duanya" gumam Chaeyoung tersenyum miris.

"Chae"

Chaeyoung menatap sekeliling kamarnya dan sedikit kemudian dia membeku ketika pandangannya tertuju kearah satu sosok yang tidak asing itu.

"June Oppa" lirihnya dengan isakan.

"Chaeyoung, adik kecilnya Oppa"

"Hiks Oppa" isak Chaeyoung menghampiri sosok itu lantas dia memeluknya dengan erat "Hiks Oppa. Kenapa Appa kejam. Hiks Chae tidak ingin menikah sama Jeykey. Hiks" isaknya.

"Appa sayang sama kamu Chae. Hanya saja Appa terlalu gengsi untuk menunjukkan kasih sayangnya itu. Appa fikir Jeykey adalah cowok yang terbaik untuk kamu tapi ternyata pilihan Appa itu salah. Maafkan Appa ya"

"Hiks Chae juga salah. Sudah seharusnya Appa membenci Chae. Hiks Oppa mati gara gara Chae"

"Chaeyoung-ah. Oppa mati bukan gara gara kamu. Berdamailah sama masa lalu kamu ya. Teruskan lah hidup kamu bersama orang yang kamu cintai. Kamu harus bahagia Chae"

Secara tiba tiba, sosok itu menghilang dari pandangan Chaeyoung.

"Oppa! Oppa dimana!? Hiks jangan pergi Oppa" isak Chaeyoung mencari keberadaan sang Oppa.

Ceklekk

Pintu kamar Chaeyoung dibuka dan masuklah sosok Jeykey yang menatap Chaeyoung dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Hiks dimana June Oppa?" isak Chaeyoung.

"Lo lupa kalau Oppa lo sudah mati hurm? Semuanya juga gara gara lo" kekeh Jeykey.

"Andwae!" pekik Chaeyoung menutup kedua kupingnya.

Jeykey mendekati Chaeyoung dengan seringai "Sekarang hanya ada kita berdua disini. Orang tua lo sudah pergi"

"Hiks andwae! Pergi!" teriak Chaeyoung. Sepertinya traumanya sudah kembali kambuh.

Jeykey memegang kedua tangan Chaeyoung dengan erat "Ini yang akan lo dapatkan setelah lo sok jual mahal sama gue" smirknya.

"Pergi!" teriak Chaeyoung dengan badan yang sudah gementar ketakutan.

"Diam!" sentak Jeykey.

Walaupun takut, Chaeyoung berusaha menyambar botol perfume yang sudah kosong diatas meja riasnya itu.

Prangg!

"Akhh!" Jeykey meringis kesakitan gara gara Chaeyoung memukul kepalanya menggunakan botol perfume itu.

"Brengsek!" umpat Jeykey dengan marah.

Tanpa aba aba, dia langsung menyeret tangan Chaeyoung dengan kasar lantas dia mencampakkan Chaeyoung keatas lantai.

"Lo mau main main sama gue hah!? Fine! Ayo kita main main!" teriak Jeykey.

Srettt

Jeykey melepaskan ikat pinggang miliknya.

Ctakkk

"Arghhh!" Chaeyoung berteriak kesakitan ketika Jeykey mencambuk punggungnya itu.

Ctakkk

Ctakkk

Ctakkkk

Bukannya berhenti, Jeykey terus saja mencambuk Chaeyoung sehingga gadis itu hanya mampu mengerang kesakitan.

"Hiks appo" rintih Chaeyoung hampir tidak sadarkan dirinya.

"Lim, tolong aku"









Tekan
   👇

Sacrifice of Love✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang