Haiiiii! Seperti biasa jangan lupa untuk follow karena ada sebagian cerita yang diprivate, vote, komen and share ke sosmed kalian terimakasih💌
Jangan lupa juga follow tiktok @pacarnyadoyoung_ karena info-infonya bakalan gue kasih tau di sana🥰
Oh iyaa, gue mau kasih tau ke kalian kalau cerita ini ada perubahan sedikit, biar kalian gak bingung mending kalian baca ulang dari BAB 1 okeee..
Happy Reading
•••
Bumi dan Liam masih menunggu Dokter Asya didepan ruang oprasi Bulan. Sudah 3 jam pintu ruang oprasi belum terbuka, mereka berdoa semoga apa yang mereka doakan sesuai dengan harapannya.
Ceklek pintu oprasi mulai terbuka, menampakkan sosok Dokter Asya yang keluar dari sana.
"Dokter gimana?" tanya Bumi dengan antusias.
Dokter Asya tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Bumi. "Oprasi berjalan dengan lancar, dan sekarang adik kamu akan dipindahan ke ruangan warat inap." jelas Dokter Asya.
Bumi yang mendengar penjelasan pun langsung bernafas lega. Akhirnya Bulan bisa terbebas dari penyakit sialan itu.
Beberapa suster membawa blankar yang ditiduri oleh Bulan dibawa keluar dari ruangan oprasi. Bumi dan Liam melihat jelas bagaimana Bulan masih memejamkan kedua matanya.
"Cepet siuman ya sayang." ucap Liam sembari mengusap pucuk kepala Bulan.
Suster itupun berjalan kembali membawa Bulan untuk menuju ruang rawat inap.
"Dokter Asya terimakasih karena Dokter terus membantu anak saya, Bulan." ucap Liam.
"Tidak masalah Pak, ini tugas saya sebagai Dokter." jawab Dokter Asya dengan senyuman hangatnya.
Mereka tersenyum atas jawaban itu.
"Kalau gitu saya permisi dulu, mari." ucap Dokter Asya dan belalu pergi.
"Bumi, Papah harus pergi keluar negeri sekarang karena ada pekerjaan yang tidak bisa Papah tinggalkan disana, maaf nak Papah harus meninggalkan kalian dengan Bulan yang masih belum pulih." ucap Liam yang berusaha tetap tegar didepan Bumi.
"Bumi bakalan jaga Bulan, Pah. Papah tenang aja." jawab Bumi.
"Kalian baik-baik disini, dan kamu jangan lupakan obat serta jadwal cuci darah kamu ya. Papah cuman seminggu di Amerika." jelas Liam.
Bumi mengangguk sebagai jawaban.
"Beritahu Bulan salam dari Papah ketika dia sudah sadar nanti." ucap Liam.
"Iya, Pah. Safe flight, Bumi dan Bulan akan terus menunggu Papah untuk pulang." jawab Bumi yang membuat pria baruh baya itu tersenyum hangat.
Liam menepuk pundak anak sulungnya itu betapa bangga dirinya mempunyai anak seperti Bumi yang bisa diandalkan setiap saat dalam situasi apapun itu.
"Papah bangga sama kamu." setelah mengucapkan kalimat seperti itu. Liam segera pergi meninggalkan rumah sakit.
Sekarang Bumi kembali sendiri. Bumi yang hendak berjalan menuju ruangan Bulan tiba-tiba terhenti akibat dirinya merasakan pusing yang luar biasa dan juga mendapati hidungnya yang keluar darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙷𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚂𝚎𝚖𝚋𝚞𝚑
Teen Fiction⚠️𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀 𝐊𝐀𝐑𝐄𝐍𝐀 𝐀𝐃𝐀 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐆𝐈𝐀𝐍 𝐁𝐀𝐁 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐃𝐈 𝐏𝐑𝐈𝐕𝐀𝐓⚠️ Kepada yang terkasih. Ia rela berdetak kembali, mesti ia telah mati.