6

83 9 2
                                    

Selama seminggu terakhir sikap Haruto benar-benar berubah ke Hiyyih. Ia menjadi sangat baik dan sangat perhatian pada Hiyyih. Ia membantu Hiyyih dalam segala hal, mulai dari membersihkan rumah hingga memasak. Ia juga cuti kerja. Katanya sih capek jadi pengen dirumah aja.

Karena malam ini merasa bosan, Haruto mengajak Hiyyih jalan-jalan. Mereka membeli tteokbokki, ramen dan cola lalu memakannya di pinggir sungai han. Di malam hari sungainya terlihat sangat indah.

Mereka menikmati makan malam disana.

"Kayaknya seminggu terakhir ini kamu ngga pegang hp deh?"
"Hmm... iya kan lagi cuti."
"Ada masalah dikerjaan kah?"
"Ngga ada. Lagi pengen cuti aja. Capek soalnya..."
"Terus kamu juga ngga pernah keluar lagi."
"Ini lagi keluar."
"Bukan. Maksudku kamu ngga ketemu Wonyoung lagi? Terus kamu hubungin dia gimana kalau ngga pegang hp?"

Aishh... pertanyaan bodoh itu keluar begitu saja dari mulut Hiyyih. Padahal kan ini yang Hiyyih mau. Haruto baik padanya dan selalu membantunya.

"Kita pulang yukk! Dingin nih...."

Bukannya menjawab pertanyaan Hiyyih, Haruto malah mengajaknya pulang.

Hiyyih sangat penasaran dengan apa yang terjadi anatara Haruto dan Wonyoung. Bagaimana bisa seorang Haruto bisa tahan tidak bertemu Wonyoung lebih dari satu hari?

Haruto sedang berada diruang kerja. Ia membolak-balikkan hpnya yang sengaja ia matikan. Ia masih bingung mau menyalakan atau tetap mematikannya.

Haruto memang sengaja mematikan hpnya karena ingin tahu perasaannya pada Hiyyih dan juga Wonyoung. Ketika bersama Hiyyih ia bisa melupakan semua hal tentang Wonyoung. Namun ketika bersama Wonyoung ia masih saja memikirkan Hiyyih.

Haruto tidak tahu pasti kapan perasaannya bisa berubah. Apakah sejak awal kenal Hiyyih atau baru-baru ini? Ia masih belum bisa memastikan atau bahkan meyakinkan.

~ting tong...~

Seseorang memencet bel rumah. Hiyyih yang mendengar bel berbunyipun melihatnya dari cctv. Dan yang dia temukan....

~ceklek....~

Hiyyih membuka pintu dan mempersilahkannya masuk.

"Haruto dimana? Kenapa dia tidak bisa dihubungi?"

Haruto keluar dari ruanv kerjanya dan bertanya,"Hiyyih, siapa yang datang??"

Wonyoung berlari dan memeluk Haruto.

"Haruto-yaa.... kau kemana saja? Kenapa tidak bisa dihubungi? Aku sangat merindukanmu?"
"Bagaimana kau bisa kesini?"

Haruto terkejut melihat kehadiran Wonyoung disana. Hiyyih lebih terkejut lagi. Ia berlari ke kamarnya tidak ingin melihat adegan yang sangat tidak ingin ia lihat. Haruto melihat Hiyyih berlari ke kamarnya dengan wajah sedih.

Haruto segera melepaskan pelukannya dari Wonyoung.

"Pulanglah. Kau tidak seharusnya datang kemari."
"Kenapa tidak? Aku bahkan dulu sering kemari."

Ia mendorong Wonyoung keluar dari rumahnya.

"Aku akan menghubungimu nanti."

Haruto menutup pintu rumahnya.

"Yaa!! Haruto!! Buka!!"

Haruto mengetuk pintu Hiyyih merasa khawatir padanya. Hiyyih membuka pintunya.

"Ada apa?"
"Aku tidak tahu bagaimana Wonyoung bisa kesini. Aku tidak menyuruhnya untuk datang kesini. Kau percayakan?"
"Aku percaya. Sekarang pergilah dan antarkan Wonyoung pulang. Aku ingin tidur."

Haruto menggapai tangan Hiyyih.

"Kau marah padaku?"
"Tidak. Ini kan sudah biasa terjadi."

Kalimat itu membuat Haruto semakin merasa bersalah. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Badanmu panas."

Haruto hendak memegang dahi Hiyyih untuk memastikan apakah suhu badannya tinggi namun Hiyyih menampis tangan Haruto.

"Aku tidak apa."

Hiyyih menutup pintunya kemudian mengambil termometer untuk mengecek suhu badannya. Kemudian ia merebahkan badannya karena kepalanya sangat pusing.

Suhu badannya saat ini 39°C. Suhu yang sangat tinggi.

Haruto terlihat khawatir tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena Hiyyih melarangnya.

Haruto menyalakan hpnya. Banyak sekali notifikasi masuk apalagi dari Wonyoung. Namun ia tidak menghiraukannya.

Sampai akhirnya Haruto tertidur di sofa.

Complicated Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang