Bab 2. keluarga biadam

201 11 0
                                    

Halo semua! 😊

Apa kalian menyukai prolog dan Bab.1 nya!
Hari ini ai memperbaiki Bab.2.

Berikut ini bagian yang telah aku perbaiki:

Selamat membaca😊

-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-

*ZAFAGARA*
(≡^∇^≡)

-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-



"Jangan bercanda Lo," ucap Darendara Afagantara dingin. Darendara, atau yang biasa dipanggil Daren, adalah kakak ketiga Zafa, berusia 18 tahun.

"Bercanda Lo ga lucu," ucap Zayen Afagantara dingin. Zayen, kakak kedua Zafa, adalah ketua geng "Aborrsen". Usianya 19 tahun.

Arion yang mendengar itu pun menaikkan satu alisnya. Tak lama, ia membuka masker oksigennya dengan kasar dan menatap wajah semua orang yang ada di ruangan tersebut dengan tatapan dingin dan datar.

"Siapa?" tanya Arion penuh penekanan.

"Apa yang kau mak..." Ucapan Andanil Afagantara, ayah Zafa, terpotong karena ada suara pintu terbuka.

"Cek lek,"

Pintu terbuka menampilkan dua orang yang berjalan ke dalam ruangan. Yang satu berpakaian serba putih, yaitu dokter, dan yang satunya memakai serba hitam, yaitu asisten pribadi Zafa.

"Selamat malam, semua. Saya ingin memeriksa keponakan saya dulu ya," ucap Andriana Afagantara, abang sepupu Zafa.

"Malam," jawab semua orang yang ada di dalam, kecuali Arion/Zafa.

Andriana pun berjalan ke tempat tidur Arion/Zafa dan memeriksa keadaannya.

"Apa ada yang sakit?" tanya Andrian.

Bukannya menjawab, Arion/Zafa malah balik bertanya, "Siapa?"

"Saya Andrian Afagantara, kakak sepupu kamu," jawab Andrian.

"Saya?" tanya Arion.

Semua orang yang mendengar pun menatap Arion dengan datar, kecuali Andrian dan Bagas.

"Kamu Zafagara Aliagnan Afagantara, putra keempat dari Pak Tua bangkak itu. Dan tiga orang itu adalah kakak kandungmu," jawab Andrian sambil menunjuk orang-orang yang sedang berdiri di belakangnya.

"Oh," ucap Arion, lalu membaringkan tubuhnya dan menutup matanya.

"Dasar tidak sopan," ucap Samuel Afagantara, kakak pertama Zafagara. Samuel adalah seorang CEO muda yang berusia 21 tahun.

Samuel pun keluar dari ruangan, diikuti kedua adiknya.

Danil melihat Arion yang sedang menutup matanya.

"Kalo sudah membaik, bawa ke mansion. Jangan ngabisin uang saya, anak sialan," ucap Danil lalu pergi keluar.

Andrian hanya bisa menggelengkan kepala saja karena sifat omnya yang kejam.

"Yasudah, saya permisi dulu ya karena saya ingin memeriksa pasien yang lain," ucap Andrian lalu melangkah pergi keluar.

Di dalam ruangan tersebut, cuma ada Bagas dan Arion yang sedang berbaring. Bagas yang awalnya berdiri di depan pintu pun izin untuk berjaga di luar saja karena takut mengganggu istirahat Tuan Muda.

"Tuan Muda, saya jaga di luar ya. Kalo butuh sesuatu, tunggu panggilan saja," ucap Bagas. Arion tidak menjawab. Bagas pun keluar.

Arion yang merasa ruangan ini sudah tidak ada orang pun membuka matanya.

"Kenapa hari ini menyebalkan sekali," batin Arion.

"Sial, apa yang terjadi sama gua?" gumam Arion.

"Siapa sih mereka yuruh-yuruh gua pulang ke rumah merah, siap lagi Zafa," gumam Arion.

"Lebih baik gua ke kamar mandi aja buat nyuci muka," ucap Arion lalu turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah kamar mandi, walaupun tadi kaya mau jatoh.

Saat Arion sudah sampai di kamar mandi, ia langsung menyalakan keran air lalu meraupkan mukanya agar fresh gitu. 😌 Selesai meraupkan mukanya, ia menatap cermin dan...

"Anjir, siap itu. Perasaan muka gua ngga kaya gini dah!!" kaget Arion.

"Arghhh!" teriak Arion sambil memegangi kepalanya yang terasa menyakitkan seperti ditusuk seribu jarum. Lama setelah 10 menit terdiam, Arion pun bergumam sendiri.

"Apa yang terjadi sama gua?" gumam Arion yang sedang menetralkan emosinya. Tangannya yang tadinya memegang kepala, pindah memegang pinggiran wastafel.

Emosi Arion meluap. Ia sungguh ingin mati saja daripada hidup dengan keluarga yang seperti binatang buas itu.

"Kenapa harus gua yang nempatin raga ini sih?" ucap Arion penuh penekanan.

"Dahlan gua cape mikirnya. Nanti yang penting gimana caranya gua bisa ngehindar dari keluarga itu. Aaaaaa, pusing ajir. Mending tidur dulu ajadah, besok aja mikirnya," ucap Arion sambil berjalan keluar kamar mandi dan merebahkan dirinya di tempat tidur rumah sakit. Tak lama, suara dengkuran halus terdengar, Arion tertidur.



Malam berganti pagi. Zafa, yang sedang duduk di taman rumah sakit, termenung sendiri. Entah apa yang sedang dipikirkan Arion.

(Sekarang kita panggil Arion dengan nama Zafa ya)

"Anjir, gimanah ini? Masa gue harus hidup di raga anak ini?"

"Kenapa Tuhan tidak mengizinkan gue ada di sisi nya? Kenapa gue harus menjalani kehidupan nih anak?"

"Btw, nih anak tinggi juga," batin Arion.

"Masa gue harus sekolah lagi sih? Ahhh, males banget harus sekolah," ucap Zafa marah sambil mengacak-acak rambutnya.

Zafa yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, tidak menyadari kalau sedari tadi ada yang memperhatikannya.

Pemuda itu, yang sedari tadi memperhatikan Zafa, merasa tidak asing. Ia pun berjalan mendekat.

Pemuda itu sekarang sedang berjalan ke arah Zafa. Saat sudah di depan Zafa, ia pun berhenti.

Zafa yang merasa ada yang berdiri di depannya pun melihat siapa yang berada di depannya.

_____________________________________

Jangan lupa vott ya 🙂

Maaf kalo banya yang typo ya soalnya cerita pertama aku

Maaf ya mungkin aku abdet nya agar lama soalnya aku lagi sibuk ngurus pendaftaran jadi mungkin lama abdet nya maaf ya

Transmigrasi Arion Barendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang