Bab. 12. teman atau lawan

63 6 1
                                    

Maaf yah baru up.
Maaf juga kalo cerita nya ga nyambung.

Jangan lupa vote dan komen🥳

-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-

*ZAFAGARA*
(≡^∇^≡)

-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_

Lanjut.....

"Ughh..." Zafa mengerang, tubuhnya terasa remuk. Sakit. Sangat sakit. Ia mencoba membuka matanya, cahaya redup menyilaukan. Di mana dia? Ingatannya samar-samar, bom, lantai lima, lompatan...

Ia merasakan sesuatu yang dingin dan keras di bawah tubuhnya. Sebuah meja? Zafa mencoba mengangkat kepalanya, namun kepalanya terasa berat, seperti terisi air. Ia melihat sekeliling, ruangan itu gelap, hanya ada satu jendela kecil yang memancarkan cahaya redup dari luar.

"Kau sudah bangun?" Sebuah suara serak terdengar di dekatnya. Zafa menoleh, melihat seorang pemuda, berjubah hitam berdiri di dekatnya. Matanya tajam, seperti mata elang.

"Siapa kau?" tanya Zafa dengan suara serak, namun nadanya dingin.

"Aku adalah orang yang menyelamatkanmu," jawab pemuda itu dengan senyum misterius. "Kau sangat beruntung. Jatuh dari ketinggian seperti itu, seharusnya kau sudah mati."

Zafa mengerutkan kening. "Menyelamatkan? Dari mana kau tahu aku akan jatuh?"

Pemuda itu tertawa pelan. "Rahasia," katanya. "Yang penting kau selamat. Sekarang, kau harus beristirahat. Kau masih lemah."

Zafa mencoba duduk, namun tubuhnya langsung lemas. "Di mana aku?" tanyanya.

"Kau berada di tempat yang aman," jawab pemuda itu. "Tempat ini akan menyembuhkanmu. Kau akan baik-baik saja."

Zafa menatap pemuda itu dengan curiga. Ia tidak percaya begitu saja. Ada sesuatu yang aneh tentang pria ini, tentang tempat ini.

"Dimana pemuda yang bersama ku?" tanya Zafa.

Pemuda itu tersenyum. "Dia selamat, baru selesai di tanganin dokter ," katanya. "Sekarang, beristirahatlah."

Pria tua itu berbalik dan menghilang ke dalam kegelapan. Zafa terbaring di meja itu, pikirannya berkecamuk. Ia tidak tahu di mana dirinya berada, siapa pemuda berjubah itu, dan apa yang terjadi padanya. Yang ia tahu, ia harus berhati-hati.

"Aku harus keluar dari sini," gumam Zafa. "Aku harus tahu apa yang terjadi."

Ia mencoba bergerak, namun tubuhnya masih terasa sakit. Ia harus menemukan cara untuk keluar dari tempat ini.

"Aku tidak akan menyerah," bisik Zafa. "Aku akan menemukan jawabannya."

Zafa mencoba untuk bangkit, namun tubuhnya masih terasa lemas. Ia mencoba untuk menggerakkan tangannya, namun terasa berat dan sakit.

"Sial," gumam Zafa, "Aku harus keluar dari sini."

Ia mencoba untuk melihat sekeliling ruangan, mencari jalan keluar. Ruangan itu gelap dan sempit, hanya ada satu jendela kecil yang memancarkan cahaya redup dari luar.

"Aku harus menemukan cara untuk membuka jendela itu," pikir Zafa.

Ia mencoba untuk merangkak ke arah jendela, tapi tubuhnya terasa sangat lemas. Ia harus menemukan cara untuk mendapatkan kekuatan kembali.

"Aku harus menemukan sesuatu untuk dimakan," pikir Zafa. "Aku harus mendapatkan tenaga."

Ia mencoba untuk mengingat apa yang terjadi sebelum ia terbangun di ruangan ini. Ia ingat bom, lantai lima, lompatan...

"Aku jatuh dari lantai lima?" gumam Zafa, "Bagaimana aku bisa selamat?"

Ia mencoba untuk mengingat wajah pemuda yang menyelamatkannya. Wajahnya samar-samar, tapi matanya sangat tajam dan dingin.

"Siapa dia?" pikir Zafa. "Kenapa dia menyelamatkan aku?"

Ia merasa tidak nyaman dengan keberadaan pria tua itu. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh pemuda itu.

"Aku harus berhati-hati," pikir Zafa. "Aku tidak bisa percaya begitu saja pada orang asing."

Ia mencoba untuk bangkit lagi, kali ini ia berhasil. Ia merangkak ke arah jendela, mencoba untuk membuka jendela itu.

"Sial," gumam Zafa, "Jendela ini terkunci."

Ia mencoba untuk membuka jendela itu dengan paksa, tapi jendela itu tidak mau terbuka. Ia merasa putus asa.

"Aku harus menemukan cara lain untuk keluar dari sini," pikir Zafa.

Ia melihat sekeliling ruangan lagi, mencari sesuatu yang bisa membantunya. Matanya tertuju pada sebuah cermin kecil yang tergantung di dinding.

"Aku bisa menggunakan cermin ini untuk memantulkan cahaya matahari," pikir Zafa. "Aku bisa menggunakan cahaya matahari untuk membakar tali yang mengikat jendela ini."

Ia merangkak ke arah cermin, mencoba untuk mengambil cermin itu.

"Sial," gumam Zafa, "Cermin ini terlalu tinggi."

Ia mencoba untuk berdiri, tapi tubuhnya masih terasa lemas. Ia harus menemukan cara untuk mengambil cermin itu.

"Aku harus menemukan sesuatu untuk diinjak," pikir Zafa.

Matanya tertuju pada sebuah peti kayu yang berada di sudut ruangan.

"Aku bisa menggunakan peti kayu ini untuk diinjak," pikir Zafa.

Ia merangkak ke arah peti kayu, mencoba untuk menarik peti kayu itu ke dekatnya.

"Sial," gumam Zafa, "Peti kayu ini terlalu berat."

Ia mencoba untuk menarik peti kayu itu dengan paksa, tapi peti kayu itu tidak mau bergerak. Ia merasa putus asa.

"Aku harus menemukan cara lain untuk mengambil cermin itu," pikir Zafa.

Ia melihat sekeliling ruangan lagi, mencari sesuatu yang bisa membantunya. Matanya tertuju pada sebuah meja kecil yang berada di dekat jendela.

"Aku bisa menggunakan meja ini untuk diinjak," pikir Zafa.

Ia merangkak ke arah meja, mencoba untuk menarik meja itu ke dekatnya.

"Sial," gumam Zafa, "Meja ini terlalu berat."

Ia mencoba untuk menarik meja itu dengan paksa, tapi meja itu tidak mau bergerak. Ia merasa putus asa.

"Aku harus menyerah," pikir Zafa. "Aku tidak bisa keluar dari sini."

Ia terduduk di lantai, merasa putus asa. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Aku harus menemukan cara untuk keluar dari sini," pikir Zafa. "Aku harus menemukan cara untuk menyelamatkan diri."

*Apa zafa bisa keluar dari ruang gelap itu?
*Atau zafa akan di kurung selama nya di ruangan itu?
*Apa pemuda itu teman atau lawan?
*Apa yang akan dilakukan zafa selanjutnya?

______________________________________

Bersambung.......

Ayu dong komen masa ga ada yang komen sihh😭😭😭
Sorry ya lama up nya.
Jangan lupa vote dan komen
Maaf juga kalo banyak yang typo
Segini dulu ya bay bay
Maaf kalo cerita nya jelek,
Jangan lupa vote nya jangan cuma baca doang tapi di vote juga.

910 kata
28-09-2024

Transmigrasi Arion Barendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang