Cinta dan Kepastian Semakin Kabur

432 3 0
                                    

Dengan hati berdebar, Daniel mengulurkan tangannya ke gagang pintu kamar Elizabeth. Rasa cemas melanda pikirannya saat ia menarik napas dalam-dalam. Dengan perasaan yang berdebar, Dengan hati-hati, ia mendorong pintu kamar Elizabeth dengan perlahan, mencoba agar suara gesekan tidak terlalu keras. Tetapi, saat ia berhasil membuka pintu sepenuhnya, terdengar. Elizabeth membuka pintu dengan cepat, namun sudah terlambat. Pintu terbuka dengan kasar, dan di hadapannya, ibunya berdiri dengan tatapan marah dan air matanya yang berlinang deras."

Elizabeth tersenyum lembut, memandang Daniel dengan penuh kasih. "Aku memang sudah tua, Nak. Tapi aku senang kau masih menyukai penampilanku."

Daniel mendekat dan memeluk Elizabeth erat. "Bagiku, kau akan selalu terlihat indah, Bu. Usiamu tidak akan pernah menjadi penghalang bagi kita."

Elizabeth tersenyum bahagia mendengar kata-kata Daniel. "Terima kasih, Nak. Kau membuat ibu merasa muda lagi."

Mereka berdua saling tersenyum, merasakan kehangatan dalam pelukan itu. Tidak peduli seberapa jauh perjalanan mereka, hubungan ibu dan anak ini tetap kuat, terjalin dalam cinta yang tulus.

Walaupun hatiku hancur dan rasanya aku ingin menyerah pada hidup ini, melihatmu sedih dan menahan dirimu seperti ini, membuatku juga sangat sedih. Tapi, tolong, jangan paksa aku lagi. Aku tidak ingin keluar dengan memakai baju terbuka di kota. Namun, jika kau setuju, aku bersedia memberikanmu keintiman yang kau inginkan. Jujur, aku merasa sangat terangsang saat memakainya di kota, membuatku merasa seperti kembali muda.

Mungkin air mataku adalah campuran dari banyak hal, termasuk kebingungan, rasa bersalah, dan ketidakpastian tentang segala sesuatu. Meskipun aku setuju, tapi perasaanku masih berkecamuk.

Lalu Daniel meminta kembali dengan lembut kepada Elizabeth, "Maaf, aku sangat terangsang dengan apa yang telah terjadi."

Lalu dengan hati-hati, sambil menangis, Elizabeth membuka semua pakaiannya.

Daniel mendekat dengan penuh kelembutan, mencoba memberikan dukungan pada Elizabeth meskipun air mata masih mengalir di pipinya. Sesekali, dia menyeka air mata Elizabeth dengan lembut, memberikan kehangatan dan kelembutan dalam situasi yang sulit ini.

Daniel: "Ibu, aku di sini untukmu. Kita akan lewati ini bersama-sama."

Elizabeth: *sambil menangis* "Aku takut, Daniel. Aku takut dengan semua ini."

Daniel: "Aku juga, tapi aku bersamamu. Kita akan hadapi ini bersama-sama, ibu."

Daniel: "Ibu, aku minta maaf. Aku terlalu terbawa nafsu. Tapi aku sayang padamu, benar-benar."

Elizabeth: *sambil menangis* "Aku tidak bisa lagi, Daniel. Ini terlalu menyakitkan bagiku."

Daniel: "Aku janji, aku akan lebih memahami perasaanmu. Aku tidak ingin menyakiti ibu lagi."

Daniel: "Ibu, maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku mencintaimu, tapi aku tahu aku telah membuatmu menderita."

Elizabeth: *sambil menangis* "Aku memahaminya, Daniel. Biarlah ibu menutup mata, agar hati ibu tidak semakin terluka. Silahkan, nikmatilah tubuhku."

Daniel: *dengan penuh penyesalan* "Aku janji, ibu. Aku akan memperbaikinya, tidak akan lagi membuatmu sedih."

Daniel melihat keputusan ibunya dengan campuran kesedihan dan penyesalan. Dengan hati yang berat, dia mencoba menenangkan ibunya, meskipun dirinya sendiri merasa hancur.

"Ibu, aku tidak akan menyakitimu lagi," ucap Daniel dengan suara lembut, mencoba meredakan keputusan berat yang harus dihadapi Elizabeth. "Kamu selalu ada di hatiku, meskipun kadang aku terjebak dalam nafsu dan keinginan yang salah."

Hubungan Sedarah (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang