Daniel, dengan wajah serius, menatap mata Elizabeth dengan tulus. "Elizabeth, maukah kau bersamaku ke kota? Namun, ketika kita sampai di sana, aku ingin kau memperlakukanku seperti pacarmu. Karena pada dasarnya, itulah yang aku rasa sekarang setelah semua yang telah kita lakukan bersama," ujarnya dengan mantap.
Elizabeth merasa sedikit terkejut dengan permintaan Daniel, tetapi dia bisa merasakan kejujuran di balik kata-katanya. Dia merenung sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Aku mau bersamamu ke kota, Daniel. Dan aku akan mencoba untuk memperlakukanmu seperti pacarku. Tapi, maafkan aku jika aku merasa ragu untuk memakai semua yang kau berikan di kota. Aku merasa malu karena usiaku yang sudah tua."
Daniel mendengarkan dengan penuh pengertian dan mencoba untuk menenangkan Elizabeth. "Tidak perlu merasa malu, Elizabeth. Bagiku, kau tetap cantik dan menawan apa pun yang kau kenakan. Aku hanya ingin kau merasa nyaman dan bahagia bersamaku," ucapnya dengan lembut.
Mereka berdua saling bertatap mata, merasakan kehangatan dan dukungan satu sama lain di tengah-tengah tantangan yang mereka hadapi.
Daniel menatap mata Elizabeth dengan penuh pengertian. "Elizabeth, aku mengerti kekhawatiranmu. Tapi tolong percayalah padaku, aku mencintaimu apa adanya, tanpa peduli apa yang kau kenakan. Dan aku ingin kita berdua pergi ke kota bersama, sebagai pasangan yang saling mendukung satu sama lain."
Elizabeth merasakan kehangatan dalam kata-kata Daniel, tetapi dia masih merasa ragu. "Daniel, aku menghargai kata-katamu. Tapi aku merasa malu untuk memakai semua yang kau berikan di kota. Aku khawatir orang-orang akan menilai kami karena perbedaan usia kita dan karena aku sudah tua."
Daniel meraih tangan Elizabeth dengan lembut. "Sayang, aku mengerti perasaanmu. Tapi aku ingin kau tahu bahwa usia dan penampilanmu tidak penting bagiku. Yang terpenting adalah cinta dan kedekatan yang kita miliki. Jadi, bolehkah aku menjadi pendampingmu di kota nanti?"
Elizabeth tersenyum lembut, merasa terharu oleh kepedulian Daniel. "Daniel, aku bersyukur memilikimu. Aku akan mencoba untuk melewati ketidaknyamananku dan bersamamu di kota."
Mereka berdua saling bertatap mata, merasakan kekuatan cinta yang mengikat mereka dalam perjalanan mereka yang penuh petualangan.
Elizabeth berkata dengan nada penuh kebingungan dan ketidakpastian, "Di pedesaan ini, orang-orangnya ramah, tapi ketika kita sampai di kota, aku merasa terpinggirkan. Dan, jujur, hubungan kita berdua sudah begitu dalam, seperti suami istri, tetapi hanya berlaku di sini. Jika di kota, aku masih merasa bingung, meskipun kita adalah keluarga, aku merasa bersalah dan merasa kotor ketika memakai baju atau barang-barang yang kau belikan. Aku bingung dengan perasaanku sendiri."
Daniel terdiam sejenak, terkejut mendengar pengakuan jujur dari Elizabeth. Dia merasakan ketidakpastian dan kebingungan yang dirasakan Elizabeth, serta rasa bersalah yang mungkin menghantuinya.
Setelah beberapa saat, Daniel mencoba untuk menenangkan Elizabeth dengan penuh pengertian. "Sayang, aku mengerti bahwa ini mungkin sulit bagimu. Tapi tolong percayalah padaku, aku akan selalu ada di sampingmu. Kita bisa mengatasi semua hal bersama-sama."
Elizabeth mengangguk, merasa lega mendengar dukungan dari Daniel. Namun, dia masih merasa terbebani dengan pertimbangan yang dia rasakan.
Daniel memeluk Elizabeth dengan lembut, mencoba untuk memberinya kehangatan dan kepercayaan. "Kita bisa mengambil langkah demi langkah, Elizabeth. Aku akan selalu mendukungmu dalam setiap keputusan yang kau ambil. Kita akan hadapi semuanya bersama-sama."
Elizabeth tersenyum lemah, merasa terhibur oleh kehadiran dan dukungan Daniel. Meskipun masih bingung, dia merasa lebih lega dengan berbagi perasaannya dengan Daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hubungan Sedarah (18+)
RomanceMenceritakan hubungan terlarang Daniel dengan ibunya Elizabeth Jangan lupa tinggalin jejak yah vote dan folownya biar nanti aku lanjut trus