Saat Elizabeth memberi tahu bahwa dia akan pergi ke ATM, Daniel kembali ke rumah sendirian. Suasana rumah terasa sepi, dan Daniel memutuskan untuk duduk di ruang tamu sambil bersantai. Saat sedang menikmati waktu sendirian, tiba-tiba Sofia, adik Elizabeth, datang mengenakan tank top dan celana dalam.
Daniel, terkejut melihatnya, berkata, "Sofia, apa kamu gila?"
Sofia tersenyum dan tertawa kecil. "Eh, ibumu mana? Aku tidak melihatnya di sini."
"Ibu sedang pergi ke ATM, mungkin sebentar lagi pulang," jawab Daniel.
"Oh, jadi kita cuma berdua di sini?" Sofia berkata sambil mengangkat tangannya memperlihatkan payudaranya dan ketiaknya dengan bulu halus. "Kebetulan aku habis olahraga dikit dikit."
Daniel tertawa gugup, merasa sedikit canggung. "Kamu benar-benar harus pakai celana, Sofia."
Sofia tertawa lagi, "Hahaha! Apa kau keberatan aku hanya memakai celana dalam , aku hanya ingin duduk dan istirahat sebentar. Gimana kalau kita ngobrol sambil menunggu kakak pulang?"
Daniel merasa tegang dan kebingungan atas kelakuan Sofia , dan Meraka pun menunggu Elizabeth kembali.
Saat itu, pandangan mata Daniel selalu tertuju pada Sofia, yang diam-diam melebarkan pahanya.
Daniel: "Sofia, cukup! Aku tidak tahan. Baiklah, apa yang kau inginkan?"
Sofia: "Kau tahu, Daniel, aku tidak peduli dengan apa yang kakakku pakai, tapi aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan."
Daniel: "Apa yang kau inginkan? Aku tidak bisa fokus melihatmu dengan cara seperti ini."
Sofia: "Aku hanya ingin kamu, Daniel. Aku hanya ingin kasih sayangmu."
Sambil pelan-pelan membelai kakinya yang panjang dan seksi , Sofia menatap Daniel dengan penuh harapan.
Tiba-tiba, Elizabeth, datang tiba-tiba dengan ekspresi marah tanpa mengetuk pintu.
Elizabeth: "Sofia, cukup pergi ke kamar dan pakai celanamu!"
Sofia menjawab dengan nada sedikit nakal, "Kakak pelit! Hati-hati, nanti aku tidak akan mentransfer uang lagi!"
Dia pun membanting pintu kamarnya.
Daniel merasa cemas. "Ya ampun, Elizabeth, jangan terlalu kasar pada Sofia."
Elizabeth menjawab dengan nada tegas, "Oh, jadi kamu suka sama Sofia? Sudah bosan sama ibu, ya? Kalau begitu, biar ibu bunuh diri aja lagi."
Mendengar itu, Daniel langsung bersujud meminta maaf sambil menangis. "Maafkan aku, Elizabeth. Baiklah, aku yang salah. Tadi aku baru masuk dan Sofia sudah berpakaian seperti itu. Aku tidak menyentuhnya!"
Sambil menangis, Elizabeth berkata, "Kita sudah sejauh ini, Daniel. Aku sudah mengandung anakmu, anak dari anaku. Aku berusaha menahan semua ini agar tidak depresi. Jangan tambahkan beban pikiranku lagi."
Setelah Elizabeth masuk ke kamar dengan keadaan masih menangis, Daniel merasa bingung dengan semua yang terjadi.
Daniel: "Ya ampun, ada apa dengan semua orang? Aku bingung dengan perasaanku."
Tiba-tiba, Sofia mengintip dari balik pintunya.
Sofia: "Daniel, sini."
Daniel: "Tidak mau."
Dengan nada tegas, meskipun di dalam hatinya ada rasa penasaran.
Sofia, berusaha menggoda Daniel, perlahan mengeluarkan setengah kakinya dari balik pintu, memperlihatkan kakinya yang panjang dan indah.
Daniel terpesona, "Ya ampun, kakinya terlihat sangat indah."
Saat Daniel mendekati kamar Sofia, ia terkejut melihat Sofia hanya mengenakan CD dan bra dengan kalung anjing di lehernya. Sofia, merangkak dengan senyuman nakal, berkata, "Apa kamu suka, Daniel?"
Daniel mengernyitkan dahi, berusaha menahan reaksi campur aduk yang muncul. "Eh, apa ini .. aku tidak tahu harus berkata apa," ujarnya dengan nada Tegang.
Sofia kemudian bertanya dengan serius, "Daniel, lebih baik kamu menganggap aku sebagai pacarmu atau temanmu? Atau peliharaanmu?"
Daniel Terdiam, mencoba meredakan ketegangan di antara mereka. "Sofia, jujur aku sangat suka tapi bagaimana jika ibu tau."
Di balik sikapnya yang dingin, Daniel merasa ada sisi dari Sofia yang eksibisionis.
Daniel merasa bingung dan canggung dengan situasi yang terjadi. Dia melihat Sofia, adik iparnya, bertingkah aneh di depannya. Namun, ia mencoba memahami situasi ini dan tetap menjaga pikirannya.
"Sofia, yang sedang kamu lakukan itu, kau tau Sofia yang kau lakukan ini adalah impian dan fantasi seluruh pria di dunia?" tanya Daniel dengan nada serius dan terkejut.
Sofia, yang sedang merangkak dengan tatapan nakalnya, pelan pelan dan menyadari bahwa tingkahnya mungkin sudah membuat Daniel menyukainya dikit demi sedikit. "Maaf, Daniel. Jika kamu suka sentuh lah aku.jangan berusaha menahannya, lakukan apa yang ingin kau lakukan padaku kalau kau tidak ingin mencintaiku ,setidaknya puaskan aku atau anggap lah aku peliharaan mu.
Daniel Bercucuran keringat, lalu berkata, "Aku bisa gila Sofia dengan semua yang kau katakan aku binggung harus apa ."
Sofia kemudian bangkit berdiri dan memeluk daniel, merasa sedikit senang. " benar, Daniel. Jangan tahan itu keluarkan saja semuanya padaku ."
Daniel berkata, "Apa yg harus aku lakukan.
Sofia: Pikirkan saja dulu aku beri waktu sampai kau bisa memberikan keputusannya pada ku "
Sofia mendekatkan , wajahnya pada Daniel. "Aku tahu, tapi aku tidak bisa berpura-pura lagi. Setiap kali aku melihatmu bersama Elizabeth, ada sesuatu yang terasa hampa dalam diriku. Aku merasa... cemburu."
Perkataan Sofia membuat Daniel semakin bingung dan emosional. Ia tahu ini bukan sekadar godaan atau candaan. "Sofia, beri aku lebih banyak waktu untuk memikirkanya. Kamu tahu bagaimana perasaanku terhadap Elizabeth, dan aku ingin menjaga keluarga ini."
Sofia akhirnya menangis pelan. "Aku tahu... tapi rasanya terlalu berat untuk disimpan sendiri. Aku akan mencoba menahan perasaanku, tapi aku hanya ingin kau tahu... bahwa aku juga merasa sesuatu yang dalam untukmu."
Daniel, dengan penuh emosi dan ketulusan, berkata, "Sofia, aku pasti akan akan cepat memberikan keputusanku , tapi perasaan kita harus tetap terkendali. Kita harus berpikir tentang apa yang terbaik untuk semuanya."
Daniel mendengar suara pintu kamar Elizabeth yang berderit, tanda bahwa Ibunya mungkin akan keluar dari kamar. Jantungnya berdetak kencang, rasa bersalah dan kebingungan bercampur jadi satu. Tanpa berpikir panjang, dia buru-buru berdiri dan keluar dari kamar Sofia, berusaha tenang.
Dengan langkah cepat tapi hati-hati, Daniel kembali ke kamarnya sebelum Elizabeth sempat melihatnya. Sesampainya di kamar, dia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Pikirannya masih berkecamuk, namun dia tahu dia harus menjaga agar semuanya tetap terkendali.
Elizabeth membuka pintu dan berjalan menuju ruang tengah, memanggil Daniel. "Daniel, kamu di mana?"
Daniel membalas dari kamar, suaranya sedikit gemetar. "Iya, aku di sini, sayang. Ada apa?"
Jangan lupa tinggalkan jejak yah
KAMU SEDANG MEMBACA
Hubungan Sedarah (18+)
RomanceMenceritakan hubungan terlarang Daniel dengan ibunya Elizabeth Jangan lupa tinggalin jejak yah vote dan folownya biar nanti aku lanjut trus