Chapter 3 : Last Day

134 13 0
                                    

Hari hari berlalu, sekarang adalah hari terakhir kami di pelatihan. Jadwal kami hanya sampai jam 10 pagi saja.

Aku merapikan barang-barang ku masuk ke dalam koper, tidak berlangsung lama karena aku hanya mengeluarkan beberapa saja.

"Sakusa-kun, apa setelah ini kau senggang? Kata pelatih kita diberi waktu satu jam lebih sebelum upacara penutupan dimulai. Jadi um.."

"Langsung ke intinya saja" aku menoleh ke arah Atsumu. Terlihat gelisah dari gelagat tubuhnya.

Aku jadi penasaran apa yang akan dia katakan.

"Kalau boleh, bisa temani aku untu--"

"Tidak"

ㅤㅤ──────── ─ • • ꔡ.. (♧🂱)

Aku tidak bisa menolaknya, karena dia sudah menyeret paksa diriku ke sebuah Taman dekat sini.

Atsumu mulai perlahan mendekati ke arah ayunan, lalu duduk. Kakiku melangkah ke depan dan berhenti saat tubuhku berada di depan Atsumu.

"Menurut pandangan mu, apa arti taman ini?"

aku mengernyit, "taman biasa tentu saja, yang bisa digusur oleh seseorang kapan saja" atsumu tertawa pelan setelah mendengar jawabanku.

"Yah, kau memang benar sekali. Tapi pandangan mu dan pandangan ku sangat berbeda, ini adalah tempat dimana aku bersama dengan temanku duduk dan bermain ayunan."

Dirinya menghela nafas pelan, sebelum melanjutkan perkataannya.

"Bisa dikatakan, ini tempat yang menyimpan kenangan. Saat aku masih kecil, ada dimana datang sebuah insiden dan aku dibuat trauma, lalu melupakan semua memori. Aku tidak mengenal Samu, aku bahkan tidak mengenal diriku juga, dan temanku itu" Atsumu menatap ke samping ayunannya.

"Tapi terkadang sosoknya datang dan merangkai sedikit demi sedikit memori tersebut. Mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja"

Menatap lama ayunan di sebelahnya yang kosong selama beberapa saat.

"Jadi, kau juga melupakan wajah temanmu itu?" Atsumu hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Tidak perlu khawatir, suatu saat nanti dia akan datang kembali padamu, membawa semua memori yang dulu pernah kau lupakan" ucapku pelan.

Aku tidak pandai menghibur seseorang, jadi hanya mengatakan yang terlintas di benak ku.

Atsumu berdiri, senyuman itu kembali dia kembangkan, "Kau benar, terimakasih, Sakusa-kun. Maaf ya, saat hari pertama aku berkata sesuatu yang membuat mu tersinggung."

"Aku tidak terlalu peduli dengan hal kecil seperti itu, jadi jangan meminta maaf"

Tin Tin!!

Suara klakson mobil yang sontak menarik perhatian semua orang. Terlihat ada sebuah mobil Rolls-Royce Sweptail berhenti tak jauh dari arah kami berdiri.

"Hei Sakusa...-kun, apa itu.."

"Kami punya salah satu mobil itu tapi aku tidak menyuruh orang untuk datang kemari"

Beberapa detik kemudian, pintu terbuka. Menampakkan seorang remaja yang memakai seragam SMA Inarizaki, lalu berlari sambil teriak memanggil nama orang yang berada di sebelah ku, "TSUMU!!"

"SAMU?!"

Pelukan hangat langsung menyapa Atsumu, sepertinya dia adalah kembarannya, wajah dan tubuh nya mirip.

Selang beberapa detik, keluar lagi seseorang dari arah kursi supir. Melepas kacamata hitam nya, dan tersenyum.

Dirinya menutup kedua pintu mobilnya, lalu berjalan mendekat ke arah ku, "lama tidak berjumpa, Tuan Muda Sakusa."

"Suna-kun, jangan panggil aku dengan itu" mendengar perkataan ku, dirinya langsung tertawa pelan.

Atsumu memeluk balik Osamu dan menatap Suna dengan heran, "adikmu mencemaskan mu. Aku sebagai calon suami yang baik, hanya memenuhi keinginannya."

Pukulan keras pun terbang ke arah pipi Suna, tidak terlalu keras tapi bisa membuat Suna terjatuh. Pelakunya tidak lain adalah anak yang baru saja memeluk tubuh Atsumu.

"Rintarou, berisik. Aku tidak mencemaskan Tsumu, hanya takut jika dirinya akan membuat masalah lagi tanpa sepengetahuan ku" tipe tsundere juga ternyata, tidak jauh dari kakaknya.

Tanganku otomatis mengulur ke Suna, "bertahanlah, Suna."

"Walau begitu aku tetap mencintai nya" tangannya meraihku, langsung aku menarik dirinya untuk berdiri.

Setelah itu, aku langsung menyemprotkan disinfektan ke tanganku yang baru saja menyentuh Suna.

Aku fokus membersihkan tanganku, hingga tidak sadar ada sepasang mata menatapku, "Sakusa Kiyoomi, bukan?"

"Apa urusanmu?"

Matanya semakin mengintimidasi, aku jadi merasa deja vu, padahal dengan orang yang berbeda.

"Selama lima hari ini, apa kau mengatakan sesuatu pada Tsumu?" pertanyaan yang membingungkan. Sesuatu apa yang dia maksud?

Raut wajah Osamu seketika berubah menjadi terkejut, "jangan bilang kau juga... "

"Aku tidak mengerti yang kau maksud, intinya selama bersama dengan kakakmu itu, aku tidak mengatakan topik apapun diluar aktivitas" mendengar hal itu, Osamu seperti lega.

Apa yang terjadi?

ㅤㅤ──────── ─ • • ꔡ.. (♧🂱)

Upacara penutupan sudah dilaksanakan, Kamp Pelatihan Nasional tim muda Jepang resmi ditutup.

"Sampai jumpa, Tobio-kun"

"Sampai jumpa, Atsumu-san"

Aku melanjutkan langkahku, lalu berhenti di depan seseorang.

"Suna-kun, sampai jumpa" kami berjabat tangan.

Ah, aku belum bercerita tentang Suna ya? Suna Rintarou, anak tunggal dari keluarga Suna, tentu saja dia pewaris Suna Company. Ayahku dan ayahnya dulu adalah teman dekat, dan sekarang menjadi rival bisnis. Meski begitu, hubungan kami sangat baik.

"Ya, sampai jumpa, Sakusa-kun"

Atsumu dan Osamu hanya menatap kita dengan heran, "sejak kapan kalian dekat?"

"Karena kami rival sejati" jawab Suna. Melepas jabat tangannya, lalu berjalan ke arah mobil dengan Osamu yang mengikutinya dari belakang.

Sekarang tersisa aku dan Atsumu yang saling berhadapan, "Sampai jumpa, Omi-kun"

"Ya, sampai jumpa, Miya"































Yo, hei! Kembali lagi dengan Q di sini. Btw aku butuh saran dari kalian. Jadi aku juga sepertinya ingin membuat SunaOsa pov, lebih baik buat di sini atau buat di cerita baru???

Ah iya, ini mobil yang dipakai Suna. Diperkirakan memiliki harga sekitar US$12,8 juta atau sekitar Rp. 203 miliar.

Sampai jumpa di next chapter!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sampai jumpa di next chapter!!

You're Mine, Miya Atsumu [SAKUATSU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang