Tiket Hanymoon

143 8 3
                                        

"Papa sudah beliin tiket ke bali untuk Kalian, dan Kalian harus pergi ke sana hari ini juga!."

"Apaa!?" Seru Altares dan Alea bersamaan, mata mereka melotot saat mendengar ucapan William yang secara dadakan membuat keputusan tanpa sepengetahuan mereka.

Mungkin maksud William membelikan tiket ke bali untuk anak dan menantu nya itu agar mereka bisa hanymoon, yah karena emang sepasang pengantin baru itu belum merencanakan mau pergi hanymoon, atau mungkin memang sama sekali tidak ada rencana mau pegi hanymoonm.

Anitha tersenyum.  "Iya, ini seprays buat kalian berdua, ini hadiah dari mama sama papa untuk kalian." 

Alea menoleh sekilas ke Altares yang berada di sebelah nya.  "Makasih banyak ma, pa, tapi kayaknya kami belum siap,"  ucap Alea canggung pada kedua mertuanya yang di hadapannya itu.  "I–iya kan res?." Lanjutnya, kembali menoleh ke arah Altares.

"I–iya ma, pa, nanti kapan-kapan aja kalau kami udah siap, dan ka–kami juga masih sekolah ma, pa." Ucap Altares.

William terkekeh, kenapa masih memikirkan status mereka yang masih pelajar, lagipula mereka juga sudah menjadi suami istri, dan sekolah itu adalah milik William  ayah kandung Altares dan mertuanya Alea, so, jadi kalaupun terjadi sesuatu pada Alea yang tidak inginkan ataupun mendadak hal itu terjadi, sama sekali tidak masalah bagi William.

"Takut nanti Alea hamil?"

Mata Altares dan Alea membulat, mereka terkejut mendengar ucapan yang di lontarkan William, Alea saja syok mendengar itu, entah apa yang di pikirkan mertuanya saat ini, apakah dia sudah pengen punya cucu?, jika itu benar, lalu bagaimana caranya untuk mengabulkan keinginan mereka?, mustahil juga jika Altares dan Alea bersedia untuk hal itu.

Alea meletakkan tangannya di atas paha nya dan meremas celananya.  "Em, e–enggak gitu pa, ka–kami cuma belum siap aja, dan yang di katakan Altares itu benar, lagipula kami masih sekolah, bagaimana nanti jika orang-orang di sekolah mengedar fitnah yang enggak–enggak, dan ka–kami juga belum bisa menanggung tanggung jawab sebagai orang tua."

William mengerutkan kening nya,  dia tidak mengerti dengan jalan pikiran Alea dan Altares, dan apa maksud Alea dengan ucapan nya yang 'kami belum bisa menanggung tanggung jawab sebagai orang tua' entah kemana lari pikiran Alea dan Altares, apa mungkin mereka menganggap bahwa maksud ucapan William itu memang mengarah ke soal cucu.

"Hahaha, kok kalian berdua jadi tegang?, papa kan belum ngomong kalau papa sama mama udah pengen cepet-cepet punya cucu, kami melakukan ini agar kalian lebih dekat dan bisa meluangkan waktu kalian untuk berduaan." 

Altares dan Alea membuang nafas lega, ternyata felling mereka salah,

"Gimana?, kalian mau kan?." Tanya Anitha.

Alea dan Altares saling pandang–memandang satu sama lain, Alea menyenggol lengan Altares, seakan memberi isyarat, jawaban Alea sih setuju, dia hanya ikut arus saja, ikuti apa yang di katakan mertuanya, tapi..entah bagaimana dengan pendapat Altares.

"Gimana?" Tanya Alea pada Altares.

Altares hanya berdiam diri, memikirkan baik-baik keputusan nya sekaligus jawaban yang akan di berikan  nya pada tiga orang itu.

Altares menundukkan kepalanya. "Oke," William dan Anitha tersenyum riang mendengar itu, lalu Altares kembali mendongakkan kepalanya. "Tapi cuma tiga hari!." Lanjut Altares, penuh penekanan.

Anitha membulatkan matanya sambil menelan ludah. "Apa?!, cuma tiga hari?!,"  Seru Anitha, sembari menggeleng-gelengkan kepala nya.  "Kalau gitu mendingan liburan di sini aja." Lanjutnya.

"Iya, cuma tiga hari."  Ucap Altares.

William tertawa hambar.  "Yang benar aja kamu"

"Yaudah sih, kalau gitu mending ngak usah pergi" timbal Altares, membuat William dan Anitha terngiang-ngiang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALTARES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang