Bab 1 - Awal Mula

1.3K 102 5
                                    

"Mau kemana?" ucap Agil sembari mengucek matanya.

"Jangan diucek gitu, nanti matamu sakit" peringat Makoto, Agil memang bukan orang yang sekali diperingati akan selalu diingatnya.

"Maaf sayang" kini Agil memeluk tubuh Makoto, dan menyamankan kepalanya dipundak Makoto.

"Berat banget, Gil. Awas ah!" Makoto menepuk dada Agil pelan, berharap ia melepas pelukannya. Tetapi setelah 2 menit tak kunjung dilepas.

"Masih ngantuk sayang" Agil semakin mengeratkan pelukannya, Makoto hanya dapat menghela nafasnya menghadapi beban berat ini.

"Kalau mau tidur ya tidur di kamar aja" tepuk pelan punggung Agil. Agil yang diperingati malah semakin mendusel-dusel di leher Makoto yang membuatnya semakin geli.

"Kalau dikamar gaada wangi kamu" Makoto yang mendengar hal itu hanya memutar bolanya malas.

"Kalau lepas kiss deh" ucapan itu belum dua detik langsung disambar oleh ciuman dari Agil, membuat Makoto pun hanya pasrah saja kelelahan.

"Makasih sayang, hehehe" Agil mengucapkan hal itu menyengir, sedangkan Makoto hanya menatap malas Agil.

"Jadi kamu mau kemana?" jari-jemari Agil bergerak mengambil kotak sereal dan susu disalah satu lemari

"Ketempat Jaki bentar, mau serah tugaskan sementara pekerjaan-pekerjaan aku" ucap Makoto santai sambil merapikan barang-barangnya.

"Emang kamu mau kemana yang?" ucapan itu memberhentikan Makoto sejenak, hening. Karena Agil merasakan tatapan tajam sedang menusuk dirinya sekarang ini.

"Lusa aku heat, Gil. Lupa kamu?" Agil pun mendekat pada Makoto, menghujani muka Makoto dengan ciuman. Lalu pergi beranjak dari tempat itu, aneh sekali memang pasangannya ini.

Tok tok tok.

Makoto mengetuk pintu apartemen KroJaki, menunggu dengan setia kedua insan itu. Pintu pun terbuka dan menampilkan seorang laki-laki bersurai merah muda sobat Mako, Jaki.

"Eh Mako, ayo masuk dulu" ucap ramah Jaki, mengajak masuk Makoto untuk serah tugas. Mereka duduk bersama di sofa ruang tamu, lalu Makoto menyerahkan tugas-tugas titipannya.

"Gila Mako, tugas kamu kok tipis banget.." ucap kagum sekaligus heran Jaki, padahal tugas dirinya sendiri bisa menumpuk, loh.

"Ya iyalah, emang aku kayakmu numpukin tugas?" Jlebb, perkataan Makoto seratus persen benar. Ia sangat malas mengerjakan tugas-tugas kantor tersebut, malah terkadang ia mengerjakannya saat dekat deadline. Dasar pemalas.

Makoto hanya menatap malas Jaki yang daritadi tertawa canggung karena dipergoki malas mengerjakan.
'Persis dengan Agil, pemalas' pikir Makoto.

"Oh iya kamu tau ga?" ucap Jaki berbasa-basi, sekalian juga mengajak Makoto untuk memutar otak.

"Katanya Thia bakal balik kesini loh." Makoto terkejut, tentu saja. Thia sang teman seangkatan mereka akan pulang, tapi pikirannya tertuju pada Echi yang sekarang ini sedang dekat dengan sahabat dekatnya. Salah satu pilar, Gin.

"Eh beneran? bukannya mau fokus luar negeri?" Makoto semakin tertarik, memancing Jaki untuk menceritakan lebih banyak.

"Iya, tapi katanya lagi kabur dari papinya. Kayaknya mau dijodohin" Jaki menceritakan lebih detail, lagipula ia tahu bahwa Makoto pasti tertarik akan kabar ini.

"Hmm, gitu ya" ucap Makoto sembari menyeruput tehnya, "Jak" lanjut singkatnya.

"Hah? kenapa?" jawab Jaki.

"Kamu tau ga .." pertanyaan Makoto menarik Jaki untuk bercerita lebih banyak, lagipula tidak ada pekerjaannya lagi. Hingga siang hari hampir menjelang sore telah mereka lewati.

"Ternyata udah hampir sore, gua duluan ya Jak." Makoto mulai memberes-bereskan barang-barangnya, bersiap untuk beranjak dari tempat itu.

"Oke, hati-hati ya" ucap Jaki sambil melambai pada Mako, begitupun sebaliknya.

Krieet.

"Ag-" Makoto melihat Agil yang sedang bersender disofa sembari jari-jemarinya dengan lihai mengetik didepan laptopnya. Makoto menghampiri Agil, dengan perlahan, agar tidak mengganggu Agil.

"Gil.." ucap Mako sembari mengelus rambut bersurai ungu milik Agil, Agil yang merasakan hal itu menghentikan ketikannya, lalu menarik Mako untuk semakin mendekat.

"Lama banget?" ucap Agil sembari menciumi tangan Makoto, merindukan penyemangat hidupnya ini.

"Iya, tadi ngobrol sama Jaki" Makoto hanya bisa menyerahkan tangannya, karena ia tahu betul bahwa Agil sedang lelah dan membutuhkan hiburan dari dirinya. Agil memindahkan laptopnya, menaruh di meja lalu melirik pada Makoto.

"Sini" ucap Agil sambil menepuk pahanya, bermaksud membuat Makoto duduk dipangkuan nya. Makoto hanya menuruti, ia duduk dipangkuan itu dengan posisi nyaman. Agil mencium lamat-lamat leher Makoto, merindukan wangi khas kekasihnya. Ia lelah mengerjakan tugas-tugas kantor sialan nya itu, ia butuh hiburan sekarang.

"Kalau gabisa selesain, istirahat dulu" Mako mengelus rambut Agil pelan, ia tahu benar bahwa Agil sedang kelelahan, ia khawatir jika dipaksa bisa-bisa ia mengerjakannya hingga malam.

"Gabisa sayang, lusa kamu heat, mana mau kamu ditinggal" Agil kini beranjak dari leher Mako, menatap indra penglihatan Mako.

"Maaf.." gumam pelan Mako, tetapi Agil masih dapat mendengarnya. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Mako, lalu mengingatkannya.

"Apapun kalau untuk kamu, aku ga keberatan sayang" setelah Agil mengucapkan hal itu, ia mendekatkan bibirnya pada bibir Mako, memejamkan matanya dan menikmati hal itu. Begitu pula dengan Makoto.

satu menit, lima menit, hingga sepuluh menit berlalu. Makoto sudah hampir kehabisan nafas, ia pukul dada Agil pelan, berharap Agil menerima sinyal yang ia berikan.

Agil menangkap sinyal itu, melepaskan kedua bibir. Membiarkan yang dipangkuan meraup nafas sebanyak-banyaknya.

"Kamu mandi duluan aja ya" ucap Agil manja pada Makoto, walaupun berat hati melepaskan Makoto dari pelukannya, tetapi ia akan menepis perasaan itu.

"Oke, semangat ya" ucap Makoto beranjak dari pangkuan Agil, menaiki tangga dan meninggalkan Agil yang berada di ruang tamu.

༄ؘ

Haloo! Lily datang dengan membawa karya draft genre romance magil, terselip di catatannya Lily hehe. Gatau deh kok ngerasa ga nyambung ya.. btw salam 800 kataaa! Enjoy yaa~

- Lily.

Magil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang