Joo Jaekyung & F! Reader!
Kalau ada tombol untuk memutar waktu, dengan senang hati Allen akan menekannya agar tidak pernah salah mengambil keputusannya malam itu.
Benar, keputusan saat ia memilih Joo Jaekyung sebagai kekasih palsunya.
❝Tampan sih, k...
“Ketika jajaran koleksi mantan dari pacarmu justru berbeda.”
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Allen terbengong shock menatap pria berwajah manis yang berdiri didepannya, ia berkedip beberapa kali dengan wajah tercengang sambil melirik Jaekyung yang berdiri disebelahnya.
Semuanya dimulai dari kejadian lima menit sebelumnya.
Saat Allen dan Jaekyung datang sambil membawa dua koper besar dan dua kerdus berukuran sedang. Seorang pria muda dengan wajah manis membukakan pintu apartemen Jaekyung sambil mengulas senyum ramah.
“Masuklah, biar aku bantu bawakan kopermu.”
Allen hanya mengangguk dengan pandangan plonga-plongo saat kedua koper yang dibawanya kini beralih tangan. Ia hanya mengikuti Jaekyung yang berjalan masuk dengan dua kardus di kedua tangannya.
“Psstt, nugu-ya?” bisik Allen sambil menempelkan tubuhnya ke lengan kekar Jaekyung.
“Dia terapisku, dokter Kim Dan. Dia juga tinggal disini,” jelas Jaekyung sambil berjalan menuju tangga berniat naik ke lantai dua.
“Ohhh… terapis…” gumam Allen mengangguk-anggukan kepalanya sambil berjalan mengekori Jaekyung dari belakangnya.
“Ha? Sebentar… terapis?” Allen berkedip beberapa kali seolah kata tersebut mengundang memori lamanya beberapa waktu yang lalu, hingga sekelebat ingatan terbesit di benaknya. “Tidak, tunggu! Hoi, Jae! Itu… jangan bilang maksudnya sama denganku?”
“Hmm.”
Allen seketika terpaku bengong dengan ekspresi shock, ia berdiri diam di tengah jalan dengan pandangan blank. Bahkan saat Kim Dan sudah berdiri didepannya dengan pandangan bingung setengah khawatir pada dirinya.
“Allen-ssi? Benar, kan? Gwaenchanayo?” tanya Kim Dan sambil menggerakkan tangan kanannya didepan wajah Allen yang masih terbengong shock.
“Allen-ssi? Allen-ssi? Kau kena—”
Grep!
Perkataan Kim Dan terpotong saat Allen tiba-tiba memegang kedua bahunya dengan erat, kemudian gadis itu mendongakkan wajahnya dengan pandangan yang sulit diartikan.
“Pasti sulit, kan? Kau sudah hebat! Kau luar biasa! Tenang saja, kau sudah bebas sekarang! Gwaenchana! Gwaenchana!” ucapnya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya menepuk kedua bahu Kim Dan yang terbengong bingung.
“Allen-ssi, sebenarnya—”
“Aku tahu, aku tahu. Mengurus Jaekyung memang melelahkan apalagi menjadi terapisnya, kau sudah hebat. Sangat hebat. Aku kagum padamu,” potong Allen cepat sambil mengangguk-anggukkan kepalanya dengan ekspresi seolah memahami perasaan Kim Dan.