Bab 5 : Malam yang panjang.

105 16 9
                                    

Happy reading!
_________________

《2 tahun lalu》

Seusai menyelesaikan meeting nya bersama beberapa kolega di Jawa Timur, Parama bergegas terbang menuju Jakarta malam itu juga. Namun mobil yang sedang dikendarainya mendadak terhenti karena seorang gadis menghadang mobil yang sedang dikendarai Parama dan sopirnya dalam gelap gulita, beruntung sopir cekatan menginjak pedal rem sehingga terhindar dari kecelakaan. Dilihatnya gadis itu memutar mengetuk-ngetuk kuat kaca mobil yang sedang Parama kendarai, wajahnya penuh ketakutan dengan perasaan was-was sebagaimana gadis itu sibuk menengok kanan kiri nya seolah memastikan bahwa tidak ada yang mengejarnya. Parama yang melihat itu bergegas menurunkan kaca mobil dengan maksud ingin bertanya.

Belum lagi Parama berbicara, gadis itu mendesak memohon untuk diiizinkan masuk kedalam mobil sedan hitam dengan penuh ketakutan. "tolong saya pak!" pintanya kala itu dengan suara bergetar.

Parama yang terenyuh, tanpa basa-basi mempersilahkan gadis itu memasuki mobilnya, dan meminta sopir untuk bergegas pergi.

"minum dulu, nak!" pinta Parama sambil menyodorkan sebotol air mineral yang tersedia pada gadis disampingnya. Parama menatapnya iba, membayangkan jika memiliki anak perempuan dan berada dalam posisi yang sama seperti gadis yang saat ini bersamanya, apakah ia tega membiarkan nya tanpa membantu?

Dilihatnya tubuh gadis itu masih gemetar.

"m-makasih pak!" ujarnya dan menenggak air yang Parama berikan.

"bi—"

"n-nama saya Alessa pak! saya sangat berterima kasih atas tumpangan yang bapak berikan tapi bisa saya minta tolong untuk bawa saya jauh dari sini pak?, please." gadis bernama Alessa itu memohon dengan tatapan nanar menambah rasa iba Parama.

"Anton, tolong sounding ke Evan, untuk pesan 1 tiket lagi untuk kita ke Jakarta." putus Parama memberi arahan pada sopirnya.

" dan kamu, bisa jelaskan nanti ketika kita sampai di Jakarta." kini pandangannya beralih kearah Alessa.

Alessa mengangguk paham. "terimakasih pak!" ucapnya lagi, kali ini air matanya mengalir deras. Alessa masih tidak menyangka bahwa masih ada manusia baik yang mau membantunya lari dari keadaan nestapa.

ya, keluarganya, keluarga yang Alessa anggap akan menjadi pelindung kedua, justru menjadi mimpi buruk ke dua yang harus Alessa hadapi. Bagaimana tidak? belum lama kepergian ayah, ibu dan adiknya, Alessa dipaksa untuk menandatangani surat balik nama harta keluarganya sendiri dengan ancaman jika Alessa menolak maka keluarga dari ayah akan terus mengganggunya sampai ia sendiri menyerah. Dan benar saja, hari ini, mereka mengutus 3 orang bertubuh tegar besar untuk menculik Alessa dengan tujuan mendapatkan sebuah tanda tangan nya yang berharga, beruntung ia bisa meloloskan diri saat para penjaga bertubuh besar itu lengah.

Penuh liku, itulah awal pertemuan Eca dan Parama. Tidak terlalu baik, namun sangat membekas diingatan Eca betapa baiknya sosok Parama.

*flashback off

***

"pak Parama ada pak?" tanya Eca berbasa-basi. Malam ini ia sedang berada dirumah Evan—manager hotelnya. atas permintaan Evan lewat messenge yang ia kirimkan.

"ada."

"ohhh, iya?"

"iya, dibali, sore menjelang magrib baru otw."

Eca mendesau. Menyerah atas kelakar atasannya.

"mau minum apa?" tanya Evan lagi.

"saya bawa minum!" Eca mengangkat tumbler silver favoritnya setinggi wajah. Bermaksud meminta Evan untuk tidak perlu repot-repot menyuguhinya apapun.

INTERTWINED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang