Bab 9 : Showing Hearts.

63 10 8
                                    

happy reading everyone ♥️

_____________________________

"Shittt!" wanita dipertengahan usia senja itu berdesis geram. Tangannya mengepal sempurna setelah mengetahui salah satu usahanya gagal. Mengetahui dalang dibalik kegagalan usahanya menghancurkan salah satu keluarga yang sangat dibencinya membuat ia murka. Tampak kebencian telah terukir begitu mendalam pada hatinya hingga menutupi rasa peri kemanusiaannya.

Ya, dialah Eliana Dewi Prayoga, seorang wanita berumur 55 yang merupakan sosok mantan istri dari seorang direktur dari industri jasa ternama di Asia, Parama Wijaya. Meski jiwa nya sudah tak lagi muda, namun gurat kecantikan masih terpampang sempurna.

Tidak, kalian tidak salah, dia memang merupakan seseorang yang pernah berlabuh di hati pengusaha kaya raya, Parama Wijaya, seorang ayah dari Alrescha Evan Parama.  Dan kemudian berpisah oleh suatu kenyataan yang tidak bisa Parama terima.

"Fokus ke gadis sialan itu setelah semua nya reda. Saya tidak ingin menerima laporan kegagalan kalian lagi. Bertindak ketika saya perintah. Penghalang kita sekarang bukan lagi orang yang mudah kita singkirkan atau kendalikan." ucap Dewi penuh penekanan kepada sekelompok pria bertubuh besar dengan setelan gelap yang mereka kenakan secara kompak dihadapannya. 

"baik bu!" jawab sang ketua, memahami apa yang diperintahkan. Lantas membungkuk untuk berlalu dari dihadapan Dewi yang terduduk diatas sofa dengan kaki menyilang didalam ruangan terbengkalai namun nampak terawat.

***

Setelah seminggu Evan dikabarkan dinas diluar negri oleh Eki, sejak saat itu juga Evan tidak pernah lagi memberi kabar seperti biasanya atau sekedar mengirim spam chat mengucapkan selamat pagi, siang, sore bahkan malam saat hari libur kepada Eca. Biasanya dengan random Evan menggangu nya dengan hal kecil sekadar menelpon Eca dan berkata bahwa ia rindu lalu kembali menutup telponnya setelah berterus terang, atau bahkan tiba-tiba menyusul Eca ke kontrakannya dan mengajaknya sarapan bubur di persimpangan jalan yang letaknya tidak jauh dari tempat Eca tinggal.

Kemarin, akhir pekan Eca terasa hampa.

Eca melewatkan masa itu dengan kepala penuh pertanyaan tentang keadaan laki-laki yang sudah beberapa kali menyatakan perasaan kepada Eca secara terang-terangan itu.

Sikap Evan yang kerap kali memang sedikit menganggu kehidupan Eca sedikit membuat Eca rindu kala sosok itu tidak lagi melakukan kebiasaannya.

Kepala Eca dipenuhi beragam pertanyaan saat Evan tidak lagi menghubunginya. Kepergiaan Evan yang termasuk mendadak membuat Eca tidak sempat mengucapkan hati-hati saat mereka harus berpisah.

Kali ini pandangan Eca jatuh kearah pintu masuk hotel. Matanya menyipit memastikan bahwa apa yang dilihatnya tidak salah. Itu Evan dan Eki.

Sekejap Eca riang dengan kehadiran keduanya, bukan, entah kenapa Eca merasakan bahagia saat matanya menangkap kedatangan Evan disana.

Sedetik kemudian senyum yang tersemat dibibir Eca luruh, kali ini netra nya bukan hanya menangkap sosok Evan yang datang bersama Eki, melainkan wanita cantik yang turut dengan nyaman merengkuh bisep berotot sempurna Evan ikut mengusik fokusnya.

Seperti biasa, Eki selalu menyapa Eca pertamakali diikuti Evan yang tersenyum mengikuti jejak sekretaris sekaligus PA nya menyapa sang karyawan. Eca hanya membalas dengan senyuman dan anggukan kecilnya pada sapaan Eki.

INTERTWINED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang