Mendapat telepon dari sekolah kedua putranya membuat Donna yang tadinya sibuk membantu karyawan cafe miliknya langsung berangkat menuju sekolah si kembar tanpa pikir panjang lagi.
Oh tidak, wanita cantik itu memijit dahinya yang terasa nyut – nyutan. Selama perjalanan menuju sekolah putra – putranya dadanya berdegub begitu kencang.
Setelah sekian lama mengurus kedua putranya dengan susah payah, Donna memberanikan diri meminta izin pada suaminya untuk memulai bisnis impiannya. Itu karena ia merasa kedua putranya sudah cukup besar dan ia sudah bisa memecah konsentrasinya untuk bisnis yang ia rintis ketika si kembar memasuki sekolah menengah pertama.
Bisnisnya bahkan baru genap satu tahun beberapa bulan yang lalu.
Dan sekarang Donna mendapatkan telepon bahwa salah satu putranya terlibat perkelahian?
Sesampainya di sekolah, wanita cantik itu langsung di arahkan seorang guru ke dalam lapangan olah raga indoor yang ada di sekolah itu. Donna melihat Javier yang berdiri dengan posisi istirahat di tempat berseberangan dengan tiga siswa lain yang bersama dengan orang tua mereka.
"Javier" meskipun ia tidak menemukan Jevan di manapun, prioritas pertama Donna adalah memeriksa keadaan Javier yang wajahnya lebam "kamu kenapa" mata Donna berkaca – kaca melihat wajah tampan putranya memar, bahkan ada bercak sepatu di kaos olah raga yang Javier kenakan.
Javier hanya mengangkat bahunya acuh seakan mengatakan bahwa perkiraan dan pikiran buruk yang berkecamuk dikepala Donna adalah benar.
Putranya
Putra yang Donna besarkan dengan sepenuh hati
Putra yang selalu Donna cintai
Putra yang jauh lebih berharga daripada nyawa Donna sendiri.
Putranya, putranya disakiti oleh anak – anak nakal yang entahlah siapa.
"jangan dibikin berlarut – larut ya bun" orang yang entah datang darimana tiba – tiba datang kedepan Donna "ini cuman permainan anak – anak" dan pertahanan Donna runtuh sepenuhnya, air matanya jatuh tak terbendung lagi.
"Permainan anak – anak?" ulang wanita itu dengan nafas tercekat. Permainan apa yang dimainkan ketika hanya putra tercinta Donna lah yang terluka.
"iya permainan anak – anak" ada seorang pria paruh baya menyahut dengan ekspresi sombongnya "gak usah lah sampai ke jalur hukum"
Donna tidak pernah setuju memasukkan anak – anaknya ke dalam sekolah bergengsi, ia hanya ingin anaknya bersekolah di sekolah biasa dengan kualitas baik. Tapi ternyata tetap saja akan ada kejadian seperti ini.
Meskipun Donna mendebat mereka, ini hanya akan berakhir dengan kekalahannya.
"Permainan anak – anak ya" Donna bergumam pelan, lalu ia menatap Javier dengan kilat mata penuh amarah. "berapa kali kamu kena serang?" meskipun suaranya masih terdengar lembut tapi dibalik nada datar itu ada kemarahan yang memuncak.
"beberapa kali" Javier yang tidak yakin akan jumlahnya hanya mengangkat bahunya.
"Mukanya kena tinju Tiga atau empat kali, perutnya kena tendang lebih dari dua kali, yang enggak kehitung itu berapa kali serangannya luput" itu suara Javier, ternyata pemuda itu menonton perkelahian sejak awal dari bangku penonton. Menutup bukunya Jevan memutuskan untuk turun ke lapangan mendatangi ibu dan saudara kembarnya.
"Katanya permainan Jav" Donna menekankan kata permainan di depan Javier "Kok kamu gak ikutan main?"
Javier mengangkat sebelah alisnya dan menyunggingkan senyuman sinis diwajahnya "Javier boleh balas nyerang nih?" sedetik setelah Donna mengangguk Javier langsung berlari dengan cepat menuju tiga orang siswa lain yang menyerangnya.
Menendang perut siswa pertama yang ada di jangkauannya hingga jatuh tersungkur, Javier langsung meninju rahang siswa kedua yang tampak masih kebingungan hingga terjatuh juga.
Tidak mau diam saja, siswa terakhir dan menjadi penyebab luka Javier yang paling banyak mencoba menyerang Javier tapi Javier berhasil menghindarinya dan meninju perut siswa itu.
Tidak sampai di sana, ia menendang kepalanya hingga jatuh.
"EH KAMU KENAPA MENYERANG ANAK SAYA" wanita yang tadi mengatakan pada Donna bahwa apa yang terjadi hanya permainan anak – anak berteriak panik karena Javier memutuskan untuk menduduki tubuh putranya dan berencana melayangkan tinju pada wajah itu. Berusaha keras menahan tinju Javier agar tidak mengenai wajah anaknya.
"KATANYA CUMAN PERMAINAN ANAK – ANAK" Suara Donna bergema tidak kalah nyaring di seluruh lapangan olah raga indoor tersebut "Anak saya cuman melanjutkan permainan"
Semua orang menatap Donna dengan ekspresi terkejut.
"Javier" Donna memanggil Javier dengan lembut "sini sayang" dan anak dari wanita cantik itu berdiri kemudian berjalan menuju ibunya.
Merasa Javier lengah, salah satu siswa yang hanya mendapat tendangan dari Javier langsung mencoba menyerang Javier dari belakang akan tetapi Javier malah langsung membanting tubuhnya.
"cuman permainan anak – anak kan?" Donna bertanya dengan ekspresi datar "gausah pakai jalur hukum segala"
Wanita itu menyadari bahwa beberapa siswa tampak melihat ke arah Jevan yang hanya diam sambil kembali membuka bukunya di sampingnya karena tidak tertarik dengan masalah yang terjadi.
Karena mereka tau mereka tidak bisa melawan Javier, apakah siswa nakal itu berencana memukul putranya yang lain? Yang tampak lebih lemah karena begitu suka membaca buku.
"saya bakal ngasih nasehat, sabuk Jevan satu tingkat lebih tinggi dari Javier. Kalau enggak mau ada tulang yang patah jangan mikir buat mengganti targetnya menjadi anak saya yang lain" dan wanita itu pergi begitu saja diikuti oleh Javier dan Jevan di belakangnya.
Jevan mengangkat bahunya tidak perduli, bukannya ia tidak mau membantu Javier ketika kembarannya dikeroyok akan tetapi Jevan tau Javier bisa menjaga dirinya sendiri. Lagipula Jevan dilarang Donna melayangkan tinjunya karena tidak sengaja membuat tulang rahang temannya ketika berlatih tanding di tempat ia belajar beladiri bersama teman – teman seperguruannya.
Meskipun Jevan baru kelas delapan, bisa dibilang Jevan yang terlihat lemah karena suka membaca buku itu memiliki kekuatan monster.
"kalau muka kalian kena pukul, boleh memukul balik" Donna berucap dingin "tapi jangan sampai lebih banyak daripada serangan yang diterima" setelah keheningan begitu lama di perjalanan pulang, Donna mengatakan kalimat tersebut ketika mereka berada di depan rumah.
Meskipun pada akhirnya Donna menyesali nasehatnya pada anak kembarnya, karena meskipun tenaga Javier tidak sebesar milik Jevan. Tenaga anak itu masih bisa disebut tenaga monster jika dibandingkan dengan anak seusianya.
Karena setiap kali putranya terlibat perkelahian, lawan merekalah yang terluka parah. Dan Donna harus menangani kekacauan itu.
aku nulis ini karena liat SW temenku, anaknya dipukul di sekolahnya. padahal anak temenku ini bisa bela diri tapi dia gak mau melawan. kalau itu anakku mah udah aku suruh pukul balik aja wkwkwkwk. and i miss update di buku ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin
Fanfiction[Fiksi ya sayangku, lihat tag juga yaaa] Kenalan sama sikembar Manangsala yuk. Jevan Noarka Manangsala yang bucin bunda Javier Narendra Manangsala yang bucin ayah