Wali

2.2K 225 29
                                    

Jevan duduk di bangku dekat gerbang belakang fakultasnya, pemuda itu sedang menunggu kembarannya menjemput. Akhirnya Jevan tidak akan berada dikelas yang sama dengan saudaranya itu. Jevan sendiri memilih masuk jurusan arsitektur sedangkan Javier masuk Ilmu komputer, Jevan jalur SNMPTN dan Javier jalur SBMPTN. Masih mahasiswa baru, makanya orang masih bingung melihat Jevan tidak seperti mahasiswa baru lainnya.

Jevan jarang bengong dan bergerombol.

Entah karena Jevan yang terlalu menyeramkan atau mungkin teman – temannya tidak mau berteman dengan Jevan. Anak pertama keluarga Manangsala itu benar – benar selalu sendirian.

Sebelah alis Jevan terangkat saat melihat mahasiswi jurusan lain terlihat ditertawakan oleh beberapa gerombolan mahasiswa.

Ugh.

Mau antisosial seperti apapun, Jevan tidak akan tega jika melihat ada perempuan yang terluka. Jevan pasti teringat dengan ibunya.

"lo gak papa" Jevan membantu membereskan barang si perempuan.

"enggak papa kok" si perempuan tersenyum.

Jevan langsung berdiri dan menatap tajam kearah anak laki laki yang tadi dengan sengaja membuat si perempuan terjatuh.

"minta maaf" Jevan menatap orang didepannya tajam.

"anak mami enggak usah banyak bacot deh" alis Jevan tertaut saat mendengar kata hinaan itu.

"elo kan anak aneh yang dijemput mama doang lari – lari trus meluk sewaktu PKKMB" senyum Jevan menghilang.

"mau nyoba ditinju anak mami gak?" Jevan menatap tajam lawan bicaranya.

Sekarang sudah jam empat sore, mereka berada ditempat yang agak jauh dari gedung fakultas. Mau berkelahi pun tidak akan ada yang tau jika tidak ada yang mengadu.

Jevan sengaja minta dijemput disana karena tidak mau satu fakultas heboh karena ada mahasiswa baru yang berlalu lalang membawa Range Rover. Mungkin Jevan harus berterimakasih pada Javier yang sangat pandai merayu ayah mereka untuk membelikan Range Rover. Jangan bertanya kenapa Javier memerlukan waktu yang lama untuk berangkat, karena si bungsu Manangsala memarkirkan mobilnya didepan cafe sang ibu yang lokasinya didekat kampus. Javier jadinya kan harus kesana naik ojek online.

dan pada akhirnya mereka berkelahi disaat yang bersamaan ketika Javier sampai. Dimulai dari wajah Jevan yang dihantam dengan keras. Tidak masalah, Jevan sudah sering berlatih tinju dengan ayah juga Javier.

Javier sendiri?

Ugh manusia Ilmu Komputer satu itu malah memilih memainkan ponselnya sambil menunggu didalam mobil. Kalaupun kasusnya berlanjut, rekaman kamera dashboard mobil mereka bisa digunakan untuk pembelaan.

Tiba – tiba ada yang mengetuk kaca mobil Javier. Membuat adik kembar Jevan itu mau tidak mau keluar, padahal keadaan terlihat imbang – imbang saja.

"elo enggak ada niat manggil polisi? Sodara lo lagi dihajar" perempuan yang mengetuk kaca mobil Javier itu bertanya panik.

"darimana elo tau kita berdua sodaraan" Javier mengerutkan alisnya.

Si perempuan mengulum bibirnya. Kalau ia mengaku sering kegerbang belakang hanya untuk melihat adik kembar si teman jurusan kan bisa kacau.

"jadi bener ya, si anak sombong punya kembaran" Javier berbalik dan menatap orang yang bersuara.

"trus mau lo apa?" Javier menjawab dengan nada yang menjengkelkan.

"elo enggak mau ngebantu kembaran lo?" Javier melirik Jevan yang terlihat sedikit kewalahan melawan tiga orang sekaligus.

TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang