안녕하세요 친구!
Happy Reading!⑅꒰✧◝•ᴗ•◜✧꒱⑅
Satu bulan berlalu, semenjak kejadian 'itu' Caca menjadi pribadi yang lebih pendiam. Itu juga disadari oleh teman-teman dan keluarganya, dan saat ditanya ia akan mengatakan kalau ia sedang lelah.
Caca melihat kalender yang menunjukkan tanggal 30, sudah jauh terlambat pada tanggal seharusnya ia menstruasi.
Hal tersebut membuat Caca tidak tenang, sedih dan juga sangat takut. Belakangan ini, Caca merasa ada yang berbeda dari tubuhnya.
Jari-jari lentiknya, memegang benda kecil yang dibelinya tadi malam sesudah pulang bekerja. Katanya lebih baik dan akurat jika ditest saat pagi hari, kebetulan ini hari libur jadi Caca akan mencobanya. Tania dan Darren juga sudah berangkat bekerja, untuk hari Minggu Darren bekerja dicafe seharian.
Caca bimbang, haruskah ia mencobanya?
Setelah berperang lama dengan pikirannya, akhirnya Caca memberanikan dirinya untuk menggunakan benda itu. Ia masuk kedalam kamar mandi, mengikuti arahan petunjuk penggunaan yang terdapat dibelakang kemasan benda tersebut.
Satu menit, lima menit, sampai sepuluh menit Caca belum berani untuk melihat hasil yang ditunjukkan oleh benda kecil itu. Memejamkan matanya lama lalu menarik nafasnya dalam-dalam, Caca mengambil benda tersebut.
"Caca mohon jangan." lirih Caca. Dan benda itu menunjukkan dua garis.
Caca menutup mulutnya dengan telapak tangannya tak percaya, matanya mulai berkaca-kaca. Isakan demi isakan memenuhi kamar mandi yang sunyi, tubuh Caca merosot ke dinginnya lantai kamar mandi. Menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya, dengan isakan yang terus keluar dari bibir mungilnya.
⑅꒰✧◝•ᴗ•◜✧꒱⑅
Siang ini Caca bersiap-siap untuk pergi kerumah sakit, ia akan memastikan tentang kehamilannya.
Tidak lupa memakai masker untuk menyembunyikan wajahnya, Caca pergi ke rumah sakit.
Mengambil antrian dan menunggu nomornya dipanggil, menunggu dengan perasaan yang tidak bisa dijabarkan secara lisan. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya ia dipanggil.
"Selamat siang eum, dek? Ada keluhan apa?" tanya dokter wanita yang bernama tag Hana.
Caca pun menceritakan keluhannya, dari mual, pusing, sampai lemas. Dokter itu tersenyum manis kepada Caca.
"Maaf sebelumnya, kamu sudah pernah berhubungan badan?" tanya dokter wanita itu dengan hati-hati.
Caca menggigit pipi dalamnya kuat, kemudian ia mengangguk menanggapi pertanyaan dari dokter Hana. Dokter Hana yang melihat gerak-gerik Caca pun paham, kemudian tersenyum pada Caca. Ia seringkali menemukan kasus yang sama, seperti ini.
"Sudah dites atau belum?" tanya dokter Hana.
Caca menganggukkan kepalanya pelan. "Positif." kata Caca sangat pelan.
"Hari pertama haid terakhir tanggal berapa?" tanya dokter Hana sekali lagi.
"Tanggal 20, bulan lalu." jawab Caca seadanya.
"Kita coba liat dulu ya, harusnya si janin udah lumayan besar nih."
Caca membaringkan dirinya di brankar, dengan dibantu oleh dokter Hana.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOST
Teen FictionTentang seorang perempuan yang berusaha melakukan yang terbaik untuk janin yang ada didalam rahimnya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat, atau kemiripan alur cerita mohon dimaafkan ya!💗 Masih banyak kesalahan di penulisan cerita ini jadi mohon d...