SAGARANTA
[On Going]
.
.
.
.
.
.
.
"Pagi pergi, malam kembali, esok menanti, dan waktu itu adalah misteri. Mereka yang di sisi akan pergi, tidak hilang dan mungkin akan kembali..."}---✧~~~乁ㄏ~~~✧---{
Gelap. Tapi mereka masih bisa melihat sekitar. Berkat pendengaran Blaze yang juga menaiki pohon, melompat dari pohon yang satu ke yang lain, menjadi pemandu bagi Ice dan Zamrud.
Mereka tak memilih jalan setapak yang lebih aman dan terarah. Kata Blaze, lebih baik memasuki hutan dan mencari jalan pintas saja untuk ke kota selanjutnya. Jika mengikuti jalur jalan setapak, waktu mereka sampai mungkin lebih lama.
"Kak Blaze kayak monyet. Lompat-lompat di pohon."
Ucapan kecil Zamrud sampai ke telinga yang dibicarakan. Blaze sempat berhenti bergerak dan menatap kesal dua orang di bawah. Zamrud hanya balas menatap polos dengan mata bulatnya tanpa rasa bersalah. Sedangkan Ice di sampingnya sudah mati-matian menahan tawa.
Sungguh, Blaze saat ini ingin meloncat turun dan menerjang mereka berdua. Tapi suara gaduh di kejauhan dengan cepat mengalihkan perhatiannya.
Pendengaran Blaze tajam. Telinganya menangkap suara gesekan besi dan rintihan orang-orang di kejauhan sana. Dia segera terjun ke bawah, mendarat dengan mulus. Memberitahu Ice bahwa ada sesuatu yang terjadi di depan sana.
"Seperti suara perkelahian. Mereka adu senjata." Lapor Blaze.
Ice ikut memandang arah suara yang Blaze dengar. "Ayo kita cek kesana."
◉◝◉◜◉◝◉◜◉
Suara pedang dan tombak beradu dengan pisau dan belati. Sesekali ada anak panah yang melesat. Kadang dapat ditangkis atau meleset, namun sebagian kecil sudah menancap di tubuh target.
Enam belas melawan dua puluh. Itu jumlah yang tak seimbang dan tentunya pihak yang lebih banyak akan menang. Meski sudah memakai pakaian besi pun mereka tetap kalah. Dua puluh orang yang merupakan para perampok jalan lebih unggul.
"Nona, anda harus segera kabur!" Seru pelayan yang berada dalam kereta yang sama.
Aelira Selene Ravenshade, putri Count Ravenshade. Anak 14 tahun itu menatap keluar jendela, menyaksikan bagaimana prajuritnya melawan para perampok. Terlihat tersisa dua prajurit yang masih berdiri tegap, namun dia yakin dua prajurit itu juga tak akan bertahan lama.
Ingin kabur pun rasanya percuma, mereka sudah di kepung. Belum diketahui pasti apa alasan para perampok itu menyerang.
Apakah hanya ingin harta, atau ingin nyawa putri Count dalam kereta.
"Lepas!"
"Nona!"
Aelira ditarik paksa keluar dari kereta. Pelayan pribadinya sudah ditodongkan pisau tepat di sisi leher oleh salah satu perampok. Tak bisa berbuat banyak untuk menolong anak tuannya.
"Kita hanya perlu membunuhnya, bukan? Lalu kita bakar mayatnya. Hahahaha!"
Ucapan itu ditujukan pada Aelira. Bukannya shock atau ketakutan, anak itu malah menatap sekitar. Mencari sesuatu, atau mungkin seseorang.
Dirinya juga pasrah saat ditarik paksa untuk mengikuti para perampok agar masuk ke hutan. Namun belum sampai sepuluh langkah keluar dari kereta, seruan seseorang berhasil mengalihkan perhatian para perampok.
"Hiyaaaaa!"
"Akh!"
Sebuah pedang menancap di lengan satu perampok. Disusul satu anak panah menancap perampok lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARANTA [On Going]
FantasíaKekaisaran Sagaranta. Kekaisaran terbesar yang memiliki banyak sejarah mengagumkan. Legendanya pun amat memukau pendengarnya. Terlebih lagi tentang penguasa elemen yang dianugerahkan kepada para keturunan kaisar. Dan legenda itu benar terjadi. Suat...