Chapter 8 : Penjelasan

355 40 7
                                    

Terkadang alam bawah sadar manusia memang sering tidak sesuai dengan kemauan kita. Aliona contohnya, entah sadar atau tidak, tapi sampai saat ini wanita itu masih membiarkan tangannya di genggam oleh Dirgantara, tentu saja dengan Segara yang masih ada di gendongan lelaki dengan tinggi hampir 180 centimeter itu.

Tidak ada satupun kalimat yang terucap dari bibir mereka berdua. Lift yang hanya dihuni 3 anak manusia itu tampak sepi, membuat suara mesin yang sangat halus sekalipun bisa terdengar karena memang tidak ada suara lain di dalamnya.

Tangan kekar itu masih menggenggam erat tangan Aliona seraya membawanya keluar dari lift. Langkah kaki Dirgantara menuntun Aliona ke sebuah ruangan dengan tulisan dr.Prabu Dirgantara,Sp.A (K).

Tidak ada penolakan saat lelaki itu mengurai genggaman tangannya untuk membuka pintu ruangan tersebut.

"Silahkan duduk." Ucapnya sopan tetapi terdengar cukup dingin dan kaku di telinga Aliona.

Dirgantara menatap lembut ke arah anak laki-laki yang masih mengalungkan tangan di lehernya, tentu saja tangan mungil itu masih menggenggam lego dinosaurus yang sudah 100% berhasil dia rakit sendiri.

"Jagoannya om dokter, turun ya?" Ucapnya sembari menurunkan Segara tepat di samping maminya yang sudah duduk di sofa.

Tidak ada pertanyaan atau apapun yang keluar dari bibir Aliona, wanita itu masih diam. Kepalanya terasa kosong hingga dia tidak tahu harus merespon seperti apa keadaannya saat ini.

"Ini untuk jagoannya om dokter."

Dirgantara menyerahkan susu rasa pisang yang baru saja dia ambil dari kulkas kecil di ujung ruangannya. Begitu Segara menerimanya, Dirgantara segera berlutut di depan anak lelaki itu.

"Om dokter boleh gak ngobrol sebentar sama maminya Segara?"

Segara, anak kecil yang akan berusia tujuh tahun itu melempar tatapan khawatir ke arah sang ibu yang berada di sisi kirinya.

Sadar dengan tatapan sang putra, Aliona hanya bisa tersenyum seolah-olah ingin menegaskan kalau dirinya baik-baik saja.

"Mas Segara disini dulu ya? Mami mau ngobrol sebentar di luar sama om dokter. Boleh kan?" Aliona akhirnya ikut turun tangan membujuk putranya.

"Om yang tadi?"

Aliona dan Dirgantara hanya bisa saling tatap saat Segara menanyakan kehadiran sosok Juna, lelaki yang mungkin membuatnya merasa terancam beberapa saat yang lalu.

Dirgantara tersenyum, tangannya mengusap lembut lengan kecil Segara.

"Om yang tadi tidak akan pernah datang lagi ke Segara ataupun ke mami."

Hanya itu yang bisa Dirgantara katakan karena dia sendiri juga masih ingin meminta penjelasan siapa sebenarnya laki-laki tadi.

Segara menatap Dirgantara, tatapan mata polos itu seolah-olah memastikan apakah ucapan Dirgantara memang benar atau hanya pura-pura.

Dirgantara meraih tangan mungil Segara. "Om dokter gak bohong. Dia gak akan pernah datang lagi di depan Segara ataupun mami, om dokter janji." Ucapnya coba meyakinkan Segara, membuat anak kecil itu mengizinkan sang mami untuk bicara berdua dengan Dirgantara.

Dirgantara dan Aliona keluar dari ruangan kerja, menyisakan Segara yang masih menikmati susu rasa pisang ditemani dengan lego berbentuk dinosaurus miliknya.

Lelaki itu membawa Aliona ke sisi kiri lift, memasuki tangga darurat dimana sangat jarang ada orang disana, membuat pembicaraan mereka bisa lebih tertutup dari dunia luar.

"Anda ingin membicarakan apa?"

Dirga menghela napas. "Laki-laki tadi siapa?"

Aliona membuang pandangannya ke arah lain. "Orang dari masa lalu."

DirgantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang