Chapter 16 : Gelap

445 54 2
                                    

Guyuran hujan sore itu mengiringi langkah Aliona yang baru saja keluar dari ruang rapat. Tiga rapat sekaligus dia selesaikan dalam tiga jam terakhir. Mulai dari rapat etik untuk Direktur pemasaran dengan hasil akan di berhentikan secara tidak hormat, lalu rapat dengan para pemegang saham untuk membahas siapa yang akan menggantikan posisi direktur, dan terakhir rapat untuk membahas konsep katalog untuk bulan depan, dengan modelnya adalah Suho, suami dokter Irene, pemilik sekaligus Ketua dari W-Group dan W-Hospital.

"Ketua, anda yakin mau ke lokasi konstruksi?" Dara kembali mengkonfirmasi. Tatapan khawatir tidak bisa lepas dari wanita yang hanya mengenakan kemeja tanpa blazernya itu.

"Iya Ra. Kenapa sih?" Aliona bertanya dengan nada sinis.

"Ya nggak, kan ketua sedang tidak sehat. Kenapa tidak besok saja?"

"Hari ini saja, sekalian pulang."

Dara memilih mengalah, tenaganya sudah habis untuk berdebat dengan Aliona yang sedang duduk di kursi kerjanya.

"Anda mau saya siapkan mobil kapan?"

Aliona melirik jam di tangan kirinya. "30 menit lagi." Ucapnya singkat. Tatapannya masih berfokus ke arah komputer di depannya.

**********

Sesampainya di lokasi konstruksi departemen store baru, Aliona benar-benar merasa tubuhnya semakin tidak beres.

Kenapa ini?

Pertanyaan itu coba dia tanyakan pada dirinya sendiri saat menyadari badannya terasa sangat ringan, bahkan seperti tidak menapak di tanah.

"Ketua baik-baik saja?"

Tatapan khawatir dari Dara benar-benar tidak berhasil membuat Aliona mundur. Lagi wanita itu terus mengelak dengan mengatakan bahwa dia baik-baik saja.

Dara mengikuti langkah kaki Aliona yang mulai masuk ke wilayah konstruksi. Kali ini, Dara tidak memberi jarak terlalu jauh, dia berjalan tepat di belakang Aliona, takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada Aliona.

Sesosok laki-laki dengan rompi berwarna merah menyala dan helm konstruksi berlari kecil saat melihat kedatangan Aliona.

"Ketua ada apa? Kenapa anda tiba-tiba kemari?"

Aliona menyapukan pandangannya ke segala penjuru departemen store.

"Apa aku tidak boleh datang?" Tanyanya dingin yang berhasil membuat suasana panas sore itu tiba-tiba berubah.

Dara yang berdiri di samping Aliona hanya melirik sekilas laki-laki yang hanya diam tidak berkutik di hadapan mereka.

"Ketua hanya ingin melihat lokasi yang mangkrak." Dara memutuskan mengambil alih perbincangan sore itu.

"Kenapa pembangunannya terhenti?"

Lelaki yang akrab disapa pak Rusli itu hanya diam. Kedua tangannya tampak saling menggenggam, khas orang yang sedang panik atau kebingungan.

"Kami sudah memberikan rincian dana, tetapi dari kantor pusat belum ada konfirmasi sampai hari ini Ketua."

Aliona menoleh. "Konfirmasi ke kantor Ra!"

"Iya ketua."

Dara mengambil jarak dari Aliona dan juga pak Rusli. Wanita itu tampak berkutat dengan ponsel sebelum menempelkan ponsel itu di telinganya.

DirgantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang