Chapter 12 : Untuk Segara.

428 50 0
                                    

"Ra, kemarin kamu pulang dijemput suamimu? Tadi pagi saya datang mobilmu masih disini."

Dara tersenyum canggung. "Iya ketua, mumpung dia libur." ujarnya berbohong. Wanita itu masih berdiri di depan meja Aliona saat Aliona masih membaca satu per satu berkas yang ada di depannya.

"Gak mau duduk Ra?" Aliona bertanya tanpa mengalihkan pandangannya.

"Saya berdiri saja ketua."

Aliona yang sedang menandatangani beberapa dokumen penting tiba-tiba menghentikan aktivitasnya.

Aliona mendongakkan kepala. "Ada yang mau kamu sampaikan?"

"Maaf?"

Aliona tersenyum tipis saat melihat respon terkejut Dara. "Saya kenal kamu bukan baru satu atau dua tahun Ra. Saya sudah hafal sama ekspresi wajah kamu. Kenapa? Kamu mau bilang apa?"

"Hari ayah kemarin Segara bisa melewatinya sendirian. Tapi, saat nanti hari keluarga di akhir tahun, apa anda akan kembali melewatinya hanya berdua?"

Tatapan lembut Aliona seketika berubah menjadi murung. Pupil matanya tampak bergetar saat mendengar pertanyaan Dara.

Aliona membuang napas dari bibirnya. "Kau mau aku bagaimana? Mencarikan ayah untuknya?"

"Saya hanya ingin anda bahagia, tapi saya juga ingin Segara bahagia."

"Dia bahagia Ra.."

"Mau sampai kapan anda berbohong?" Sergah Dara yang berhasil membuat Aliona diam.

"Anda tidak tahu atau pura-pura tidak tahu?" Lanjutnya dengan tatapan nanar. Kedua tangannya tampak menggenggam erat sisi kanan dan kiri blazer warna navy yang dipakainya hari itu.

"Apa anda pernah tahu bagaimana tatapan matanya saat melihat teman-teman seusianya bisa menceritakan bagaimana sosok ayah mereka? Apa anda pernah melihat bagaimana ekspresi kebingungannya saat harus menjelaskan tentang aktivitas saat bersama ayah di rumah? Dia bahkan tidak pernah tahu rasanya menggandeng tangan ayahnya saat menyeberangi jalan. Dia tidak tahu rasanya pergi ke stadion hanya untuk sekedar melihat sepakbola atau bola basket dengan ayahnya. Dia.."

"Cukup Ra." Aliona menatap tegas wanita di hadapannya. "Segara selama ini baik-baik saja." Ucapnya tenang walaupun matanya tampak bergetar.

"Dia menyembunyikan itu semua karena tidak ingin anda terluka."

Kali ini Aliona benar-benar mendapat serangan akhir dari Dara. Wanita itu tidak mampu lagi mendebat kepala sekertarisnya. Tatapan mata mereka beradu, bedanya Dara menatap Aliona dengan sorot kekecewaan sedangkan Aliona menatap Dara dengan ekspresi terkejut.

"Apa maksudmu?" Tanya Aliona lirih. Tatapannya tidak fokus, bahkan sudah tampak memerah karena menahan air mata yang bisa jatuh kapan saja dari kedua mata indahnya.

"Ingat saat anda meminta saya menjemputnya sepulang sekolah saat masih TK? Pertanyaan pertama yang dia tanyakan ke saya adalah "tante, bagaimana rasanya punya seorang ayah?". Ingat saat anda meminta saya menjemput anda dan Segara setelah hari keluarga tahun lalu? Saat anda ke toilet, Segara sudah mengatakan dia tidak akan mau lagi datang ke acara hari keluarga. Alasannya bukan karena dia merasa iri, tetapi dia tidak mau anda dipandang sebelah mata oleh orang lain. Apa anda masih ingin saya membuka cerita lainnya? Kalau iya.."

"Cukup." Aliona menatap Dara yang terlihat coba mengendalikan perasaannya.

"Cukup Ra. Jangan dilanjutkan."Aliona menghela napas beberapa kali, pandangannya dia sapukan ke semua arah untuk mencegah air matanya jatuh.

"Saya tahu anda tidak akan berkencan dengan laki-laki bodoh ataupun laki-laki brengsek. Saya juga tahu anda sangat mencintai mendiang suami anda. Tapi kali ini saja, saya mohon, tolong bangkit lalu bertemu dengan laki-laki baik."

DirgantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang