Extra Chapter : Malam Pengantin

658 74 10
                                    

"Benar-benar melepasnya bukanlah hal yang bisa aku lakukan, paling tidak sampai hari ini. - Aliona"

Semua orang tahu apa yang akan dilakukan saat malam pengantin. Dua insan yang sedang dimabuk cinta pasti akan menikmati malam dengan hasrat menggebu. Hasrat yang selama ini berusaha mati-matian mereka tahan akhirnya bisa tersalurkan dengan sempurna dan juga tidak menimbulkan dosa pastinya.

Tidak berbeda dengan Aliona yang entah kenapa sedang gugup saat di depan meja rias kamar hotel, tempat dimana dia akan menghabiskan malam pertama sebagai seorang nyonya Dirgantara.

Balutan gaun malam warna navy, satu tali di masing-masing pundak sebagai penyangga gaun tersebut dengan panjang sekitar satu kilan di atas lutut. Balutan kimono dengan warna senada tidak berhasil menutupi rasa gugupnya, menunggu Dirgantara yang masih menikmati malam bersama teman-temannya di rooftop hotel, tempat mereka baru saja melangsungkan after party.

Aliona melirik jari manis tangan kanannya. Dua buah cincin terpasang rapi di sana. Satu cincin pernikahan dari Segara, sedangkan yang satu adalah milik Dirgantara.

Beberapa saat sebelum mereka menikah, Aliona mengatakan kalau dia akan memindah cincin pernikahannya dengan Segara ke jari manis tangan kiri, tetapi Dirgantara melarangnya.

Lelaki itu dengan mudahnya memberi izin pada Aliona untuk tetap menyematkan cincin pernikahan terdahulunya di tempat yang seharusnya.

Suara deratan pintu yang terbuka membuat detak jantung Aliona semakin tidak beraturan. Derap pantofel seolah semakin mendekat ke arahnya, membuat rasa yang dulu pernah dia rasakan kembali menyeruak kuat dalam dirinya.

Suara itu terhenti, membuat Aliona terpaksa menoleh, mencari dimana sosok laki-laki yang dia panggil suami menghentikan langkah kakinya.

Dirgantara hanya diam di antara ruang televisi dan juga ruangan yang menjadi tempat ranjang mereka. Kepalanya bersandar di aebuah dinding dengan ornamen klasik yang menjadi pembatas antara sisi kanan dan kiri,menyisakan satu jalan yang sangat lebar sebagai penghubung antara ruang kamar dan ruang televisi. Tangannya menggantungkan tuxedo putih di pundaknya, matanya berbinar, terkesiap melihat pesona sang pujaan hati yang untuk pertama kalinya akan berbagi ranjang dengannya hari ini.

"Mas gak mau mandi?" Tanya Aliona lirih. Tatapannya tidak fokus seiring dengan detak jantungnya yang semakin tidak beraturan.

"Kamu sudah mandi?"

Aliona menatap Dirgantara untuk sesaat sebelum kembali mengalihkan pandangan. Kepalanya mengangguk.

"Ya sudah. Mas mandi dulu ya?" Ujarnya sembari berjalan mendekati Aliona.

Aliona hanya mengangguk, membiarkan Dirgantara berjalan melewatinya ke arah kamar mandi.

"Mas." Panggilnya tiba-tiba, membuat Dirgantara menoleh.

"Ehm.. mau minum wine nggak?"

Dirgantara mengernyitkan dahi. "Kenapa? Kamu mau sengaja bikin mas mabuk? Biar kita gak jadi..." Dirgantara tidak melanjutkan kalimatnya, lelaki itu menatap Aliona dengan tatapan menggoda.

"Bukan gitu mas. Aku cuma.." Aliona membasahi bibirnya beberapa kali, tangannya meremas bagian bawah kimononya.

Dirgantara kembali mendekat, lelaki itu berlutut di depan Aliona yang masih duduk di tempatnya. Tangannya terangkat, menyibakkan anak rambut yang menutupi telinga sang istri.

DirgantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang