Chapter 14 : Keras Kepala

463 51 6
                                    

Aliona keluar dari ruangan disambut oleh sosok laki-laki berkacamata yang menunggunya di depan ruang rapat. Pandangannya dia sapukan ke sekitar sebelum melangkah mendekat ke arah Dirgantara.

"Dokter ada perlu apa ingin menemui saya?"

"Bisa kita bicara di tempat lain?" Pinta Dirgantara dengan nada pelan.

Aliona kembali menyapukan pandangan ke sekitar, memastikan tidak ada orang yang melihat mereka sebelum mengangguk setuju.

Wanita itu berjalan mendahului Dirgantara, membawanya masuk ke dalam lift menuju lantai dasar. Tidak ada satupun kata yang terucap dari bibir keduanya sebelum akhirnya mereka berhenti di taman yang berada di sisi kanan gedung rawat jalan.

"Ada apa?" Nada bicara Aliona terdengar dingin dan tegas, begitu juga dengan sorot matanya.

"Malam itu, saya minta maaf untuk yang terjadi malam itu. Saya tahu kalau ucapan saya membuat anda salah paham."

Aliona menyilangkan tangan di depan dadanya. "Malam yang mana yang anda maksud?"

"Malam saat saya ke rumah anda sekitar 3 bulan yang lalu."

Aliona mengedarkan pandangannya ke semua arah untuk meminimalisir beradu tatap dengan sosok di hadapannya.

"Saya maafkan." Jawabnya singkat.

"Kalau sudah tidak ada yang ingin dibahas, saya permisi."

Sesaat sebelum Aliona pergi, Dirga sudah lebih dulu menahan tangan Aliona, membuat wanita itu harus menunda niatannya untuk pergi.

"Ada apa?"

Dirgantara menoleh ke sisi kanan, sisi dimana Aliona masih dia tahan dengan genggaman di pergelangan tangannya.

"Maaf kalau saya lancang, maaf juga kalau saya tidak tahu diri. Tapi sepertinya saya benar-benar menyukai anda."

Aliona menoleh, tatapannya dingin tapi cukup menunjukkan kalau dia terkejut. Lagipula, siapa yang tidak akan terkejut saat menerima pengakuan cinta di jam 11 siang?

"Anda mabuk?"

"Mana mungkin saya mabuk saat bekerja?" Dirgantara mengelak dengan sedikit tersinggung karena ucapan Aliona.

Aliona melepaskan tangan dari genggaman Dirga, pandangannya dia arahkan ke laki-laki di hadapannya.

"Dengarkan saya baik-baik..." Aliona kembali menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Yang anda rasakan bukan jatuh cinta. Itu hanya perasaan sesaat saja karena kita pernah beberapa kali bertemu dan berkomunikasi cukup intens,-" Aliona menggantung kalimatnya. Kata per kata dia ucapkan dengan nada tegas, tetapi di balik itu semua, ada sorot mata yang memperlihatkan keraguan.

"Saya akan pura-pura tidak terjadi apapun siang ini. Jadi, saya harap anda juga begitu." Lanjutnya menjelaskan.

Aliona menghela napas, kedua tangannya sudah kembali bebas di sisi kanan dan kiri tubuhnya.

"Saya permisi dulu " Aliona pergi tanpa menunggu jawaban Dirgantara. Langkah kakinya tampak sedikit tergesa saat meninggalkan Dirgantara yang masih mematung di tempatnya.

Di sisi lain, Dirga hanya diam, beberapa kali helaan napas keluar dari bibirnya. Lelaki itu tidak menyangka kalau wanita yang baru saja berdiri di depannya itu benar-benar sangat dingin, bahkan penolakannya terdengar sangat sakit kali ini.

"Kenapa tidak bilang saja kalau anda memang tidak menyukai saya? Itu terdengar lebih baik daripada menganggap saya hanya terbawa perasaan."

Dirga hanya bisa menggumam pada dirinya sendiri dengan pandangan yang masih dia fokuskan ke arah Aliona yang berjalan meninggalkannya.

DirgantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang