chapter 10

219 95 430
                                    

Seperti biasa, hari ini adalah hari senin, hari dimana seluruh siswa dan guru akan melakukan rutinitas di hari senin yaitu adalah upacara.

Namun sebelum berangkat ke sekolah, Lexsa bangun lebih awal untuk membantu bibinya yang sedang memasak di dapur. Padahal jam masih menunjukan pukul 04.30,tetapi Lexsa bersikeras untuk membantu pekerjaan bibinya di rumah.

"Bi Ina, Lexsa bantuin ya." Lexsa mulai mengambil beberapa sayuran dan alat untuk memasaknya.

"Jangan non, nanti kalau nyonya dan tuan tau, bibi yang kena marah," ucap bi Ina menolak tawaran Lexsa.

"Gapapa Bi, Bi Ina nggak bakalan kena marah sama Papah dan Mamah kok."

"Ya sudah, kalau itu maunya non Lexsa, bibi bener-bener berterimakasih sama non."

Lexsa hanya tersenyum dan memeluk Bi Ina, begitupun dengan bi Ina memeluk tubuh Lexsa dengan erat dan lembut.

"Ekhmm." Lena berdehem persis di belakang Lexsa dan bi Ina.

Mereka berdua yang sedang berpelukan, reflek kaget dan melepaskan satu sama lain.

"Lena?" ucap Lexsa.

"Tumben kamu bangun pagi-pagi," lanjutnya.

"Gue kesini mau naggih tugas yang semalem, gimana? Udah jadi belum?"

"Udah kok, kamu ambil gih tugas punya kamu di kamar kakak."

Tanpa mengucapkan sepatah dua patah, Lena langsung pergi meninggalkan Lexsa dan bi Ina begitu saja.

Bi Ina yang melihat kelakuan Lena, hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil menelan salivanya kasar.

"Astaghfirullahalazim, kok ada yang orang kek dia."

"Non Lexsa kok mau-mau aja si, di suruh ngerjain tugasnya dia," lanjutnya.

"Gapapa Bi, mau bagaimana pun, Lena tetep adik Lexsa."

"Kamu anak baik non, walaupun semua keluarga non memperlakukan non Lexsa tidak selayaknya, tetapi non Lexsa tetap bisa sabar menerima perlakuannya." Bi Ina mengelus lembut surai hitam milik Lexsa.

"Yaudah Bi, kita lanjut aja ya masaknya, Lexsa mau bantuin potong-potong wortel dan kentang."

Setelah beberapa menit Bi Ina dan Lexsa memasak, akhirnya masakannya sudah jadi, dan siap untuk di letakan di meja makan.

Suasana hening di meja makan terasa begitu damai. Lampu kecil di langit-langit menyala lembut, menciptakan cahaya yang hangat di sekitar ruangan. Di sisi meja, sepiring piring putih bersih dan sendok garpu terletak dengan rapi, menunggu untuk digunakan.

Di sudut ruangan, Bi Ina dan Lexsa sibuk mempersiapkan hidangan lezat untuk keluarganya. Aroma harum masakan yang sedang dimasaknya menguar di udara, menciptakan suasana yang semakin nyaman. Di seberang meja, seorang ayah duduk tenang, menatap keluar jendela, merenungkan hari yang telah dilewatinya.

Setelah semuanya selesai, Lexsa ikut duduk di meja makan untuk sarapan bersama keluarganya. Dan seperti biasa, Lena berangkat bareng Cakra, dan Lexsa akan di antar oleh supir pribadinya di rumah.

Selang beberapa menit kemudian, akhirnya mereka semua sudah menyelesaikan sarapannya, dan sebelum Lexsa mandi, dia terlebih dulu membereskan piring-piring yang di tinggal di meja makan.

Akhirnya Lexsa berangkat ke sekolah di antar oleh supirnya saat jam masih menunjukan pukul 06.20, dan kurang lebih 20 menit akhirnya Lexsa sudah sampai di gerbang sekolah.

Lexsa berjalan sendirian melewati koridor yang sepi. Cahaya redup dari lampu-lampu plafon menyelimuti koridor, menciptakan suasana yang agak suram.

Lexsa merasa sedikit cemas karena tidak ada seorang pun di sekitarnya. Langkah kakinya bergema di dinding-dinding kosong, mengisi keheningan yang terasa semakin mencekam. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Lexsa mulai merasakan ketenangan di tengah kesunyian tersebut. Ia mulai memperhatikan detail-detail kecil di sekitarnya. lukisan-lukisan di dinding, potongan kertas yang terbawa angin, dan coretan-coretan kecil di papan pengumuman.

AKU ANAK YANG TAK DI INGINKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang