chapter 4

264 110 515
                                    

Jam lewat dari pukul 06.15

Malam telah berganti menjadi pagi. Suara burung-burung mulai berkicau riang menyambut matahari yang perlahan mulai muncul di ufuk timur. Udara segar dan sejuk menyelimuti halaman rumah tersebut, membuat semua makhluk hidup di sana merasa segar dan bersemangat untuk memulai hari.

Lena terbangun dari tempat tidurnya dengan perasaan yang amat senang, karena telah berhasil membuat kakaknya Lexsa di hukum tidur di luar oleh mamahnya. "Ya ampun seneng banget gue, semalem bisa tidur di kamar kak Lexsa cewek cacat itu," ujarnya sembari merentangkan kedua tangannya.

Lena beranjak dari tempat tidurnya itu, dan dengan lancang membuka lemari milik Lexsa tanpa izin kepada pemiliknya.

"Eummm, bajunya bagus bagus banget, gue mau pake ah." Dengan cepat tangan Lena mengambil 4 baju lalu di bawanya ke ruang ganti.

"Oh my god.. Gue keliatan cantik banget ngga si, pasti habis ini gue langsung di sukain cowok- cowok di sekolah. Apalagi hari ini kan ada acara pake kebaya," ujarnya.

Tidak sampai di situ, matanya tertuju pada suatu meja besar yang bersebelahan persis dekat dengan lemari. Lena kembali mengobrak abrik meja milik Lexsa berharap ada benda lainnya yang lebih berharga.

Namun, usahanya itu sia-sia, karena Lexsa menyimpan barang berharga pemberian dari orangtuanya itu di tempat rahasianya. Bahkan bibinya yang selalu ada untuk Lexsa pun tidak mengetahuinya, hanya Lexsa sendiri yang mengetahuinya.

"Ih nyebelin banget si, masa ngga ada barang berharga gitu," ucapnya kesal, lalu mengertakan kakinya di lantai dengan keras, dan membuatnya sedikit kesakitan.

Lena memutuskan keluar dari kamar Lexsa sembari menggunakan abaya milik Lexsa yang sudah di pilihnya di lemari tadi.

"Mamah, papah, bang Cakra," panggil Lena yang sedang menuruni anak tangga menuju meja makan.

"Lena, cantik ngga." Sambil memutar mutarkan badannya, ke samping dan ke belakang.

"Cantik kok, iya kan pah." Puji Luna dan di angguki oleh Randa kedua orangtuanya.

"Tuhkan, gue tuh emang cantik dari lahir, dibandingin sama kak Lexsa mah, jauh banget. Ibarat kayak princess sama pembantu," gumamnya lalu beranjak duduk di meja makan.

"Bentar deh, kok kayak ngga asing ya kebaya itu," gumam Cakra sambil menatap dengan intens yang di pakai oleh Lena.

"Itu, yang lo pakai punya Lexsa ya?" tanya Cakra.

"Ih engga kok, ini punyaku tahu." Lena berusaha mengelak dari pertanyaan Cakra.

"Gausah bohong deh lo, gue paling ngga suka sama orang yang suka boong." Ucapnya sedikit kesal.

"Iya, kenapa? Tapi lebih cocok gue kan yang makai ini, daripada kak Lexsa," tanyanya kepada Cakra sambil mengedipkan matanya sebelah.

Cakra hanya memutar kedua bola matanya malas, dia orangnya paling ngga suka kalau ada orang yang memakai barang milik orang lain tanpa seizinnya, walaupun Cakra benci sama Lexsa. Tetapi sama aja tindakan Lena itu salah.

"Balikin nggak, ketempat nya." Pinta Cakra secara baik baik.

"Ih nggak mau lah, enak aja." Lena membela dirinya.

"BALIKIN!" Jawabnya singkat dengan nada membentak.

"Mah, Pah liat tu bang Cakra ngebentak Lena." Dengan nada yang di lirih-lirihkan sok tersakiti.

"Cakra! Apa apaan si kamu. Lagian cocok kok kebayanya di pakai sama Lena," ucap mamahnya sebagai pembelaan untuk Lena.

"Tapi kan Mah-" belum juga melanjutkan pembicaraannya. Tetapi sudah dibentak oleh Mamahnya.

"Diam kamu Cakra! Berani kamu lawan mamah," Ucapnya sambil menatap Cakra tajam.

Karena tidak mau situasi semakin memanas, akhirnya Cakra memutuskan untuk meninggalkan meja makan begitu saja. Dengan mengambil tas yang sudah di letakan di bawah meja makan.

"Ih bang Cakra tungguin." Lena berteriak, lalu ikut menyusul Cakra.

Baru juga Cakra membuka pintu, tetapi langsung di kejutkan oleh Lexsa yang baru saja bangun dari tempat tidurnya. Karena semalem di hukum dan di suruh tidur di luar Rumah sama mamahnya.

"Lexsa," ucapnya singkat.

"Bang Cakra," Sapa Lexsa sambil tersenyum.

"Jadi semalem, lo beneran tidur di luar Sa?"

"Iya bang," Jawab Lexsa.

Karena Cakra kasian melihat Lexsa membereskan kasur lipat beserta alat untuk tidur sendirian. Akhirnya Cakra ingin membantu dia untuk membawakannya ke dalam rumah. Tapi sayang, niat baiknya malah di cegah oleh Lena.

"Jangan! Nanti kita telat lo bang, udah biarin aja Kak Lexsa beresin sendiri," Pintanya sambil menarik tangan Cakra.

"Udah kalian lebih baik berangkat aja, biar gue yang beresin sendiri ke dalam."

"Tuhkan, denger sendiri, yuk berangkat."

Tentunya Lexsa melihat secara intens kebaya yang di pakai oleh Lena itu adalah kebaya miliknya. Namun Lexsa hanya melihatnya tanpa menegurnya. Lagi pula kata Lexsa dia sangat menyayangi adiknya Lena, jadi apa aja barang miliknya yang Lena pakai itu bagi dia bukan masalah yang terlalu besar.

"Ih, kok malah bengong sih, ayok berangkat, nanti kita telat lo bang," ucapnya kesal karena jam sudah menunjukan pukul 06.39.

Akhirnya mereka berdua menuju garasi rumah, Cakra mengambil motornya. Sementara Lena selfie-selfie ngga jelas di depan garasi.

Brem.. Brem..

"Buruan naik."

"Iya."

Cakra melajukan motornya dengan cepat yang membuat Lena sedikit kaget dan reflek memeluknya.

Sesampainya di gerbang sekolah, Cakra lalu memarkirkan motornya di parkiran motor SMA leaver city yang sangat luas. Di parkiran itu hampir seluruh siswa dan siswinya membawa motor zx25r dan mobil civic.

Saat sudah terparkir rapi, Lena beranjak dari motornya untuk menuju kelas. Tetapi sayangnya rok kebayanya itu terlilit di motor Cakra yang membuatnya jatuh dan di tertawai siswa-siswi yang berlalu lalang.

"Hahaha, kasihan amat."
"Makanya hati-hati mbak."

Lena yang tak terima dirinya menjadi bahan tertawa orang-orang yang berlalu lalang langsung memakinya.

"Apaansi lo pada, norak tau nggak," ucapnya kesal sambil memutar kedua bola matanya malas.

"Duh, jadi kotor kan kebaya gue." Lena mengibas ngibaskan kedua tangannya ke kebayanya sebagai isyarat untuk membersihkan noda hitam yang menempel dikebayanya.

"Bangun." Cakra mengulurkan tangannya ke arah Lena, lalu di balas mengulurkan tangan juga oleh Lena.

Di rumah danendra

Lexsa hari ini izin tidak berangkat ke sekolah karena badanya yang kurang sehat. Meskipun demikian Lexsa harus tetap melakukan aktivitas nya seperti di hari biasanya, yaitu belajar.

Luna memberikan hukuman tambahan buat Lexsa, yang tak lain adalah menyuruh Lexsa untuk membersihkan toilet dan gudang. Setelah itu Luna menyuruh Lexsa untuk memasak di dapur.

"Ingat ya Lexsa, ini hukuman untukmu, karena sudah berani pulang sampai larut malam," Ucap Luna lalu beranjak pergi setelah menegurnya.

Lexsa tidak keberatan sama sekali kalau soal membersihkan rumah. Bagi dia itu adalah pekerjaan yang biasa, meskipun kondisi kakinya yang cacat sebelah. Namun hal itu tidak membuatnya menyerah begitu saja, karena Lexsa yakin bahwa kakinya masih bisa pulih kembali.

Tbc

Kalau suka dengan ceritanya jangan lupa berikan vote dan komen ya.

Note : cerita ini di buat oleh pemikiran sendiri tanpa adanya penjiplakan, apabila terjadi kesamaan nama, tokoh, dan latar belakang, mungkin itu suatu hal yang tidak di sengaja.

Terimakasih yang sudah berkenan membaca cerita di bab ini.

See u next chapture guys.

AKU ANAK YANG TAK DI INGINKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang