02.

3.2K 345 21
                                    

Ellarian dan sekumpulan temannya saat ini berada tepat di hadapan Cathrina. Mengelilinginya.

Mereka memberikan beribu - ribu pertanyaan kepada Cathrina. Mengapa dia disini? Mengapa dia tidak ada dikelas? Terutama, apa yang dia lakukan di dalam ruangan salah satu guru di sekolahnya itu.

"Jawab, lo punya mulut, perlu gue kasih cabe, hah?!" Nalaisha sendari tadi melempar pertanyaan yang tidak sama sekali dijawab oleh Cathrina. "Sabar Nal, dengerin dulu penjelasannya." Ellarian mendorong kedua bahu Nalaisha perlahan, berniat menjadi penengah antara mereka berdua.

"Gausah disini, gaenak diliat orang, mending ke kantin lagi." Ellarian mengambil salah satu lengan dari Cathrina dan Nalaisha, menariknya untuk pergi ke kantin.

Tangan yang ditarik oleh Ellarian, membuat Derimmy menjadi penengah antara mereka berdua. "Sabar Nal, lo gausah pake emosi." Derimmy berjalan di tengah - tengah antara Nalaisha dan Cathrina. Nafas yang tidak teratur, membuat Nalaisha tidak dapat menahan emosinya.

Selama berjalan dari koridor menuju kantin, Nalaisha menatap dengan tajam kepada Cathrina. Sementara Cathrina hanya menunduk ke bawah. Takut terhadap tatapan Nalaisha kepadanya.

Sesampainya di kantin, Cathrina duduk di kelilingi oleh ketiga temannya. Dirinya masih menunduk, tidak berani menatap temannya. Terutama Nalaisha.

"Oke, sekarang jelasin, bisa?" Ellarian menanyakan dengan nada yang lembut padanya. "Nunduk aja terus, punya mulut ga lo?" Berbeda dengan Ellarian, Nalaisha menanyakan kepadanya dengan penuh emosi.

"Rin, gue tau lo pasti gabisa bohong, kenapa lo ga ngabarin kita?" Sebagai teman yang paling dekat dengannya, Derimmy mengambil tangan Cathrina, dan mengusapnya dengan lembut.

Mendapat perlakuan hangat dari temannya, Cathrina mengangkat wajahnya dan menatap Nalaisha dengan lemah.

"Maaf, gue ga ngabarin kalian." Cathrina berbicara secara terbata - bata. "Gue gabakal marah kalo lo ngabarin, wajar gue marah, kita semua nyariin lo, dan lo? sama sekali engga ngebales pesan gue." Nalaisha memalingkan wajahnya kearah lain. Tidak tahan melihat wajah Cathrina yang menahan tangisnya.

Cathrina beranjak dari tempat duduk nya, dan beralih duduk tepat di samping Nalaisha. Dirinya mengambil kedua tangan Nalaisha, dan mengusapnya dengan lembut. "Nal, maafin gue."
Cathrina menatap Nalaisha dengan penuh harap, bahwa Nalaisha pasti akan memaafkannya. "Makasih udah mau khawatir sama gue, Nal." Cathrina menaruh kepalanya di bahu milik Nalaisha, dan memeluknya dari samping.

"Maafin gue ya?" Merasa iba pada sahabatnya, Nalaisha berbalik menyamping untuk berhadapan dengan sahabatnya, dan memeluknya dengan erat. "Iya gue maafin, tapi.." Nalaisha melepaskan pelukannya, dan menatap pada Cathrina dengan bingung. "Tapi apa?" Nalaisha terseyum jahil kepadanya. "Beliin gue mie ayam, deal?" Mendengar jawabannya, Cathrina memutar kedua bola matanya dengan malas. "Dasar rakus." Sindir Cathrina kepada Nalaisha.

"Nah, gini kan enak, baikan." Ellarian menatap kedua adik kelasnya dengan haru. "Eh kak, jangan nangis gitu dong, gaada bawang disini." Candaan yang dikeluarkan Nalaisha, membuat semua teman yang mendengarnya tertawa terbahak - bahak. "Lo ini manusia apa sih?" Derimmy menanyakan sembari tertawa. "Gatau, gue liat di tiktok, khodam gue uni bakwan." Lagi dan lagi, Nalaisha berhasil membuat seluruh temannya tertawa karena perkataannya.

Sekitar 30 menit menghabiskan waktu di kantin. Entah dengan candaan, bercerita, dan membahas tugas sekolah. Tak terasa bel masuk sudah berbunyi.

"Dih apaan, masa udah masuk lagi." Nalaisha merebahkan tubuhnya di tempat duduk dengan lemas. "Dari tadi loh istirahatnya, masa ga cukup?" Derimmy terkekeh melihat tingkah sahabatnya itu. "Udah - udah, kalian buruan masuk gih, entar ditungguin guru mapelnya." Ellarian beranjak dari tempat yang ia duduki, berjalan terlebih dulu meninggalkan kantin, dan melambaikan tangannya saat masuk kedalam ruang kelasnya.

Teacher's Pet. ( Orine ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang