Pindah Haluan

15 6 0
                                    

"Radin, tunggu!"

Langkah kaki Radin terhenti. Ia membalikkan tubuhnya menghadap Liana yang ngos-ngosan di belakangnya.

"Jangan lari terus! Gue pengen jelasin!" Mata Liana berkaca-kaca. Gadis itu hampir manangis.

Melihat gadis itu mau menangis, Radin menghela napas. Ia mendekat pada Liana.

"Gue emang masih cinta sama Ryan. Pas waktu gue pacaran sama lo, gak pernah sedikitpun gue berpikir kalo lo itu pelarian gue. Gue cinta sama lo. Gue berpikir gue sangat cinta sama lo. Tapi ternyata cinta gue ke lo gak sebesar cinta gue ke Ryan. Maaf!" Jujur Liana penuh sesal.

"Lagian juga apa yang mau gue harapin? Lo kan tau, Ryan juga punya pacar. Kalo lo mau ngejauhin gue gak papa. Karna gue tau gue salah. Gak seharusnya gue buka hati buat lo."

Radin menggeleng. Ia mulai mengerti perasaan Liana sekarang, "Bukan lo! Tapi gue yang salah. Gak seharusnya gue membuat lo buka hati buat gue. Tapi gue beneran cintanya sama lo."

Mereka berdua terdiam. Mencoba saling memahami perasaan masing-masing. Setelah dirasa masalah mereka clear, keduanya berpelukan. Menyalurkan perasaan mereka. Liana hanya butuh waktu, untuk mencintai Radin lebih dalam lagi. Dan Radin, ia akan sangat sabar menunggu Liana menumbuhkan cinta untuknya.

Sementara Aster, ia melihat dari kejauhan. Wajahnya memaling tak mampu menahan cemburu. Apakah sesulit itu membuat keduanya berpisah? Berbagai cara yang telah ia lakukan sejak kemarin tapi, justru mereka kembali lagi bersama. Dengan perasaan kesal, ia melenggang pergi dari sana.

***

Diwaktu menjelang pulang Sekolah, sebuah mobil terparkir di Parkiran Sekolah. Begitu mesin mobil itu mati, keluarlah sosok tampan yang tak lain dan tak bukan adalah Ryan.

Ia berniat menjemput Liana. Ryan ingin memastikan perasaannya terhadap Liana sekali lagi. Sesekali ia melirik jam tangannya untuk memastikan ini waktu pulang atau bukan.

Dari kejauhan, Aster datang dengan wajah cemberut. Ingatannya soal Radin yang berpelukan dengan Liana membuatnya terus merasa kesal. Saat ia masih asyik mendumal, matanya tiba-tiba menemui objek didepan sana yang Aster kenali. Ya, Aster melihat Ryan sedang berdiri menyender mobil seperti sedang menunggu seseorang.

"Itu, kan Ryan? Ngapain dia kesini?" Gumam Aster.

Sesaat kemudian gadis itu mendengus, "Pasti mau jemput Liana."

Aster terus memperhatikan Ryan. Sesaat kenudian ia tersenyum entah karna apa, "Kalo gue liat-liat, Ryan makin ganteng, ya."

Sekali lagi ia memperhatikan Ryan. Sebuah senyuman terukir lagi di bibir Aster, "Daripada Ryan dianggurin, mending buat gue. Lagian juga, Liana udah sama Radin."

Setelah mempertimbangkan pemikirannya, Aster menghampiri Ryan dengan senyuman manis yang terus terukir, "Hai, Ryan."

Ryan menoleh. Alisnya menukik melihat Aster yang dateng sambil senyum-senyum seperti itu.

"Kenapa kesini? Nungguin Liana, ya?"

Ryan mengangguk, "Iya. Ini udah waktunya pulang, kan?"

"Iya. Lo sendiri, emang gak Sekolah? Kok malah kesini?"

Ryan terkekeh mendengar pertanyaan polos Aster. Sebenarnya Aster itu lucu-lucu imut loh, sayangnya malah benci Liana.

"Gue ini udah lulus, Ter."

"Hah?"

"Lo Kelas 12, kan?"

Aster mengangguk polos sehingga kesan imutnya terlihat. Ryan sendiri sampai dibuat gemas oleh gadis itu.

"Kan gue kakak Kelas, lo. Beda satu tahun kan kita." Jelas Ryan baru membuat Aster mengangguk paham.

Setelah itu mereka terdiam. Bingung mau bicara apa. Siang ini begitu panas, namun suasana mereka serasa dingin. Sekali lagi Ryan melirik jam tangannya.

"Oh iya, Ter. Liana mana?" Tanya Ryan.

Mendengar pertanyaan itu, Aster cemberut lagi, "Gak tau. Mungkin lagi pacaran sama Radin."

Ryan menunduk kecewa. Seharusnya dirinya itu sadar diri kalau Liana itu udah punya pacar.

Melihat Ryan menunduk kecewa, Aster tersenyum penuh arti. Ini waktunya untuk memanas-manasi, "Lagian, Radin itu udah di jodohin sama gue. Liananya aja yang kegatelan deket-deketin Radin. Asal lo tau ya! Gara-gara Liana, Radin jadi gak mau sama gue. Lo juga! Si Liananya kayak gitu, kenapa lo masih ngarepin dia sih? Mending lo sama gue."

Ryan terkekeh. Kali ini terkekeh sinis. Sifat Aster yang satu ini yang gak dia suka, "Gue sih gak nyalahin Radin ataupun Liana, kok. Itu sih terserah mereka. Lagian gue sama Liana juga gak ada apa-apa, kok. Dan satu lagi, gue  kalo jadi Radin juga pasti bakalan pilih Liana. Karna apa? Karna Liana jauh lebih baik dari lo. Lo menjatuhkan Liana didepan gue? Gak mempan bagi gue. Justru lo terlihat lebih rendah kalo lo begini."

Aster berdesis kesal mendengar penuturan Ryan. Ucapan Ryan langsung nancap banget di ulu-ulu hati. Tanpa sepatah katapun, Aster pergi menjauh. Sedangkan Ryan menatap Aster yang pergi tanpa rasa bersalah sedikitpun. Ia merasa telah melakukan hal yang benar. Yaitu membela sahabatnya.

Sudah badmood, Ryan memilih kembali masuk kedalam mobil. Namun, baru saja ia masuk, Liana datang. Tapi gadis itu tak datang sendiri. Melainkan bersama Radin dengan tangan yang saling tertaut. Tak lupa senyuman yang terukir dibibir mereka membuat hati Ryan teriris. Benar kata Aster. Mereka berdua sedang pacaran. Tanpa sepatah katapun, Ryan memilih pergi menjalankan mobilnya meninggalkan area Sekolah.

***

Lagi-lagi Aster pulang sendirian. Ia menaiki sebuah angkot yang kebetulan lewat. Walaupun Aster ini dari keluarga berada, dan Aster juga terkesan manja, tapi ia tak malu untuk sekedar naik angkot seperti orang-orang menengah. Mungkin sifat baik dari Aster yang tersembunyi adalah kesederhanaanya ini. Sayangnya, sifat sederhana Aster ini jarang diketahui orang. Mungkin orang lain akan memandang Aster sebagai si anak orang kaya yang enggan terhadap lingkungan orang menengah. Tapi nyatanya tidaklah begitu.

Didalam angkot, tak ada yang bisa ia lakukan. Ia hanya memandangi jalan Kota yang dipadati aktivitas lalu lalang penghuni bumi. Sesaat ia terkesiap ketika angkot yang ia tumpangi melewati suatu jalan.

Ah, Aster ingat ini. Jalan ini adalah jalan dimana ia bertemu si pangeran tampan yang tak ia ketahui namanya itu. Padahal, ia hampir saja lupa gara-gara sibuk cemburu akan hubungan Radin dan Liana. Tiba-tiba Aster tersenyum sendiri. Kali ini sangat terlihat jelas kalau senyumannya ini terlihat tulus.

"Coba aja. Gue ketemu sama pangeran ganteng itu lagi." Dan Aster hanya bisa membatin.

***

Next...

Pengumuman!

Setelah ada 25 Chapter di Draft, Chapter 7 nya baru Update.

Setelah itu, dengan draft yang telah tersimpan sebanyak 25 Chapter. Aku berpikir, buat niatin Publikasi setiap Seminggu Sekali.

Kenapa gak Seminggu 2x kayak "GALANG"?

Kan Draft "GALANG" udah kesimpen banyak banget sampe 60-an Chapter. Makanya itu Update seminggu 2x.

See You Later, Guys🖐

A2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang