05. Tidak apa-apa

237 28 2
                                    

Hanan meregangkan tubuhnya yang mulai terasa pegal dengan sesekali memijat keningnya yang terasa pusing, lima jam sudah lamanya anak itu terus berkutat dengan banyaknya soal latihan olimpiade, tiga kaleng kopi bahkan sudah anak itu habiskan lengkap dengan kentang koreng yang kini bahkan sudah nyaris ludes.

Cowok berkulit tan tersebut lantas memilih untuk membersihkan terlebih dahulu bekas makannya, sebelum melanjutkan mengisi soal soal latihan yang mungkin tersisa sekitar sepuluh soal lagi.

Membuka pintu secara perlahan, Hanan segera menuruni satu persatu anak tangga, dengan kedua tangan yang dipenuhi oleh sampah bekas makannya.

"Loh, masih kumpul nyawa lu jam segini nan?"

Tersenyum tipis Hanan mengangguk perlahan sembari membuang kaleng kopi bekas miliknya, anak yang lebih tua sepuluh menit dari orang yang ada di hadapannya ini lantas segera menyandarkan palanya pada bahu sang kembaran.

"Capek banget, udah ngantuk juga, tapi nanggung sisa beberapa soal lagi." Jawabnya, Naren yang mendengar keluhan Hanan itu hanya dapat tersenyum tipis sembari mengelus pelan kepala kakak kembarnya itu.

"Besok aja sih kalau udah capek, kayak gak ada hari besok aja, lagian udah jam segini tuh waktunya buat istirahat nan."

Terkekeh kecil Hanan segera menarik kursi yang berada tepat di sebelah Naren, dengan kepala yang anak itu letakan diatas lipatan tangannya.

"Maunya sih gitu. Lu sendiri ngapain tengah malam gini ada di meja makan? Abis makan?" Tanyanya, kedua netranya lantas melihat sekitar meja makan juga ke arah wastafel, namun baik di meja makan maupun di wastafel tidak ada piring kotor bekas makan kembarannya itu.

"Tapi gak ada tanda-tanda bekas makan lu sih." Lanjutnya.

"Emang gua gak makan kok. Tadi cuma lagi nyari angin aja, terus niatnya mau minum susu kotak, eh pas liat kulkas ternyata gak ada, kayaknya udah abis deh. Berakhirlah gua duduk disini, niatnya abis ini mau langsung ke atas, eh ternyata lu ke bawah jadi gua mutusin buat disini dulu." Jelas Naren.

Hanan hanya mengangguk kecil, sesaat anak itu hendak menutup matanya, namun tiba-tiba anak itu justru teringat akan kejadian dua hari lalu di panti, tentang suara seorang pria yang mirip sekali dengan kembarannya.

"Oh baru inget, dua hari lalu gua ke panti buat ngadain aja amal gitu, waktu gua lagi ngobrol sama pemilik panti itu, gua denger suara cowok mirip banget sama lu. Kalau gua boleh nanya, dua hari lalu lu ada kunjungan ke panti kah? Mmmm.... Soalnya suaranya beneran mirip sama lu." Tanya Hanan.

Menaikkan sebelah alisnya, Naren lantas menggeleng dengan wajah bingungnya.

"Enggak, mungkin emang suaranya aja yang sama kali. Lagian buat apa juga gua kunjungan ke panti?" Jawabnya.

Hanan terdiam untuk beberapa saat, karena tak ingin mengambil pusing remaja itu segera mengangguk mengerti dan lantas mengajak kembarannya untuk kembali ke atas.

"Oh, iya mungkin. Yaudah ayo naik lagi ke atas." Ajaknya.

Karena sudah tidak memiliki keperluan apapun di bawah Naren segera mengangguk dan ikut menaikki anak tangga bersamaan dengan Hanan. Sesampainya di depan pintu kamar masing-masing, Naren menarik lengan milik Hanan terlebih dulu sebelum anak itu membuka pintu kamar miliknya.

"Kenapa? Mau ada yang di omongin lagi?" Tanya Hanan. Namun Naren justru menggelengkan kepalanya.

"It's okay to take a break for a while, nggak apa-apa kok buat lu ambil jeda barang sepuluh menit aja atau selama yang lu mau. Lu bukan robot nan, lu juga manusia yang punya rasa capek. Tolong jangan terlalu memforsir diri lu sendiri. I know you do it all for yourself, to make us proud, but not in a way that makes you suffer. Tolong, sayang sama diri lu sendiri nan. Liat deh mata panda lu makin parah, raut wajah lu keliatan banget capeknya. Dan tadi, lu minum kopi kalengan kan? Jangan terlalu sering ya nan, kasian lambung sama ginjal lu." Jelas Naren, anak itu tersenyum tipis sembari melepaskan genggamannya pada Hanan.

My Sick Twins! || LHC NJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang