08. Tumbangnya Hanan

284 38 1
                                    

Narendra yang baru saja tiba diarea sekolah, segera mengarahkan sepedanya menuju tempat yang berada di samping pos penjaga, tempat parkir khusus bagi siswa atau siswi yang membawa sepeda seperti Naren saat ini.

Bungsu Bagaskara itu lantas segera memarkirkan sepedanya, sebelum beranjak Naren mengunci dulu sepedah miliknya dengan pengikat khusus sepedah yang memang sudah tersedia disana.

Baru kedua kakinya hendak beranjak pergi, sepasang netra hitam legam miliknya itu menangkap mobil milik bunda yang baru tiba dengan Hanan yang langsung turun tergesa-gesa. Karena tak ingin berlama-lama, Naren segera melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Sebelah tangannya yang memegang ponsel anak itu arahkan pada wajahnya, lebih tepatnya mengarah pada pipi di kanannya. Naren bernafas lega sesaat setelah mengaca pada pantulan handphone, sudah tidak ada lagi bekas kemerahan disana, hanya tersisa bekas goresan yang nampak masih sedikit memerah karena tengah berproses untuk sembuh, dan sebuah lecet di sudut bibir juga pelipisnya akibat tonjokan dari Sunan.

"Harus nggak ya beli plester? Tapi udah mau sembuh sih, nanggung." Gumam Naren.

Di depan tangga anak itu malah kembali berbalik arah, menuju koperasi sekolah. Sepertinya lebih baik Naren membeli plester untuk dipakaikan di kedua sudut yang lecet itu.

"Beli aja deh. Nggak enak diliatnya." Ujarnya kembali.

Dengan cepat kedua kakinya melangkah ke koperasi sekolah, membeli dua buat plester yang sayangnya hanya tersisa plester bergambar dengan karakter kucing.

"Yah pak gemes amat ini plester nya. Yang biasa aja beneran abis?" Tanya Naren, sembari memegangi kedua plester tersebut.

"Abis na, baru mau dateng besok sekalian sama barang yang lain. Udah cocok kok itu sama kamu." Ujar pak Yanto, penanggung jawab koperasi yang sudah Naren kenal dekat.

Naren terkekeh, dan lalu menyerahkan uangnya pada pak Yanto, ya mau tidak mau Naren juga butuh, jadi abaikan sajalah gambar yang ada diatasnya itu.

"Nih kembaliannya. Jangan lupa sebelum pake plester, kasih cairan antiseptik dulu, biar gak infeksi." Saran pak Yanto, dibalas anggukan oleh Naren.

Setelah mengucapkan terima kasih, Naren segera beranjak pergi, kali ini menuju ke UKS, masih ada waktu sekitar lima belas menit sampai bel jam pertama di mulai.

Sesampainya di UKS, karena masih pagi tentu saja ruang kesehatan itu masih kosong, biasanya dokter yang berjaga akan datang pukul delapan pagi, jadi Naren harus menanganinya sendiri. Seperti saat ini, karena Naren sudah terbiasa ke UKS untuk membantu anggota basketnya yang jatuh membersihkan lukanya, anak itu jadi tahu dimana saja letak obat-obatan, obat merah, kasa, kapas luka, dan antiseptik. Biasanya semua itu ada di lemari besar berwarna putih, yang kini berada di hadapannya.

"Nah ketemu."

Karena tak ingin membuang waktu lagi Naren segera menuangkan cairan antiseptik pembersih luka pada kasa, lalu menempelkannya pada kedua sudut wajahnya yang luka, bibir dan pelipis.

"Ahaha, ini lucu banget." Setelah menempelkan plester di kedua lukanya, Naren terkekeh, entah kenapa di matanya wajahnya jadi sangat lucu akibat kedua plester bergambar itu.

"Eh lima menit lagi bel!" Menyadari waktu di jam tangan miliknya yang sudah menunjukan pukul 06.55, Naren segera merapihkan obat bekasnya, meletakkannya kembali pada lemari dan segera keluar dari UKS. Remaja itu sedikit berlari menuju kelas, dan sesampainya disana, dirinya malah membuat anak kelas terkejut akan kedatangan Naren yang tiba-tiba.

"Anjir Naren! Gua kira guru." Saut Devan, anak yang tengah duduk di meja guru itu yang paling dibuat kaget.

"Sorry sorry." Ujar Naren, berjalan menuju kursinya yang berada di pojok, dengan Cael dan Rafan yang sudah ada disana lebih dulu.

My Sick Twins! || LHC NJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang