05. Soal Nenek

26 9 0
                                    

“Youngjae, tidak mau makan?” teriak Tante Ji-Eun menggema di telingaku. Kemudian, aku langsung merespon, “Tidak, aku sudah makan.”

Aku senang mereka datang ke sini untuk mengeratkan hubungan antara Ibu dan kakak-kakaknya. Namun, entah mengapa, aku merasa tidak senang dan jadi kesal saja. Aku lebih memilih untuk menghabiskan waktu menonton TV daripada bersama mereka. 

“Ya ampun, mengapa aku harus memegang boneka mereka?” aku melempar kecil boneka coklat ini dengan memasang wajah kesal melebihi. Namun, diam-diam aku juga merasa haus dan butuh minum. Aku segera bangun dari sofa dan berjalan menuju area dapur untuk minum. 

“Nak, mau apa?” tanya Ibu sambil melihatku berjalan menuju ke arahnya. 

Aku membalas dengan memasang wajah tersenyum, “Aku mau minum sama minta kimbab.” 

“Ya sudah, duduk di samping Ibu,” perintahnya sambil menepuk kursi di sebelahnya. Aku pun menuruti perkataannya dan segera duduk di sampingnya, aku merasakan sedikit ketenangan di dekat Ibu. 

“Ini kimbab dan minumnya. Makan yang pelan-pelan,” ujar Ibu sambil menyodorkan piring dan gelas ke arahku.  

Gomawo.” Aku mulai minum dan sehabis itu makan kimbab yang sudah dipotong menggunakan sumpit, “Bu… aku lupa mematikan TV.” Padahal, aku hendak turun kembali untuk mematikan TV tapi dengan mendadak Ibu menghentikan diriku. 

“Sudah, biarkan saja menyala. Ayahmu yang akan membayar listrik, bukan Ibu, jadi Ibu tidak akan merasa rugi,” perintahnya dengan tegas. 

“Baiklah.” Aku membetulkan posisi duduk dengan benar. Sekarang, terlihat jelas kakak-kakak kandung Ibu yang berkumpul di sini Paman Minjae, Paman Ji-Hoon, Tante Ji-Eun, dan Tante Yoo-Jin. Di antara mereka ada Noona Ye-Seul, Noona Ji-young, Noona Soo-Ah, dan Noona Sung-Ji. Sebenarnya, Noona Sung-Ji adalah anak dari kakak keempat Ibu, Choi Min-Seok, dan istrinya, Oh Na-Mi. Mungkin saja dia sedang bermain di rumah Tante Ji-Eun dan memilih untuk ikut bersama Tante Ji-Eun. 

Noona, bagaimana kabar Paman Min-Seok?” tanyaku pada Noona Sung-Ji

Noona Sung-Ji, yang sibuk bermain ponsel, menoleh ke arahku dan menjawab, “Ayah baik-baik saja, kenapa memangnya?” 

Aku merespons lagi, “Tidak, aku cuma bertanya. Aku merasa heran saja, kenapa Noona bisa ikut bersama Tante Ji-Eun.” 

Tante Ji-Eun yang menjawab, “Dia sedang berkunjung. Katanya, dia ingin menginap di rumahku karena bosan tidak ada yang mengajaknya bermain.” 

“Bukannya Noona punya saudara laki-laki?” tanyaku heran. Kalau tidak salah, Noona Sung-Ji memang punya saudara laki-laki, tapi aku lupa siapa namanya. 

Dengan ekspresi kewanitaannya, ia membalas, “Asal tahu saja, dia hanya sibuk dengan dunianya sendiri. Dia tidak bisa bermain denganku. Mungkin karena aku sudah berubah menjadi cantik.” 

Apa hubungannya coba? Bertanya soal saudara laki-laki tapi berubah soal kecantikan. Atau, bila perlu aku ajarkan saja dia bicara. “Menjengkelkan saja,” batinku. 

Kemudian, suasana berubah ketika Tante Yoo-Jin mulai berbicara tentang nenek, ibu dari Ibuku. "Eh, kalian sudah tahu bagaimana kabar Ibu?" tanyanya kepada Ibu, Paman Minjae, Paman Ji-Hoon, dan Tante Ji-Eun.

Dengan cepat, Ibu langsung membalas, "Bukannya Ibu baik-baik saja?" sambil mengangkat kedua alisnya.

Tante Yoo-Jin membalas dengan sedikit marah, "Kau mengatakan Ibu baik-baik saja karena belum pernah berkunjung ke rumahnya. Apa kau terlalu sibuk untuk menjenguk Ibu kita?!"

Who Are You? (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang