14

2.8K 311 36
                                    

Malam ini ialah malam terakhir Alam tidur di penginapan ini, setelah 2 hari berlalu ia menikmati masa kebebasannya dengan hidup yang sangat amat ngirit. Sekarang Alam bersiap untuk tidur dengan menggunakan pakaian yang baru saja ia beli di toko dekat penginapan itu berada. Sebenarnya Alam sedikit stres memikirkan bagaimana ia menjalani hidup di esok hari. Alam belum pernah kerja sebelumnya dan bagaimana ia mendapatkan pekerjaan di esok hari.

Untuk kembali ke Panti juga sangat mustahil untuknya. Apalagi saat ini di dompetnya hanya tinggal 13 ribu. 

Apa dia open BO aja ya, pikir alam sambil menatap langit-langit kamar. 

Karena sibuk menyelam dalam pikirannya sendiri, akhirnya Alam tertidur. Tubuhnya sedikit mengurus padahal baru dua hari ia pergi. 

Malam sudah berganti, sinar matahari sudah mulai mengetuk untuk masuk kedalam kamar tempat Alam beristirahat, Alam yang mulai terganggupun mulai menerjabkan matanya.

Badannya terasa berat seperti ada yang memeluknya dari kedua sisi. Pikirannya belum bisa memproses keadaanya sekarang. Alam merasa rambutnya diberi usapan lembut dari tadi tapi Alam belum menyadari kejanggalan itu, dirinya melanjutkan untuk tidur dan menarik selimut untuk menutup seluruh tubuhnya.

Tak lama Alam mulai mencellikan kedua matanya, kenyataan sudah kembali lagi dari mimpi indahnya. Alam bermimpi ia memiliki keluarga yang menyayanginya sepenuh hati, memberikan keharmonisan dihidup alam dan di dalam mimpinya Alam bertemu dengan bunda kandungnya, wajahnya terlihat buram, tapi Alam sadar bahwa Bunda tersenyum kepadanya, tapi dilain sisi bunda meremat tangan Alam seperti orang kesakitan. Ia tak mengerti apa maksud dari mimpi ini, apa yang Bunda kandung Alam ingin sampaikan?

Elusan dikepalanya membuat Alam tersadar dari balik selimut, perasaan gelisah menyelimuti diri Alam. Alam berjanji dalam hitungan ketiga ia akan membuka selimut itu dan 

Ya, Alam harus lari sekarang. 

Victor dan Radit yang dari tadi mendekap Alam, memberikan Alam elusan lembut. Alam yang panikpun langsung melepas selimut itu, dan berusaha untuk lari dari kamar penginapannya. 

"Mau kemana, Alam?" tanya Victor, dipeluknya Alam yang berusaha keluar dari kamar.

"Lepas! Gue bilang lepas, ya lepas!" Alam sambil memberontak kesana kemari. Wajah Alam tampak memerah antara emosi atau kesedihan yang ia rasa. Ia sedih karna ia balik kekenyataan dimana mereka menjadikan Alam mainan tetapi ia juga emosi karena mereka bisa menemukan Alam di tempat yang kecil ini. 

 "Mau kemana sih? kan udah cukup main-mainnya." saut Radit dengan muka tengilnya. 

"Bacot!" Alam langsung menggigit tangan yang menghalangi tubuh Alam dengan sekuat tenaga.  

"AkhhTeriak Victor karena gigitan yang Alam berikan untuknya. Radit yang melihat Alam berhasil kaburpun sontak mengejar Alam, tetapi tangannya ditarik oleh Victor untuk tidak mengejar anak itu. 

Dengan pikiran yang kalut Alampun berlari tak tentu arah, air matanya mulai berjatuhan. Alam memukuli kepalanya sendiri menandakan kekecewaan yang ia berikan kepada dirinya sendiri. 

Kenapa harus dirinya, Alam tidak mau disiksa lagi oleh keluarga gila itu. Pain tolerance  Alam itu sangat rendah terhadap rasa sakit, beruntung ia mendapatkan panti yang tidak pernah memberikannya trauma apapun. Bunda El selalu mengajarinya tentang banyak kebaikan di kehidupan ini.

Dengan perasaan yang tak karuan, tidak mengenakan alas kaki, rambutnya berantakan khas orang bangun tidur dan jangan lupakan wajahnya yang penuh dengan air mata. Alam berhenti sampai menemukan sebuah Halte busway yang sepi, tubuh Alam mendadak merinding karena pikiran buruk miliknya. Mata Alam mendadak terasa sangat berat dan entah apa yang Alam lakukan setelahnya.





"Kamu apakan anak kurang ajar itu?" tanya sosok yang paling tua kepada anaknya.

Victor, lelaki yang diberikan pertanyaan itupun tersenyum, senyumnya bukan senyum keramahan, tetapi senyuman jahat .

"Membiusnya." jawaab Victor dengan girang, Darma yang melihat anaknya tersenyumpun ikut senang. Ia tidak perduli mau diapakan anak kurang ajar itu oleh Victor- anaknya. Asal anaknya merasa senang Darmapun begitu. 



Dilain tempat Alam mulai mengerjabkan matanya, tangannya terasa sakit akibat rantai yang menahan kedua tangannya, padahal rantai itu cukup panjang tetapi untuk meninggalkan kasur besar ini Alam rasa tidak bisa. Alam saat ini hanya menggunakan baju oversize dan juga celana dalam tanpa diberikan celana pendek oleh orang yang membawanya ke tempat sialan ini. 

Alam menutup matanya, menenangkan pikiran dan rasa sedih yang selalu tiba disaat yang tidak tepat. 

"Fuck." umpat Alam sambil menjambak rambutnya frustasi. Mata Alam tertuju pada luka yang Victor berikan, tangan kecil itu mengelus lukanya yang sudah beberapa tahun ini tak menghilang, bukannya menghilang luka itu muncul kembali dalam bentuk keloid akibat goresan yang dalam. Sampai saat ini Alam masi bisa merasakan sesakit apa luka itu. 

"Bunda El, Alam mau pulang." rintih Alam, dadanya terasa sesak, emosinya tidak bisa kekontrol.

Perlahan air matanya mulai berjatuhan kembali, memberi tahu bahwa Alam memang tidak baik-baik saja.





























Haiiii makasih atas apresiasi kalian dengan cara vote dan komen ya! 

sebenernya aku agak kurang pede mau lanjutin cerita ini, karna setelah aku baca-baca lagi penulisannya masih kurang.

menurut kalian aku harus lanjut atau engga ya? 

















Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AlamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang