★Teror

5 2 1
                                    

Di ruang penuh tulisan, Locha memikirkan peristiwa di mana Myra memaksa mendiang Vanessa menandatangani perampasan hak kekuasaan. Mengingat ancaman keji, gadis mary sue tak dapat menahan amarahnya. Namun, sutradara tanpa nama memahami perasaan gadis di depannya.

♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡

"Apa yang kalian inginkan dariku!"

"Keinginanku? Tentu saja menginginkan tanda tanganmu!"

Mendengar tanda tangan, Vanessa membaca dengan seksama surat resmi. Ancaman terlontar oleh si penculik pasca Yang Mulia Ratu Muda selesai memahami. "Jika kau tidak mau tanda tangan simple saja, aku akan menghancurkan kotamu tercinta dan membunuh semua warga tepat di depan matamu! Jadi, lebih baik tanda tangan sekarang juga!"

Tanpa pikir panjang, Vanessa menandatangani surat bahwa Eldevidel City diambil alih kepemimpinan oleh tiran jahat lagi bengis. Itulah kisah awal mula dimana Ratu Vanessa menghimbau warga agar tidak mencari gara-gara dengan villain elite atau risikonya akan sangat berat.

♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡

"Myra, kau sudah keterlaluan!  Kesalahanmu tak dapat dimaafkan sampai kapanpun, kau pikir nyawa manusia hanya mainan!"

Itulah komentar Locha pasca mengingat kesalahan mantan rekannya di masa lalu. Pendirian yang kokoh mendatangkan revolusi, ingin memberi pelajaran atas nama warga Eldevidel City serta mengambil alih kepemimpinan yang telah dirampas.

Langkah pertama, Bunda Locha membebaskan kepala koki istana, dia tidak bersalah lantaran tangan kanan sang tiran menjadikannya sebagai kambing hitam.

"Terima kasih atas bantuan Anda, Bunda Locha."

"Tidak perlu berterima kasih. Kau tak bersalah, maka dari itu penjara bukanlah tempat yang cocok untukmu."

''Ya, Anda benar."

Kepala koki istana telah bebas setelah beberapa bulan mendekam di jeruji besi.  Hal tersebut membuat sang Tiran naik pitam, memasang ekspresi kecewa terhadap orang kepercayaannya yang tak bisa diandalkan.

Amarah, ia berseru memanggil nama orang kepercayaannya. Selang beberapa waktu, lelaki paruh baya datang menghadap Myra dengan perasaan takut bahwa hari ini adalah hari terakhir melihat dunia.

"Dasar bodoh! Tidak becus!"

"Maafkan hamba, Yang Mulia. Tolong beri hamba kesempatan."

"Tidak ada kesempatan! Bersiaplah untuk meninggalkan dunia ini!"

Pria paruh baya bersujud, memelas, memohon hingga terdengar isak tangis. "Hamba mohon...tolong beri hamba kesempatan untuk hidup... tolong...."

"Ck! Baiklah! Hanya satu kesempatan!"

"Terima kasih, Yang Mulia atas kebijaksanaan Anda."

"Hmm, enyahlah dari hadapanku se-ka-rang!"

Pria paruh baya bergegas meninggalkan ruangan Myra sembari menghela nafas lega. "Fyuh, selamat."

********

"Myra... oh Myra... kau harus bertanggung jawab atas perbuatan kejimu itu ...."

Suara bisikan membuat Myra terbangun dari tidurnya. Namun, saat memandang sekitar tak menjumpai batang hidung siapapun. Bulu kuduk berdiri, keringat dingin mulai membasahi tubuh. Gadis itu bersembunyi dibalik selimut, tetapi suara itu terus terdengar.

Geram. Ia memberanikan diri mencari sumber suara tanpa lupa membawa senjata. "Siapa? Jangan main-main! Sini keluar kalau berani!" sahut Mary tampak menyembunyikan rasa takut.

Tiba-tiba pintu terbuka dengan sendirinya, tangan Myra bergetar, tak kuasa menahan rasa takut. "Penjaga,
cepat cari sumber suara itu!" sahutnya mengerahkan penjaga untuk memeriksa asal suara. Namun, penjaga istana tak sadarkan diri serempak, meninggalkan Myra mematung di kamar.

Merasa ada yang tidak beres, Myra melihat semua penghuni mahligai tumbang tanpa alasan. "Ada apa ini?" Pertanyaan singkat tanpa jawaban memenuhi pikiran sang Tiran, ia menyiapkan senjata lengkap, mulai dari bom asap, senapan hingga senjata rahasia dibalik jubah ungu.

"Tempatmu bukan di sini, Myra Blakesley! Aku sudah menyiapkan tempat peristirahatan terakhirmu, bersiaplah untuk mati!"

Kepala tanpa tubuh menampakkan diri di depan sang Tiran, mendatangkan efek kejut tak terkatakan. Myra lari terbirit-birit keluar istana, tak mengetahui bahwa pahlawan Eldevidel City gentayangan dan mencari otak dari tragedi tragis atas pembunuhannya. 

"Tidak! Gue tidak boleh takut sama hantu sepertinya, dia tidak akan pernah bisa membunuhku!"

Gadis itu berusaha memutar otak, mencari cara mengusir hantu kepala tersebut. Buih-buih ide bulus memenuhi pikirannya, menjadikan hantu kepala sebagai kelinci percobaan. Senyum evil tampak jelas di bibirnya, merasa bangga berkat kelicikannya ia mampu menyelesaikan masalah saat ini.

Hari silih berganti, Myra berdiam di laboratirum, membuat cairan berwarna pink berfungsi melelehkan hantu yang meneror sepanjang hari. Mungkin terdengar tak masuk akal, tetapi itulah kenyataan, sukar dipercaya. "Kala dikejar seekor anjing, awalnya tak dapat memanjat pohon, maka secara tak sadar rasa takut menjadikan kita dapat memanjat pohon setinggi apapun demi menyelamatkan diri sendiri." Sama halnya dengan sang Tiran, rasa takut mendatangkan seberkas keberanian dalam diri.

Teror kembali berlangsung, Myra tak lagi takut dengan kepala tanpa tubuh, ia memasukkan cairan ciptaannya ke dalam senapan, menembak tepat di dahi hantu tersebut. Apa yang terjadi setelah itu? Hantu di depannya menghilang tanpa jejak, entah kepala tanpa tubuh berhasil dilelehkan atau tidak.

"Semoga hantu itu tak menampakkan diri di depan wajahku lagi. Sepertinya aku harus membuat cairan ini lagi walau entah berkhasiat atau tidak."

Myra kembali memasuki ruangan laboratorium, sementara penghuni mahligai membuka mata perlahan bersamaan, memasang wajah linglung. "Apa yang baru saja terjadi? Di mana tiran itu?"  batin kami bertanya-tanya.

Dari kejauhan tampak sosok misterius tertawa puas, senyum penuh kemenangan berseri di wajahnya. "Misi sukses!" ucapnya lalu berjalan menuju ruang teleportasi. Siapakah dia?

To be continue

Jangan lupa vote, comment and share~!
Have a nice day~!

☆House of Heart : History Of Orphanage☆ [TERBIT]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang