★Masa Lalu Eldevidel City

10 5 1
                                    

Frost Production siap menampilkan sandiwara dibalik tirai merah. Berlatar belakang Eldevidel City, penduduk metropolitan mendapat naskah via crome, siap menjadi tim sukses meraih kejayaan. Kini, dua sutradara bekerja sama demi menggapai asa, ambisi serta memberi hukuman setimpal pada Tiran bengis yang berhasil melemahkan pergerakan akar kota. Ya! Vandoria Castle.

Kala uang dapat menggelapkan mata batin manusia, di sanalah awal mula kejahatan berlangsung, merampas hak yang tak patut menjadi miliknya. Pada masa itu, pejabat mahligai melakukan konspirasi menggulingkan takhta raja dan ratu pada zaman kejayaan. Namun, berimbas senjata makan tuan, Eldevidel City menjadi dampak penjajahan selama 1 dekade.

Di tahun 2010, Raja Simon dan Ratu Ariana memimpin metropolitan, mereka memiliki anak perempuan bernama Vanessa. Mereka hidup bahagia sampai tragedi pembunuhan berlangsung. Sosok manusia mengenakan jubah serta masker menarik pelatuk senapan, peluru mengenai Raja dan Ratu yang tengah duduk santai di singgahsana. Netra Vanessa yang kala itu berusia 17 tahun membulat sempurna, menyaksikan kematian Ayahanda dan Ibunda tepat di depan matanya.

"Siapa kau! Kenapa kau membunuh Raja dan Ratu?"

"Kau tidak perlu tahu, Vanessa! Misiku telah selesai, selamat tinggal!"

Putri kerajaan menarik pedang lalu mencegah pembunuh tersebut agar tak dapat lari dari tanggung jawab. Tak berjuang sendiri, Vanessa dibantu oleh pasukan perwira. "Jangan biarkan dia lolos! Kejar!" perintah Vanessa dengan suara lantang.

"Baik, Tuan Putri!"

Sang pembunuh melawan perwira dengan akal, menggiring mereka masuk dalam jebakan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Ia menjentikan jari lalu jebakan tali menangkap perwira kelas atas, menyisakan perwira amatiran serta Vanessa.

"Lepaskan mereka!" seruan terdengar jelas, tetapi penjahat tersebut melemparkan granat dan BOOM! Ledakan hebat terjadi di tengah hutan, meninggalkan banyak korban jiwa. Menyaksikan darah mengalir serta penasihat istana yang tiada akibat melindungi Tuan Putri mendatangkan trauma tersendiri bagi Vanessa.

"Kenapa? Kenapa seperti ini?"

Menangis pilu sendirian di bawah pohon, meratapi kesedihan mendalam. Suasana berkabung menciptakan bangunan kokoh dalam hati, bersumpah menangkap pembunuh dalam keadaan hidup atau mati.

Mendiang Raja dan Ratu disemayamkan di dekat istana. Vanessa menatap batu nisan seraya menguatkan tekad untuk menjaga rakyat sepenuh hati. Gadis muda berharap kedepannya pihak berwajib, intel serta detektif memperketat penjagaan agar kota bebas dari villain kejam.

Dua bulan berlalu, si pembunuh berhasil ditangkap bersama paman Vanessa yang ternyata dalang dibalik tragedi pembunuhan. Tak menyangka bahwa otak tindak kriminal adalah Pamannya sendiri, Vanessa tampak sedih, tetapi gadis berhati malaikat tidak menyimpan dendam sama sekali.

"Paman, apa salah ayah dan bunda? Kenapa kamu tega membunuh mereka?"

"Pertanyaan konyol! Apa kau tidak punya otak! Tentu saja karena ayahmu itu telah merampas semuanya dariku! Dengar, aku sudah lelah mengalah! Saya merelakan bundamu menikah dengan ayahmu Simon, tapi apa balasannya? Tidak ada!"

"Balasan? Maksud paman?"

"Tentu saja seharusnya Pamanlah memimpin Eldevidel City, menjadi Raja mahkota yang berkuasa!"

Dendam terselubung telah terkuak, sifat baik di luar belum tentu baik di dalam. Lelaki paruh baya rela menghabisi nyawa keluarga sendiri tanpa ragu, ambisi menjadi orang yang disegani bergejolak dalam dada. Sayangnya semua usaha selama ini sisa-sia dan berakhir membusuk di sel. Sungguh miris.

Satu lustrum kemudian, tepat di hari jadi Vanessa ke 22 tahun, Ratu Muda nan cerdik berhasil memakmurkan warganya, sesuai keinginan mendiang Simon dan Ariana. Kebahagiaan bercampur air mata haru tampak jelas di wajah cantiknya, mengucap syukur sembari memandang bintang, percaya bahwa keberhasilannya saat ini turut dibantu oleh mendiang ayah dan bunda dalam hati nurani.

"Ayah, bunda... terima kasih sudah membantuku sampai titik ini. Kalian pasti senang melihat Eldevidel City aman damai. Aku berjanji akan menghadapi tantangan di masa kini maupun masa depan dengan kepala tegak, tanpa rasa gentar."

********

Bagaimana rasanya jika peristiwa kembali mengancam kota? Sosok berpenampilan serba merah menyusup tanpa diketahui penjaga istana. Vanessa tengah bersantai di kamar dibius dari belakang hingga tak sadarkan diri kemudian dibawa ke rumah kosong.

"Hahaha, ternyata dia sangat lemah. Itu artinya aku bisa menyetirnya dengan mudah!" ujar sosok tak diketahui disertai rasa bangga.

"Apa Anda yakin?" tanya pria yang berdiri di samping kanannya.

"Tentu, sandra kita cantik tapi sepertinya tidaklah pintar."

Setelah beberapa saat, Vanessa membuka mata perlahan, memandang sekeliling menyadari bahwa dirinya menjadi tawanan. Tanpa rasa takut, gadis muda tampak lemah mengeluarkan auman. "Lepaskan! Kalian dengar? Aku bilang le-pas-kan!"

"Lepasin? Jangan bercanda!" respons sosok serba merah lengkap dengan cadar.

"Apa yang kalian inginkan dariku!" tanya Vanessa tegas.

"Keinginanku? Tentu saja menginginkan tanda tanganmu!"

Mendengar tanda tangan, Vanessa membaca dengan seksama surat resmi. Ancaman terlontar oleh si penculik pasca Yang Mulia Ratu Muda selesai memahami. "Jika kau tidak mau tanda tangan simple saja, aku akan menghancurkan kotamu tercinta dan membunuh semua warga tepat di depan matamu! Jadi, lebih baik tanda tangan sekarang juga!"

Tanpa pikir panjang, Vanessa menandatangani surat bahwa Eldevidel City diambil alih kepemimpinan oleh tiran jahat lagi bengis. Itulah kisah awal mula dimana Ratu Vanessa menghimbau warga agar tidak mencari gara-gara dengan villain elite atau risikonya akan snagat berat.

To be continue

Jangan lupa vote, comment and share~!
Have a nice day~!

☆House of Heart : History Of Orphanage☆ [TERBIT]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang