★Surprise!

9 5 0
                                    

Salah satu penjaga menemukan sebuah box di atas gedung, ia tampak antusias membuka kotak, pikirannya mengatakan bahwa seorang pencuri meninggalkan harta jarahan di atas gedung. Bugh! Ia pun tak sadarkan diri pasca memandang isi dalam kotak. Selang beberapa waktu, pemuda berpakaian lengkap dengan topi istana menutup kotak lalu membawanya ke hadapan Yang Mulia.

Tangan gemetar, keringat dingin mengucur deras. Myra tampak heran memandang satu penjaga istana tampak ketakutan lekas menghampirinya. Rasa penasaran tertuju pada box di atas meja, tetapi kehebohan terjadi sebelum sang Ratu membuka box tersebut.

"Yang Mulia, tahan dulu. Hamba saja yang buka." celetuk sang tangan kanan, lelaki paruh baya menawarkan diri.

"Hmm? Apa kotak itu darimu?" tanya Myra penasaran. "Jika iya, kenapa dia sampai ketakutan seperti itu? Apa isinya?" sambungnya melontarkan dua pertanyaan sekaligus.

"Bukan, Yang Mulia. Hamba khawatir isi dalam kotak ini dapat mengancam nyawa Anda," ujarnya dengan nada serius.

"Baiklah, cepat buka! Kotak ini membuatku penasaran."

Saat box dibuka, surprise! Terpampang jelas kepala pahlawan bertopeng tanpa tubuh. Myra membuka topeng di kepala tersebut kemudian terjatuh lemas dalam keadaan duduk disertai nafas terengah-engah akibat melihat mata masih terbuka. Bugh! Lelaki paruh baya yang menyaksikannya langsung terkapar tak berdaya.

Kehebohan berita kepala tanpa tubuh telah menyebar ke seluk beluk kota, tak percaya dengan kabar buruk mengenai kematian pahlawan Eldevidel City, justru rakyat Vandoria Castle berasumsi adanya kejanggalan dalam insiden tersebut. Kejutan tak terduga menciptakan tawa pada sutradara dibalik layar. Sosok pemuda bersembunyi di sebuah rumah petak, memantau kota dari layar hologram super besar. Siapakah dia? Bukankah sutradara asli ialah Bunda Locha? Bagaimana bisa tiba-tiba menjadi dua sutradara?

Bunda Locha mengetahui kebenaran merasa geram, tak terima kemunculan sutradara baru yang mengacaukan scene yang telah ia buat. Arsenio merasakan aura kegelapan perempuan di samping kanannya semakin kuat, sebagai anak berbakti pemuda tampan mencoba berbicara, berusaha meredakan amarah penyelamat hidupnya.

"Bunda, tenanglah. Kita harus menemui sutradara baru itu."

"Menemuinya? Kau ingin semua scene yang telah kita buat hancur berantakan!"

"Tapi, kita bisa bicarakan masalah ini dengan komunikasi. Diam tidak akan menyelesaikan masalah. Bukankah hal itu yang selalu Bunda katakan padaku?"

"Arsenio, dengar baik-baik, memang benar Bunda mengatakan hal itu, sayangnya masalah ini sangat rumit!"

"Rumit bagaimana? Kita bisa kolaborasi dengannya?"

"Kolaborasi?"

"Iya, benar! Apa bunda tahu tentang dua sutradara duet membuat film internasional? Bunda bisa mengikuti jejak mereka."

"Hmm... menarik! Boleh juga idemu."

Hati Locha melunak, mendengar masukan dari anak asuh paling tua. Ia mengingat bahwa segala sesuatu harus dipikir secara rasional, bukan hanya keinginan belaka. Berhasil membujuk singa tengah mengamuk, Arsenio tersenyum bahagia.

"Terima kasih, Bunda."

"Sama-sama, Nak. Bunda beruntung memiliki anak sepertimu."

Kesepakatan terjalin antara Arsenio dan Bunda Locha, mereka mengunjungi markas sutradara kedua. Rumah petak usang hanyalah sebagai dalih mengelabui lalu lalang, saat masuk ke dalam, banyak peralatan canggih memanjakan mata.

"Selamat datang di Frost Production! Silakan duduk," ujar Tuan rumah mempersilakan dua tamu masuk.

Sofa empuk dilengkapi alat pijat otomatis membuat tamu merasa kerasan, pikiran pun kembali rileks. Bunda Locha mengesampingkan ego demi menangkap tiran dan memasukannya ke penjara bawah tanah, mengingat Mary telah membuat warga menderita, banyak korban jiwa terbunuh akibat ulah penguasa perampas kekuasaan.

"Ada apa kalian kemari?" tanya pemilik Frost Production.

"Kami kemari karena tidak suka melihat Anda bertindak sendiri. Selain itu, scene yang selama sudah ini saya rancang hancur gara-gara Anda!" jawab Bunda Locha penuh penegasan.

"Oh, protes ya? respons sutradara menasang raut arogan.

"Sutradara yang terhormat, kami minta kebijaksanaanmu. Misi kita searah, bagaimana jika kita bergabung menciptakan scene terbaik bersama?" celetuk Arsenio berusaha mendinginkan suasana, berharap dia mau menerima tawaran.

"Hmm, bekerja sama?" Pemuda itu berpikir sejenak. Beberapa saat kemudian. "Menarik! Duet dengan sosok paling berpengaruh di kota ini, ide briliant!" Setuju dengan Arsenio, kedua sutradara tampak membahas perubahan scene, sementara Arsenio mencatat bagian penting setiap naskah.

********

Myra terbaring lemas di kamar, kepala tanpa tubuh masih terngiang-ngiang dalam otaknya. Ia mengubur kotak tersebut di belakang istana. Rasa takut bercampur sedikit lega menyelimuti batin serta nurani, bersyukur mengetahui bahwa pahlawan bertopeng telah menghembuskan nafas terakhir, entah siapa yang berhasil membunuhnya.

Pagi hari tiba, sang Tiran mengumpulkan seluruh penjaga di aula utama. Salah satu penjaga mengaku bahwa ia sudah melaksanakan tugas Ratu Vandoria, ia meninggalkan kotak di atas gedung akibat rasa takut tak tertahankan setelah memutilasi korban.

Usai mendengar penjelasan penjaga, tawa jahat sang Tiran menggelegar mengisi ruangan. Kemenangan sementara berpihak pada Myra Blakesley, girang tak terhingga membuatnya besar kepala, percaya bahwa kekuasaannya dapat membunuh mantan rekannya, Locha Lavanya Sanika, gadis pengkhianat yang telah meninggalkannya.

Tujuan tak sejalan membuat mereka berdua memutuskan tali persahabatan, saling bersaing mengikuti ambisi. Dua gadis tangguh sama-sama dicap pengkhianat oleh satu sama lain, entah siapa yang benar dan salah. Akankah Locha Lavanya Sanika akan mengirim Myra ke alam baka kala pertarungan akhir di waktu yang belum ditentukan?

To be continue

Jangan lupa vote, comment and share~!
Have a nice day~!

☆House of Heart : History Of Orphanage☆ [TERBIT]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang