шесть(enam)

8.2K 302 1
                                    

-votmen syang


••
Jean menatap malas pertemuan yang daddynya rencanakan, kemarin marka datang ke kantor jean membicarakan soal pertemuan malam ini.

"Jean, pernikahan mu dua minggu lagi, persiapkan dari sekarang bersama caren." Jeffryan tersenyum menatap caren.

"Dad, I never agreed to this marriage." Jean mengeraskan rahangnya sembari menatap tajam jeffryan."Dad, Aku tidak pernah menyetujui pernikahan ini."

"Jean." Jeffryan mengeraskan rahangnya berbicara dengan nada yang ia tahan memberi gertakan pada jean, jean hanya menatap datar daddy nya.

"Jeff stop, kita bicarakan lagi di rumah." Taerani sang istri atau ibu dari jean pun menghentikan jeffryan yang akan memarahi jean, marka pun ada disana bersama putranya dan ketiga adiknya yang hanya menatap malas daddy nya.

"Baiklah, sampai sini saja pertemuannya, kalau begitu kami pamit." Jeffryan bangkit dari duduk nya duluan, lalu di susul taerani, marka dan putranya lalu adik-adiknya.

"Ingat pak tua, saya bisa menghancurkan karir anakmu." Jean bangkit dari duduknya lalu menyusul keluarganya yang pergi duluan.

Caren mengeraskan rahangnya yang hanya bisa diam menatap piring makan di hadapannya.

"Pokoknya aku mau nikah sama jean papa." Caren langsung bangkit lalu mengambil tasnya dan pergi begitu saja meninggalkan kedua orang tua nya yang menghela nafas.

"Kerumah." Jeffryan menahan pintu mobil jean yang akan di buka oleh jean.

"Gabisa, aku lelah mau istirahat." Jean menyingkirkan tangan jeffryan yang ada di pintu mobilnya.

"Jean ada mommy" Taerani tersenyum manis sembari mengusap bisep jean, dengan terpaksa jean menghela nafas dan mengiyakan.


°°
Jean dan keluarga pun sampai rumah utama, jean menyandarkan punggungnya di sofa ruang tamu sembari menutup matanya.

"Alasan mu apa tidak ingin menerima perjodohan?" Jeffryan menatap jean dengan datar.

"Dad, aku sudah dewasa, aku bisa memilih pasanganku sendiri pasangan yang lebih baik untuk ku." Jean berbicara sembari menatap langit-langit ruang tamu karna ia menyandar ke sandaran sofa dengan kepala yang mendongak.

"Kalau begitu bawa pasangan mu, daddy akan memberimu waktu dua hari." Jean langsung menatap jeffryan dengan harapan.

"Benarkah? apakah perjodohan nya bisa batal?" Jean tersenyum sumringah.

"Ya, jika kau bawa pasangan mu dalam waktu dua hari perjodohan batal." Jeffryan bangkit dan pergi dari ruang tamu itu lalu pergi ke kamarnya meninggalkan jean dan taerani.

"Semangat, mommy menunggu." Taerani mengelus pundak jean, jean pun bangkit dari duduknya dengan perasaan senang ia akann membawa nazel.

"Jean pulang." Jean pun mengecup pipi taerani lalu pergi keluar rumah dan pulang.


°°
Nazel sedang membawa navel ke taman komplek membawanya jalan-jalan pagi karna hari ini pun nazel libur kerja karna hari minggu.

"Navel istirahat dulu ya disini, kak na cape." Nazel pun duduk di kursi taman dan navel di dorongan bayi.

Nazel sedang melihat-lihat ke sekitar komplek dan tanpa sengaja terlihat ada jean dan caren yang sedang jalan-jalan di sekitar komplek dengan caren yang memeluk mesra lengan jean.

Jean pun melewati nazel dan ia terlihat kaget melihat nazel yang hanya menatapnya datar dengan wajah yang terlihat marah.

"Lepas." Jean pun menghempaskan lengan caren, caren menatap bingung jean lalu jean pun bergegas pergi ke arah nazel.

Nazel melengos tidak menatap jean yang duduk di sebelahnya, jean terlihat panik berusaha memegang tangan nazel tapi nazel menghempaskannya nazel malah fokus bermain dengan navel.

"Navel ayo pergi, kak na malas disini ada lelaki tua haus belaian." Nazel bangkit dan mendorong dorongan bayi navel, tapi jean menahannya dan menariknya sampai nazel terduduk di pangkuan jean.

"Lepas ih, malu." Nazel berusaha berdiri dari pangkuan jean, tapi jean menahannya dan malah semakin mengeratkan pelukannya di perut nazel, caren yang menatap itu sudah tersulut amarah.

"Ayo ke apartemen saya, navel nya anterin dulu." Jean menenggelamkan wajahnya di ceruk leher nazel yang sudah sebal dan malah pada jean.

"Jean! lepasin si murahan ini, kamu apa-apaan si kan ada aku!" Caren menarik-narik lengan jean yang memeluk nazel, nazel hanya menatap malas caren yang caper.

"Minggir, ayo aku anter pulang." Nazel hanya mengikuti jean saja yang sudah menariknya menjauh sembari sebelah tangannya mendorong dorongan navel, meninggalkan caren sendirian dengan amarah yang memuncak.








see you the next chapter
gatau gaje guys😭

LOVE MY BOSS•NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang