"Selamat makan." Mama Raib tersenyum ramah sambil meletakkan nampan terakhir berisi rendang daging sapi yang Mama Raib masak barusan.
Pagi menjelang siang. Mereka makan bersama di rumah Raib. Mereka tadinya ingin segera pulang tapi Raib membujuk Ily, Ali, Seli, juga Batozar untuk sejenak menikmati masakan Mamanya. Kali ini tanpa pikir panjang melihat ekspresi Raib yang sangat mendalam memohon, Ily mengangguk iya.
Mama Raib kembali duduk di kursi dan muli mengambil nasi disusul lauk-pauk yang berada di meja.
Batozar sebenarnya juga ingin segera pergi. Tapi ia berubah pikiran saat mencium bau lezat rendang daging sapi---masakan Mama Raib.
"Master B sepertinya sangat lapar. Master B belum sarapan?" Ali bertanya memecah keheningan selama lima menit---bunyi sendok dan piring.
"Kau pikir aku sempat sarapan saat mengejar kalian, heh? Bisa jadi jika aku terlambat satu menit saja, kalian sudah di klan antah-berantah. Kalian memang anak muda yang keras kepala." Batozar menyantap makanan di meja dengan lahap.
Tiba-tiba terdengar suara ketuk pintu. Ada seseorang yang datang.
"Biar Ra saja yang buka pintunya, Ma." Raib bicara menghentikan gerak Mamanya yang ingin berdiri.
"Terimakasih, Ra."
Raib berdiri dari bangku. Mulai melangkah menuju pintu rumah yang diketuk berulang kali oleh orang yang yang berada di luarnya.
Raib memegang gagang pintu lalu membuka pintunya. "Siapa?---" Raib langsung berseru riang.
"Papa izin pulang sebentar ke rumah. Karena Mama bilang lewat hp-nya kalau kamu pulang sebentar ke klan Bumi bersama teman-temanmu." Papanya menampar-tampar pelan bajunya dari debu.
Raib mempersilahkan Papanya masuk ke rumah dan membawanya gabung ke meja makan.
"Maaf jika Mama membuat Papa harus izin dari pekerjaan penting Papa di kantor." Mama Raib mengambil satu piring kosong.
"Tidak apa. Palingan nanti Papa tidak istirahat makan siang saja di kantor. Lagian makan siangnya sekarang saja. Walau keawalan, setidaknya bersama putri Papa yang jarang pulang ini." Papa Raib mulai mengambil lauk-pauk yang ada di meja makan.
Tangan Papa Raib terhenti sambil menatap bingung Ily dan Batozar yang sedang menyendok makanan di dalam piring masing-masing.
"Itu Ily, Pa. Anak salah satu kenalan mereka di klan Bulan. Dia lulusan Akademi Bayangan Tingkat Tinggi klan Bulan. Anaknya tampan, bukan? Juga yang seperti preman itu adalah orang baik dari klan Bulan yang selalu melindungi Raib, walau tampak menyeramkan, Raib bilang dia sangat baik, Pa." Mama Raib berbisik.
Papa Raib mengangguk.
"Omong-omong. Ra ke sini untuk meminta izin, Pa. Ra ingin melanjutkan sekolah di Akademi Bayangan Tingkat Tinggi di klan Bulan. Jadi Ra tinggal di asramanya selama belajar." Raib berkata pelan.
Papa Raib terdiam sejenak menoleh ke arah Raib. Ia mengangguk walau dari ekspresi wajahnya tak bisa berbohong jika ia keberatan.
Dua menit berlalu sunyi.
"Ra sudah besar. Itu hak kamu, Ra. Lagian Papa dan Mama bisa menerima fakta jika kamu milik klan lain, Ra." Papa Raib berkata mantap agar Raib tidak terlihat sedih.
Ily terbatuk pelan, membuat semuanya memandang ke arah Ily. "Maaf jika saya harus membuat Raib terpisah dengan Mama Papanya di klan Bumi."
Bola mata merah Batozar berputar-putar. Sesuai dugaannya, akan berlangsung se-dramatis ini. Bukan karena Batozar tidak punya jiwa kemanusiaan dan perasaan kasian. Melainkan ia yang sudah kenyang menelan seluruh kesedihan yang ada di kehidupannya dan sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Series FanFic : SeLy love story
FanficCerita tentang kapal Ily × Seli Ini hanya sekedar fanfic dari novel bumi series! Cerita ini diceritakan dari sudut pandang Seli.