BAB 20

34 7 2
                                    

Seseorang Akan Terasa Berarti Setelah Kehilangan


        Di sekolah Tunas Jaya, pagi harinya orang-orang nampak terkejut melihat Sherina di boceng oleh Aiden. Dan seolah di kawal oleh Naren dan Genta. Melihat keakraban Aiden dan Sherina membuat Lea semakin tidak suka, Sherina berusaha mengejar Lea namun di halau oleh Aiden. Aiden tak ingin Sherina melepasnya lagi demi menjaga hati orang lain.

“Gue aja yang ngejer, Rin,” tawar Naren.

“Awas, jangan sampai lo ngasih harapan palsu ke  Lea,” pesan Sherina.

“Tenang aja,” timpal Naren.

“Tuh anak, bisa aja nyari kesempatan,” sela Genta.

        Di sisi lain, Clarissa yang sedang jalan berdua dengan Kenzo cemburu melihat kebersamaan Aiden dan Sherina. Sampai-sampai Clarissa tak mendengar ucapan Kenzo, Kenzo yang sadar jikalau Clarissa terus memandangi Aiden nampak kesal lalu bilang, “Gila ya lo! Gue udah nurutin semua kemauan lo, tapi lo tetep aja berharap sama Aiden!”

“Ya memangnya kenapa? Karena lo bukan Aiden!” tegas Clarissa.

Hampir saja Clarissa terkena tamparan Kenzo beruntung Sherina sampai dan sempat berdiri di depan Clarissa. Hingga Sherina yang menerima tamparan itu, “Ini lagi bego banget, udah tahu Clarissa jahat sama lo, lo masih aja ngebelain dia!” Kenzo lalu memarahi Sherina.

“Pergi lo dari sini!” tegas Aiden.

“Awas aja kalian!” seru Kenzo, “Urusan kita belum selesai,” kata Kenzo kepada Clarissa dengan kondisi wajah Clarissa memucat.

“Rin, pipi kamu merah gitu,” Aiden berubah panik.

“Enggak pa-pa, Kak. Paling bentar lagi hilang. Oh ya, keadaan Kakak gimana?” tanya Sherina kepada Clarissa.

“Gue ... ” belum sempat melanjutkan perkataannya, Bella langsung menarik Clarissa dan mengajak Clarissa masuk kelas.
Setelah kejadian itu, Sherina masuk ke kelasnya. Namun Sherina tak mendapati Nissa sama sekali. Lalu ada info kalau Nissa tidak masuk sekolah karena ada urusan keluarga. Hari-hari berikutnya, Nissa tak kunjung masuk sekolah. Setiap kali Sherina coba menghubungi nomor Nissa, selalu Ratna yang menjawabnya. Namun Ratna bilang, kalau Nissa baik-baik saja. Sherina mencoba menerima dan yakin kalau tak terjadi apa-apa pada sahabat terbaiknya itu.

***
           Dua hari setelahnya pagi hari, di teras rumah Sherina terdapat kiriman paket. Yaitu sebuah kotak yang berisi foto almarhum papa Sherina yang penuh darah, Sekar nampak panik menerima paket tersebut. Sherina kemudian menenangkan mamanya, belakangan ini Sekar sering sekali mendapat teror dari orang yang tak di kenal. Sherina semakin takut meninggalkan mamanya sendirian. Kalau ia cerita ke Aiden mungkin masalahnya akan cepat selesai, tetapi Sherina tak ingin merepotkan Aiden lebih jauh lagi.

“Mama yang tenang, ya. Ada Sherin di sini,” ucap Sherin.

“Iya, Nak,” Sekar lalu mengangguk.

“Kenapa kamu belum berangkat sekolah, Nak?” tanya Sekar.

“Sherin izin dulu aja hari ini, Ma. Sherin mau di rumah sama Mama,” timpal Sherina.

“Jangan, Nak. Kamu sekolah aja, ya. Mama janji enggak akan keluar rumah, sampai kamu pulang,” tutur Sekar.

“Memangnya, Mama enggak pa-pa di tinggal sendirian?”

“Enggak pa-pa sayang. Tenang aja, kalau terjadi apapun sama Mama, Mama pasti ngabarin kamu,” yakin Sekar tersenyum manis kepada Sherina.

Setelah itu Sherina pamit pergi ke mamanya, dan mamanya langsung mengunci pintu rapat-rapat sesuai dengan instruksi Sherina.  Di sekolah, tiba-tiba siswa-siswi  menertawakan Sherina. Mereka bilang kalau Sherina memiliki ibu yang gila. Sherina mencoba tak memperdulikan perkataan orang-orang itu, namun mereka sudah sangat keterlaluan, “Kalau kalian enggak tahu yang sebenernya, mending kalian diem aja!” spontan Sherina.

Dunia Tanpa AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang