BAB 19

39 7 4
                                    

Second Chance

         Sepanjang jalan menuju resto, Aiden tak henti-hentinya mencemaskan kondisi Sherina. Aiden sangat takut terjadi sesuatu hal yang buruk pada Sherina. Malam yang dingin, rintik hujan  yang terus membasahi tak menyurutkan tekad Aiden sedikitpun. Sampai di persimpangan jalan, Aiden hampir menabrak pengendara lain. Wanita itu langsung turun dari motornya dan hendak memarahi Aiden, “Mas?” ceplos wanita itu yang ternyata adalah Retta.

“Lo temen kerjanya Sherin, kan? Apa lo tahu di mana dia sekarang?” spontan Aiden.

“Katanya Sherin udah pulang dari tadi, Mas. Soalnya mama Sherin sakit,” jelas Retta.

“Mama Sherin baik-baik aja. Tapi yang jadi masalah sekarang, Sherin enggak ada di rumah,” cemas Aiden.

What? Sherin belum sampe rumah atau gimana? Apa jangan-jangan, Nana bohong,” ucap Retta dengan dahi yang berkerut.

“Maksudnya?” Aiden ternganga.

“Iya mungkin aja temen kerja saya bohong, mungkin si Nana lagi ngerencanain sesuatu buat Sherina. Karena selama ini, Nana benci banget sama Sherin,” papar Retta.

“Kalau gitu secepatnya kita harus nemuin Sherin.”

“Iya, Mas. Kita cari Sherin ke resto, siapa tahu dia masih di sana.”

Aiden lalu mengangguk bergegas menuju resto.

Di sisi lain, Nissa yang telah tertidur justru memimpikan Sherina. Di mimpi Nissa, Sherina seolah sedang berada di tempat yang gelap, tempat yang sangat menakutkan. Nissa merasa kalau saat itu, Sherina hendak meminta pertolongan  kepadanya, “Rin, lo kenapa?” teriak Nissa.

Nissa lalu terbangun, tubuhnya sudah berkeringat dingin, meski itu hanya mimpi tetapi Nissa merasa kalau mimpinya itu seperti nyata. Berkat teriakan Nissa membuat Ratna kaget lantas menemui putrinya itu, “Ada apa, Nak?” tanya Ratna bergegas mendekati Nissa.

“Bu, barusan Nissa mimpi buruk. Nissa ngerasa Sherin lagi dalam bahaya sekarang,” terang Nissa dengan wajah cemas.

“Mungkin itu cuma mimpi,  Nak. Jadi enggak usah terlalu dipikirin. Oh ya kamu udah sholat  isya’ belum?” celetuk Ratna.

“Aamiin, Buk. Semoga itu enggak lebih dari sekadar mimpi. Hehe iya, Buk. Tadi Nissa belum sholat isya’ udah langsung tidur aja,” sahut Nissa tertawa kecil.

“Yaudah sholat gi! Kalo gitu ibu keluar ya.”

“Iya, Bu” timpal Nissa, bergegas mengambil air wudhu.

Setelah mengambil air wudhu Nissa lantas melaksanakan sholat isya’. Kemudian tak lupa, Nissa berdo’a agar Sherina tetap aman dan dalam lindungan-Nya. Lima menit setelah berdo’a ketika Nissa hendak melipat mukenahnya, kepala Nissa terasa sakit dan pusing, Nissa langsung teriak memanggil Ratna, tak lama Nissa lalu pingsan.

***
             Setibanya di resto, nampaknya pintu resto belum terkunci hanya tertutup rapat saja. Retta bertambah curiga setelah ia mendengar ada suara jeritan perempuan dari arah dalam, “Mas, kayaknya Sherin beneran ada di dalam,” kata Retta.

“Kita masuk sekarang!” Aiden lalu mendorong pintu dan bergegas mencari Sherina ke seluruh penjuru resto.
Setelah berkeling sekitar lima menit, baik Aiden dan Retta belum menemukan petunjuk apa-apa. Aiden memohon dalam hati, Rin, lo di mana sekarang? Please kasih kita pentunjuk. -

“To...long,” teriak Sherina dengan sia-sia energi yang ia punya.

“Suaranya dari arah sana,” seraya Aiden menunjuk ke arah gudang penyimpanan barang.

Sherina ElzaviraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang